
Mari Elka: RI Harus Pertahankan Fasilitas Impor dari AS
Gita Rossiana, CNBC Indonesia
10 July 2018 18:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia harus mempertahankan fasilitas generalized system of preference (GSP) dari Amerika Serikat.
Pengamat Ekonomi dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Mari Elka Pangestu mengatakan sekitar 10% dari nilai ekspor Indonesia mendapatkan fasilitas GSP dari Amerika Serikat.
GSP ini merupakan semacam sistem pemotongan bea masuk yang diberikan oleh AS.
Fasilitas ini, menurut Mari yang juga merupakan mantan Menteri Perdagangan tersebut harus terus diperpanjang.
"Jadi, ini strategi khusus kita bagaimana membuat GSP bisa diperpanjang," ujar dia di Hotel Ritz Carlton, Selasa (10/7/2018).
Namun memang dalam negosiasi GSP ini, Indonesia kadang sering disulitkan dengan pertanyaan dari pihak Amerika Serikat (AS) mengenai aturan-aturan yang belum lengkap."Sama seperti dengan China, dia [AS] selalu menyinggung soal HAKI [Hak Kekayaan Intelektual Indonesia]," terang dia.
"Dalam kaitan perang dagang AS dengan China, Indonesia bisa memanfaatkan kesempatan untuk produk yang tadinya masuk ke AS dari China," ujar dia.
Kemudian dari sisi bargaining power, Indonesia juga harus bisa menerapkan prinsip saling menguntungkan dengan AS.
"Jadi sebetulnya bagaimana kita menegosiasi dengan menggarisbawahi perdagangan dan investasi itu saling menguntungkan," ungkap dia.
(ray/ray) Next Article AS dan Vietnam Lagi Ribut Dagang, Indonesia Bisa Cuan!
Pengamat Ekonomi dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Mari Elka Pangestu mengatakan sekitar 10% dari nilai ekspor Indonesia mendapatkan fasilitas GSP dari Amerika Serikat.
GSP ini merupakan semacam sistem pemotongan bea masuk yang diberikan oleh AS.
"Jadi, ini strategi khusus kita bagaimana membuat GSP bisa diperpanjang," ujar dia di Hotel Ritz Carlton, Selasa (10/7/2018).
Namun memang dalam negosiasi GSP ini, Indonesia kadang sering disulitkan dengan pertanyaan dari pihak Amerika Serikat (AS) mengenai aturan-aturan yang belum lengkap."Sama seperti dengan China, dia [AS] selalu menyinggung soal HAKI [Hak Kekayaan Intelektual Indonesia]," terang dia.
"Dalam kaitan perang dagang AS dengan China, Indonesia bisa memanfaatkan kesempatan untuk produk yang tadinya masuk ke AS dari China," ujar dia.
Kemudian dari sisi bargaining power, Indonesia juga harus bisa menerapkan prinsip saling menguntungkan dengan AS.
"Jadi sebetulnya bagaimana kita menegosiasi dengan menggarisbawahi perdagangan dan investasi itu saling menguntungkan," ungkap dia.
(ray/ray) Next Article AS dan Vietnam Lagi Ribut Dagang, Indonesia Bisa Cuan!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular