RI Defisit Migas Sejak 2012

Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
10 July 2018 14:13
Jumlah impor yang tinggi tak sebanding dengan produksi migas telah lama membuat neraca perdagangan RI kewalahan. RI alami defisit migas besar sejak 2012 lalu.
Foto: Dokumentasi ESDM
Jakarta, CNBC Indonesia- Jumlah impor yang tinggi tak sebanding dengan produksi migas telah lama membuat neraca perdagangan Indonesia kewalahan. Dari Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui, bahwa Indonesia mengalami defisit migas besar-besaran sejak 2012 lalu.

Berdasar data BPS, defisit migas konstan terjadi di neraca perdagangan Indonesia sejak 2013. "Defisit banyak dipengaruhi oleh sektor migas, selalu, kalau kita bicara soal migas itu selalu negatif terus sejak beberapa tahun terakhir ini," ujar Direktur Statistik Distribusi BPS, Anggoro Dwitjahyono, kepada CNBC Indonesia, Selasa (10/7/2018).



Di 2012, ketika harga minyak dunia menyentuh US$ 100-US$ 120 per barel, defisit migas Indonesia mencapai US$ 5,58 miliar. Defisit semakin lebar memasuki 2013, di penghujung tahun defisit migas menyentuh US$ 12,6 miliar. Ini berimbas ke neraca perdagangan Indonesia yang defisit sampai US$ 4,07 miliar.

Masuk 2014, defisit tak kunjung pulih bahkan melonjak ke US$ 13,4 miliar, untungnya saat itu transaksi non migas Indonesia sedang bagus sehingga defisit neraca perdagangan bisa ditekan ke angka US$ 2,18 miliar.

Turunnya harga minyak dunia, lebih dari separuh harga menjadi di kisaran US$ 40-US$ 50 per barel, mampu membuat defisit migas menyempit dari US$ 12,6 miliar jadi US$ 6 miliar. Transaksi di sektor non migas yang juga moncer akhirnya membuat neraca perdagangan Indonesia selamat dari defisit dan surplus US$ 7,6 miliar.

Buah surplusnya neraca perdagangan setidaknya masih bisa dicicipi oleh pemerintah hingga akhir tahun lalu. Meski tanpa disadari di kolom transaksi migas angka defisit kembali melebar, dari US$ 6 miliar perlahan merangkak ke US$ 8,7 miliar. Pemicunya jelas, harga minyak yang mulai memanjat ke kisaran US$ 60 per barel.

Di 2018, hingga Mei kemarin, neraca perdagangan Indonesia pun kembali terseok akibat migas. Harga minyak dunia yang terus meroket, diiringi produksi yang meleset dari target membuat transaksi migas defisit hingga US$ 5,03 miliar. Di sektor transaksi non migas, surplus yang tercatat hanya US$ 2,19 miliar. Tak mampu mengimbangi defisit migas, alhasil neraca perdagangan Indonesia pun defisit US$ 2,8 miliar.

Hingga Juli ini, belum ada perbaikan signifikan. Dengan tingginya konsumsi BBM selama musim Ramadan-Lebaran kemarin, diperkirakan neraca perdagangan Indonesia masih belum bisa diselamatkan dari defisit.
(wed) Next Article Streaming: Defisit Perdagangan 2020 Masih Dibayangi Migas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular