Perang Dagang AS-China Bisa Jadi Berkah bagi RI
Exist In Exist, CNBC Indonesia
10 July 2018 07:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Perdagangan menilai Indonesia harus bisa memanfaatkan momentum perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Dirjen Perdagangan Luar Negeri Oke Nurwan mengatakan hal itu bisa dilakukan salah satunya dengan upaya memenuhi kebutuhan produk impor yang dibatasi di kedua negara tersebut akibat adanya perang dagang ini.
"Misal China menahan produk [impor dari AS] apa, berarti akan berebut kan negara-negara lain untuk mengganti kebutuhan China itu, demikian juga Amerika. Kita yang harus segera menyikapi bagaimana memanfaatkan momentum itu," ujarnya di Gedung DPR RI, Senin (09/07/2018).
"Kita harus memanfaatkan potensi perjanjian yang sudah ada, misalnya ASEAN-China, kan itu tarifnya demikian terbukanya. ASEAN-China itu hampir 95% komoditi sudah diperjanjikan. Jadi, sudah banyak yang bisa kita manfaatkan," lanjutnya.
Di lain sisi, lanjutnya, Indonesia tentunya juga harus mengantisipasi dan menyeleksi barang-barang impor asal China yang kemungkinan akan membanjiri Indonesia.
"Perang dagang antara AS-China [menyebabkan] minimal ada diversion (pengalihan) barang, yang harusnya ke sana [AS], masuk ke sini misalnya. Tapi kita harus antisipatif, bahwa itu kalau memang harus masuk yang memang kita butuhkan," jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Oke mengatakan saat ini AS juga tengah dalan proses evaluasi rutin terkait kelayakan Indonesia berikut beberapa produk ekspornya dalam menerima keringanan bebas bea masuk atau yang disebut dengan skema generalized system of preferences (GSP).
"Yang pertama di-review bukan komoditi, [tapi] negaranya masih eligible (layak) sebagai penerima GSP atau tidak. Itu ada kriterianya banyak. Tanggal 17 Juli nanti kita submit lagi yang pertama adalah menurut kita, kita masih dinyatakan sebagai negara yang eligible sebagai penerima GSP," ungkapnya.
"Setelah itu baru kita berunding, [produk] yang mana saja, karena kan ada batasannya. Kalau misalnya ekspor komoditi itu sudah melebihi sekian persen misal, [AS bilang] sudah dong, bukan buat kalian lagi, itu tergantung komoditinya," tambahnya.
Menanggapi proses evaluasi yang dilakukan AS ini, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita meyakinkan tidak ada yang perlu dikhawatirkan oleh Indonesia.
"Tidak ada yang menyatakan perang dagang baik dari AS atau Indonesia. Semua lagi dalam pembicaraan, kita terus lakukan surat menyurat [dengan pihak AS]," pungkasnya.
(prm) Next Article AS dan Vietnam Lagi Ribut Dagang, Indonesia Bisa Cuan!
Dirjen Perdagangan Luar Negeri Oke Nurwan mengatakan hal itu bisa dilakukan salah satunya dengan upaya memenuhi kebutuhan produk impor yang dibatasi di kedua negara tersebut akibat adanya perang dagang ini.
"Misal China menahan produk [impor dari AS] apa, berarti akan berebut kan negara-negara lain untuk mengganti kebutuhan China itu, demikian juga Amerika. Kita yang harus segera menyikapi bagaimana memanfaatkan momentum itu," ujarnya di Gedung DPR RI, Senin (09/07/2018).
Di lain sisi, lanjutnya, Indonesia tentunya juga harus mengantisipasi dan menyeleksi barang-barang impor asal China yang kemungkinan akan membanjiri Indonesia.
"Perang dagang antara AS-China [menyebabkan] minimal ada diversion (pengalihan) barang, yang harusnya ke sana [AS], masuk ke sini misalnya. Tapi kita harus antisipatif, bahwa itu kalau memang harus masuk yang memang kita butuhkan," jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Oke mengatakan saat ini AS juga tengah dalan proses evaluasi rutin terkait kelayakan Indonesia berikut beberapa produk ekspornya dalam menerima keringanan bebas bea masuk atau yang disebut dengan skema generalized system of preferences (GSP).
"Yang pertama di-review bukan komoditi, [tapi] negaranya masih eligible (layak) sebagai penerima GSP atau tidak. Itu ada kriterianya banyak. Tanggal 17 Juli nanti kita submit lagi yang pertama adalah menurut kita, kita masih dinyatakan sebagai negara yang eligible sebagai penerima GSP," ungkapnya.
"Setelah itu baru kita berunding, [produk] yang mana saja, karena kan ada batasannya. Kalau misalnya ekspor komoditi itu sudah melebihi sekian persen misal, [AS bilang] sudah dong, bukan buat kalian lagi, itu tergantung komoditinya," tambahnya.
Menanggapi proses evaluasi yang dilakukan AS ini, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita meyakinkan tidak ada yang perlu dikhawatirkan oleh Indonesia.
"Tidak ada yang menyatakan perang dagang baik dari AS atau Indonesia. Semua lagi dalam pembicaraan, kita terus lakukan surat menyurat [dengan pihak AS]," pungkasnya.
(prm) Next Article AS dan Vietnam Lagi Ribut Dagang, Indonesia Bisa Cuan!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular