
Zaccheroni, Mourinho, Sarri, dan Kroniisme Sepakbola
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 July 2018 10:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Kata kroni biasanya berkonotasi negatif. Kroni dianggap orang dekat yang mendapat keuntungan dari kekuasaan. Kroni menjadi lekat dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Namun tidak selamanya kroni berarti negatif. Terkadang kroni menjadi instrumen untuk mencapai tujuan yang positif.
Misalnya di dunia sepakbola. Kroni tidak selalu berarti negatif, karena dengan kroni sebuah tim kemudian bisa mencapai hasil yang optimal.
Kroni-kroni di sepakbola hadir dalam bentuk pelatih baru yang datang dengan membawa 'gerbong' dari tim lamanya. Pelatih-pelatih ini membutuhkan tim yang bisa mengejawatahkan skemanya di lapangan untuk membawa tiga poin. Dibutuhkan orang-orang yang bisa memahami sang pelatih.
Hampir 20 tahun lalu, di ujung dekade 1990-an, AC Milan sedang limbung. Rossoneri sulit menandingi dominasi Juventus di Serie A. Milan pun berpaling kepada Alberto Zaccheroni, pelatih yang membawa Udinese menjadi kuda hitam di Negeri Pizza.
Zaccheroni pun membawa serta kroninya di Udinese yaitu Oliver Bierhoff dan Thomas Helveg. Signor Zac tahu betul bahwa Bierhoff adalah kunci untuk mencetak gol, seperti yang dilakukannya di Udinese.
Untuk memaksimalkan senjata pamungkas Bierhoff, yaitu sundulan kepala, dibutuhkan pemain yang bisa memanjakannya dengan umpan-umpan silang presisi. Tugas itu dilakukan oleh Helveg di Udinese, dan untuk itulah Milan harus memboyongnya juga ke San Siro. Bierhoff dan Helveg adalah satu paket.
Hasilnya lumayan. Zaccheroni berhasil membawa Milan menjadi juara Serie A pada musim pertamanya. Bierhoff menjadi top scorer Milan dengan 21 gol di seluruh kompetisi, dengan jasa besar umpan-umpan silang Helveg.
Apa saja contoh kroniisme positif lainnya?
Namun tidak selamanya kroni berarti negatif. Terkadang kroni menjadi instrumen untuk mencapai tujuan yang positif.
Misalnya di dunia sepakbola. Kroni tidak selalu berarti negatif, karena dengan kroni sebuah tim kemudian bisa mencapai hasil yang optimal.
Hampir 20 tahun lalu, di ujung dekade 1990-an, AC Milan sedang limbung. Rossoneri sulit menandingi dominasi Juventus di Serie A. Milan pun berpaling kepada Alberto Zaccheroni, pelatih yang membawa Udinese menjadi kuda hitam di Negeri Pizza.
Zaccheroni pun membawa serta kroninya di Udinese yaitu Oliver Bierhoff dan Thomas Helveg. Signor Zac tahu betul bahwa Bierhoff adalah kunci untuk mencetak gol, seperti yang dilakukannya di Udinese.
Untuk memaksimalkan senjata pamungkas Bierhoff, yaitu sundulan kepala, dibutuhkan pemain yang bisa memanjakannya dengan umpan-umpan silang presisi. Tugas itu dilakukan oleh Helveg di Udinese, dan untuk itulah Milan harus memboyongnya juga ke San Siro. Bierhoff dan Helveg adalah satu paket.
Hasilnya lumayan. Zaccheroni berhasil membawa Milan menjadi juara Serie A pada musim pertamanya. Bierhoff menjadi top scorer Milan dengan 21 gol di seluruh kompetisi, dengan jasa besar umpan-umpan silang Helveg.
Apa saja contoh kroniisme positif lainnya?
Pages
Most Popular