Belum Cukup, Bos BCA: Bunga Acuan BI Harus Naik Lagi!

Jahja mengungkapkan, BI harus memperhatikan kenaikan suku bunga Amerika (Fed Fund Rate) yang cukup agresif di tengah membaiknya perekonomian AS.

"Ke depan, kita harus lihat, Amerika Serikat serius tidak menaikkan suku bunga, September dan Desember katanya mau naik, tahun depan ada rencana 2-3 kali," kata dia dalam acara Kafe BCA di Menara BCA, Senin (9/7/2018).

Penyesuaian bunga acuan BI terhadap The Fed ini, menurut Jahja diperlukan karena apabila tidak dilakukan, maka akan berdampak pada nilai tukar rupiah. Menurut dia, hampir semua bahan baku, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun ekspor, masih banyak yang diimpor.

"Dampaknya untuk sebagian kecil, harga pokok akan naik, ke depan inflasi bisa tinggi, pilihan yang berat memang," terang dia.

Sementara itu, saat ditanya seberapa besar BI harus menaikkan suku bunga acuannya, Jahja tidak bisa memprediksinya. Namun dia mengkalkulasinya dengan menghubungkan kepada nilai tukar rupiah.

"Nilai tukar rupiah ada gearing ratio-nya, (setiap pelemahan) 0,25%, suku bunga acuan bisa naik 0,5%. Memang kalau mereka naik empat kali, (bunga acuan BI) bisa naik dua persen sampai tahun depan," kata dia.  

Sedangkan dampaknya kepada suku bunga simpanan dan kredit di BCA, menurut Jahja, sejauh ini untuk suku bunga simpanan sudah meningkat sejak Maret 2018 silam. Suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) juga meningkat dari 5,6% menjadi 5,88%.

"Untuk kenaikan ke depannya kami harus lihat blended cost, takutnya kalau terlalu dinaikkan bisa tenggelam,"ucap dia.