
Pengamat: Defisit Migas Gerus Nilai Tukar Rupiah
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
10 July 2018 12:03

Jakarta, CNBC Indonesia- Defisit impor migas mencetak rekor tinggi pada Juni 2018. Defisit diproyeksi masih akan terjadi karena lifting migas yang merosot, dan mengancam nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang sedang melemah.
"Defisit migas akan mendorong peningkatan impor. Dampaknya, memperbesar defisit neraca perdagangan yang semakin memperlemah kurs rupiah dan meningkatkan inflasi," ujar pengamat energi Universitas Gajah Mada Fahmy Radhi saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (10/7/2018).
Untuk itu, Fahmy menilai, satu-satunya jalan untuk menghentikan situasi tersebut adalah menaikkan lifting migas, sebab menurutnya hampir mustahil mengurangi konsumsi migas sehingga dapat menurunkan impor.
Terkait peningkatan lifting migas, sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, sebanyak 5,2 juta barel minyak ternyata masih tertimbun berada dalam tangki penyimpanan.
Ia menjelaskan, minyak yang belum diangkut dari tangki ini yang menyebabkan target lifting minyak belum tercapai. "Di depot masih ada 5,2 juta barel. Nanti akan kami lifting, jadi lifting naik," kata Djoko kepada media ketika dijumpai di Gedung DPR, Jakarta, Senin (9/7/2018).
Di samping itu, lanjut Fahmy, langkah antisipasi yang harus dilakukan pemerintah yakni mencari sumber dana untuk menutup defisit APBN. "Cara yang paling mudah adalah menambah utang. Memang berisiko, tapi paling mudah untuk menutup defisit APBN yang disebabkan kurangnya kinerja sektor migas," pungkasnya.
(roy) Next Article Miris! Produksi Migas RI Dalam Lima Tahun Terus Menyusut
"Defisit migas akan mendorong peningkatan impor. Dampaknya, memperbesar defisit neraca perdagangan yang semakin memperlemah kurs rupiah dan meningkatkan inflasi," ujar pengamat energi Universitas Gajah Mada Fahmy Radhi saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (10/7/2018).
Ia menjelaskan, minyak yang belum diangkut dari tangki ini yang menyebabkan target lifting minyak belum tercapai. "Di depot masih ada 5,2 juta barel. Nanti akan kami lifting, jadi lifting naik," kata Djoko kepada media ketika dijumpai di Gedung DPR, Jakarta, Senin (9/7/2018).
Di samping itu, lanjut Fahmy, langkah antisipasi yang harus dilakukan pemerintah yakni mencari sumber dana untuk menutup defisit APBN. "Cara yang paling mudah adalah menambah utang. Memang berisiko, tapi paling mudah untuk menutup defisit APBN yang disebabkan kurangnya kinerja sektor migas," pungkasnya.
(roy) Next Article Miris! Produksi Migas RI Dalam Lima Tahun Terus Menyusut
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular