Wah! AS Beri 'Warning' RI dari 1 Tahun Lalu Soal Tarif Impor
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
12 July 2018 09:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump sudah memberi peringatan adanya kemungkinan kenaikan tarif impor produk-produk asal Indonesia sejak 1-2 tahun lalu.
Menko Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan sejak lama AS sudah membuat daftar negara-negara yang membuat perdagangan defisit besar.
"Dia [AS] buat list-nya, kita nomor 16. Dia kan orang ga salah aja bisa dihukum," katanya, Rabu (11/7/2018).
Sejalan dengan itu, lanjut Darmin, pemerintah AS mengevaluasi fasilitas generalized system of preferences (GSP) yang saat ini dinikmati Indonesia.
"Kalau dia cabut [GSP] itu artinya kita ekspor garmen, sepatu, kena bea masuk. Bisa besar antara 10-25%, naik harganya banyak kan. Kalau 25% naik harganya, bisa-bisa ekspor ke sana untuk barang itu turun 40%, mungkin 30%. Bisa setengahnya. Tapi ya ga semua tentu saja, untuk yang agak besar-besar," jelas Darmin.
Dia menuturkan evaluasi yang dilakukan ada dua hal yakni besarnya defisit AS dan Indonesia dinilai menghambat ekspor AS.
Menurutnya, ada perbedaan perhitungan di mana AS menilai defisit dengan RI mencapai US$ 14 miliar, sementara RI menilai US$ 9 miliar.
"Yang agak susah nih, Indonesia dianggap menghambat akses barang-barang. Misalnya pertanian hortikultura yang banyak itu. Selain itu, ada soal intellectual property rights, ada soal akses investasi jasa, khususnya asuransi."
(ray/ray) Next Article AS dan Vietnam Lagi Ribut Dagang, Indonesia Bisa Cuan!
Menko Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan sejak lama AS sudah membuat daftar negara-negara yang membuat perdagangan defisit besar.
"Dia [AS] buat list-nya, kita nomor 16. Dia kan orang ga salah aja bisa dihukum," katanya, Rabu (11/7/2018).
"Kalau dia cabut [GSP] itu artinya kita ekspor garmen, sepatu, kena bea masuk. Bisa besar antara 10-25%, naik harganya banyak kan. Kalau 25% naik harganya, bisa-bisa ekspor ke sana untuk barang itu turun 40%, mungkin 30%. Bisa setengahnya. Tapi ya ga semua tentu saja, untuk yang agak besar-besar," jelas Darmin.
Dia menuturkan evaluasi yang dilakukan ada dua hal yakni besarnya defisit AS dan Indonesia dinilai menghambat ekspor AS.
Menurutnya, ada perbedaan perhitungan di mana AS menilai defisit dengan RI mencapai US$ 14 miliar, sementara RI menilai US$ 9 miliar.
"Yang agak susah nih, Indonesia dianggap menghambat akses barang-barang. Misalnya pertanian hortikultura yang banyak itu. Selain itu, ada soal intellectual property rights, ada soal akses investasi jasa, khususnya asuransi."
(ray/ray) Next Article AS dan Vietnam Lagi Ribut Dagang, Indonesia Bisa Cuan!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular