Bos BCA Bicara Soal Perang Dagang dan Dampaknya ke Perbankan
Gita Rossiana, CNBC Indonesia
09 July 2018 20:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA) Tbk Jahja Setiaatmadja menilai ancaman perang dagang Amerika Serikat (AS) ke Indonesia tidak terlalu berpengaruh kepada rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) perbankan. Namun memang, dia tidak bisa memungkiri akan ada satu atau dua perusahaan yang gagal bayar (default).
"Menurut saya, kalau kita mengikuti perkembangan baik-baik, NPL tidak akan terlalu gimana-gimana. Bahwa akan ada 1 atau 2 perusahaan yang gagal bayar itu normal," ujar Jahja saat ditemui di Menara BCA, Jakarta, Senin (9/7/2018).
Jahja mengatakan, selain dampak kepada sektor perbankan, adanya perang dagang ini juga bisa berdampak pada sektor riil Indonesia, seperti produksi besi dan batubara.
"Impor barang juga bisa terkena, daya beli dan tenaga kerja juga bisa terkena," ucap dia.
Adapun perang dagang ini, menurut Jahja terjadi karena ekonomi Amerika Serikat (AS) saat ini sedang bagus. Pihak AS pun berani menaikkan suku bunga acuan hingga 100 bps dari basis 1,25%.
"Trump berani trade war karena dia merasa Amerika sedang booming," kata dia.
(dru) Next Article Bagaimana Bos BCA Melihat Kasus Duniatex, Suram?
"Menurut saya, kalau kita mengikuti perkembangan baik-baik, NPL tidak akan terlalu gimana-gimana. Bahwa akan ada 1 atau 2 perusahaan yang gagal bayar itu normal," ujar Jahja saat ditemui di Menara BCA, Jakarta, Senin (9/7/2018).
Jahja mengatakan, selain dampak kepada sektor perbankan, adanya perang dagang ini juga bisa berdampak pada sektor riil Indonesia, seperti produksi besi dan batubara.
Adapun perang dagang ini, menurut Jahja terjadi karena ekonomi Amerika Serikat (AS) saat ini sedang bagus. Pihak AS pun berani menaikkan suku bunga acuan hingga 100 bps dari basis 1,25%.
"Trump berani trade war karena dia merasa Amerika sedang booming," kata dia.
(dru) Next Article Bagaimana Bos BCA Melihat Kasus Duniatex, Suram?
Most Popular