Internasional
4 Senjata Ampuh China untuk Kalahkan AS dalam Perang Dagang
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
23 July 2018 13:50

Jika China ingin membuat Presiden Trump jengkel dan tarif dipertanyakan, negara itu bisa mendevaluasi yuan. Faktanya, ini bisa menjadi senjata terbaik untuk melawan AS.
"Nilai tukar adalah tuas paling efektif untuk mengimbangi dampak tarif," kata Salman Baig selaku manajer investasi multi-aset di Unigestion, sebuah perusahaan investasi yang berbasis di Geneva, Swiss.
Jika yuan anjlok sekitar 8%, yang mana telah terjadi sejak pertengahan Maret, maka US$1 dolar saat ini akan sama dengan 6,77 yuan (Rp 14.486). Jika itu terjadi, para importir AS hanya akan melihat kenaikan ongkos 2% dari produk-produk China. Mengapa? Karena jika ongkos untuk membeli barang-barang China turun, maka segala tarif yang ditambahkan ke label harga akan membuat nilai total barang menjadi sama dengan sekarang. Artinya, perusahaan tidak akan merasakan perubahan berarti, kata Baig.
Sembari mengambil langkah untuk menurunkan nilai tukar mata uangnya, Negara Tirai Bambu juga bisa menurunkan suku bunga yang akan melemahkan yuan, kata Hooper.
Sementara Baig berkata negara itu tidak perlu melakukan terlalu banyak hal. Penurunan nilai tukar mata uang adalah konsekuensi alami dari tarif. Semakin banyak tarif yang dikenakan, semakin turun nilai tukarnya.
Tetap saja, China tidak ingin nilai tukarnya anjlok drastis terlalu cepat. Negara itu mencoba beralih ke nilai tukar mata uang asing yang mengambang bebas, tetapi setidaknya dalam jangka pendek negara itu akan senang membiarkan yuan terdepresiasi demi menetralisir tarif.
"Yang tidak mereka inginkan adalah gejolak di mata uang mereka," kata Baig. "Namun mereka sangat senang untuk mendevaluasi 2% atau 5% lagi, selama devaluasinya teratur." (prm)
"Nilai tukar adalah tuas paling efektif untuk mengimbangi dampak tarif," kata Salman Baig selaku manajer investasi multi-aset di Unigestion, sebuah perusahaan investasi yang berbasis di Geneva, Swiss.
Jika yuan anjlok sekitar 8%, yang mana telah terjadi sejak pertengahan Maret, maka US$1 dolar saat ini akan sama dengan 6,77 yuan (Rp 14.486). Jika itu terjadi, para importir AS hanya akan melihat kenaikan ongkos 2% dari produk-produk China. Mengapa? Karena jika ongkos untuk membeli barang-barang China turun, maka segala tarif yang ditambahkan ke label harga akan membuat nilai total barang menjadi sama dengan sekarang. Artinya, perusahaan tidak akan merasakan perubahan berarti, kata Baig.
Sementara Baig berkata negara itu tidak perlu melakukan terlalu banyak hal. Penurunan nilai tukar mata uang adalah konsekuensi alami dari tarif. Semakin banyak tarif yang dikenakan, semakin turun nilai tukarnya.
Tetap saja, China tidak ingin nilai tukarnya anjlok drastis terlalu cepat. Negara itu mencoba beralih ke nilai tukar mata uang asing yang mengambang bebas, tetapi setidaknya dalam jangka pendek negara itu akan senang membiarkan yuan terdepresiasi demi menetralisir tarif.
"Yang tidak mereka inginkan adalah gejolak di mata uang mereka," kata Baig. "Namun mereka sangat senang untuk mendevaluasi 2% atau 5% lagi, selama devaluasinya teratur." (prm)
Next Page
3. Mempersulit bisnis perusahaan AS
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular