
AS Buka Luka Lama ke RI, Ekspor Nasional Terancam
Raydion Subiantoro, CNBC Indonesia
11 July 2018 14:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan dagang Indonesia dan Amerika Serikat tengah sedikit memanas. AS membuka luka lama, di mana Negeri Paman Sam itu pernah mendapat ancaman dari Indonesia.
Indonesia pernah mencoba membatasi impor produk hortikultura AS seperti apel dan kedelai. Alasannya adalah terkait dengan kesehatan dan melimpahnya stok di dalam negeri.
(ray/dru) Next Article AS dan Vietnam Lagi Ribut Dagang, Indonesia Bisa Cuan!
Indonesia pernah mencoba membatasi impor produk hortikultura AS seperti apel dan kedelai. Alasannya adalah terkait dengan kesehatan dan melimpahnya stok di dalam negeri.
Aksi Indonesia itu kemudian berbuntut gugatan ke World Trade Organization (WTO) oleh AS. Proses kemudian berlangsung, dan pada akhirnya WTO memutuskan Indonesia tidak berhak menghambat impor hortikultura AS. Keputusan WTO itu ditetapkan pada November 2017.
"Ini adalah kemenangan signifikan bagi petani dan peternak AS," kata Perwakilan United States Trade Representative (USTR) ,Robert Lighthizer, dalam siaran pers pada November 2017.
"Melihat besarnya pasar Indonesia dan daya saing AS, kita seharusnya menjual lebih banyak produk agrikultur ke konsumen Indonesia. Pemerintahan Trump akan melanjutkan menggunakan berbagai tools, termasuk WTO dispute settlement dan mekanisme lain, untuk memastikan produk agrikultur kelas dunia dari AS bisa mendapat akses yang adil di seluruh dunia," kata Lighthizer.
Enggar mengatakan AS juga mengungkit soal impor kedelai. Dia mengakui, Indonesia memang pernah memiliki rencana memberlakukan kuota impor terhadap impor kedelai itu, namun pada akhirnya dibatalkan karena mendapat protes dari industri tahu dan tempe.
AS tampaknya tidak lupa dengan kasus hortikultura dan kedelai itu, dan menggunakannya untuk mengevaluasi fasilitas generalized system of preferences (GSP) yang berikan ke produk Indonesia.
Apabila fasilitas itu dicabut, maka sejumlah produk Indonesia akan menjadi lebih mahal di pasar AS.
"Ini adalah kemenangan signifikan bagi petani dan peternak AS," kata Perwakilan United States Trade Representative (USTR) ,Robert Lighthizer, dalam siaran pers pada November 2017.
AS tampaknya tidak lupa dengan kasus hortikultura dan kedelai itu, dan menggunakannya untuk mengevaluasi fasilitas generalized system of preferences (GSP) yang berikan ke produk Indonesia.
Apabila fasilitas itu dicabut, maka sejumlah produk Indonesia akan menjadi lebih mahal di pasar AS.
(ray/dru) Next Article AS dan Vietnam Lagi Ribut Dagang, Indonesia Bisa Cuan!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular