Curahan Hati Industri Farmasi yang Minta Dukungan Pemerintah

Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
11 July 2018 20:03
Industri farmasi terbebani dengan penguatan rupiah karena pemenuhan bahan baku yang masih impor sekitar 90%.
Foto: REUTERS/Fayaz Aziz
Jakarta, CNBC Indonesia - Industri farmasi terbebani dengan penguatan rupiah karena pemenuhan bahan baku yang masih impor sekitar 90%.

Ketua Komite Perdagangan dan Industri Bahan Baku Farmasi Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Vincent Harijanto mengatakan pihaknya tak bisa langsung menaikkan harga. Sebab, mereka khawatir akan sulit bersaing dengan obat lebih murah yang disediakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Pemerintah memang telah mendorong supaya industri farmasi bisa menciptakan bahan baku sendiri. Vincent mengaku tengah berusaha menggaet investor untuk merealisasikan hal itu, namun di sisi lain pemerintah perlu hadir untuk mendukung.

"Saya mau undang investor bahan baku di Indonesia. Tapi saya susah jawab pertanyaan kalau mereka tanya Bisa mendapat apa? Fasilitas apa? Apakah ada Tax Allowance? Apakah ada jaminan produk saya dipakai?'" kata Vincent di kawasan Tanah Abang, Rabu (11/7/2018).

Menurut Vincent, investor ingin mendapatkan kemudahan untuk mengakses fasilitas yang mereka perlukan serta kepastian produk yang dihasilkan bisa dipakai oleh industri yang ada.

Terkait persaingan dengan obat BPJS, Vincent industri lebih memilih efisiensi biaya produksi hingga biaya kemasan dibanding menaikkan harga. Hal itu dia sebut juga menolong ketika terjadi pelemahan rupiah seperti saat ini.

"Meski mereka beli (bahan baku) lebih mahal, tapi karena efisiensi mereka bisa mempertahankan harga, bahkan justru menekan harga. Setiap industri saya rasa punya strateginya masing-masing," tutur Vincent.

Menilik ke belakang, Vincent mengutarakan sejak 20 tahun lalu sebenarnya Indonesia telah memiliki industri bahan baku obat seperti Ampicilin dan Amoxicillin. Akan tetapi, perkembangan industri bahan baku harus terhenti karena tidak berlanjut karena tidak berkembang.

"Saat ini juga masih ada pembuat paracetamol, tapi tidak cukup. Bahkan sebaliknya, industri ampicilin dan amoxicillin tidak dilanjutkan. Paracetamol sendiri tidak berkembang," ungkap Vincent.

Oleh sebab itu, Vincent mengatakan bila pemerintah memang ingin Indonesia memiliki industri bahan baku obat, maka pemerintah harus mampu menciptakan iklim usaha yang baik.

(dru) Next Article Pabrik Kalbe Farma Bikin Jokowi Senang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular