Piala Dunia 2018

Apa Kabar Skuat Inggris di Italia 1990?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 July 2018 13:05
Apa Kabar Skuat Inggris di Italia 1990?
Foto: REUTERS/Lee Smith
Jakarta, CNBC Indonesia - Football is coming home! Kalimat itu banyak diserukan rakyat Inggris menyambut hasil yang diperoleh Tim Tiga Singa di Piala Dunia 2018.

Akhir pekan lalu, Inggris melewati hadangan Swedia di perempat final dengan skor 2-1. Hasil ini membawa Inggris ke semifinal untuk berhadapan dengan Kroasia pada Kamis dini hari mendatang.

Harry Kane dan kawan-kawan membuat publik Inggris bermimpi. Mimpi untuk mencapai harapan besar yang selalu diidamkan sejak 1966. Juara dunia. Make us dream, kata mereka.

Selepas juara di negeri sendiri pada 1966, prestasi tim nasional Inggris memang kurang mentereng. Prestasi terbaik mereka adalah masuk empat besar di Italia 1990. Bahkan Inggris sempat gagal tampil di USA 1994.

Oleh karena itu, Harry Kane dan kolega kini bisa menyamai prestasi skuat Inggris di Italia 1990. Untuk kali pertama dalam 28 tahun, negara asal sepakbola ini bisa mencapai semifinal.

Pencapaian ini kemudian membuat banyak orang teringat bagaimana Inggris berhasil 'menyihir' dunia lewat penampilan apik di Piala Dunia 1990. Kala itu, Inggris tampil begitu cepat, eksplosif, tetapi tetap cantik.

Namun, sihir Inggris harus terhenti di semifinal. Tim asuhan almarhum Sir Bobby Robson dikandaskan Jerman (Barat) melalui adu penalti. Inggris memang agak sial kalau harus menyelesaikan pertandingan melalui babak tos-tosan.


Inggris yang bermain cepat dan eksplosif kalah oleh Jerman yang persisten bin disiplin. Begitu keukeuh-nya Jerman sampai-sampai penyerang Inggris Gary Lineker mengeluarkan kalimat yang menjadi legenda di dunia sepakbola.

"Dua puluh dua orang mengejar bola selama 90 menit. Pada akhirnya, orang Jerman yang selalu menang," ujar Lineker.

Dua puluh delapan tahun kemudian, Lineker masih aktif di sekitaran sepakbola. Namun bukan menjadi pelatih, melainkan pandit alias analis sepakbola yang menulis kolom atau mengomentari pertandingan di televisi.

Selain Lineker, bagaimana nasib pemain-pemain Inggris yang bisa menembus semifinal di Italia 1990? Mari kita lihat...

Saat itu, gawang Inggris dijaga oleh kiper legendaris Peter Shilton yang bermain di Deby County. Shilton berhasil bangkit dari keterpurukan akibat ‘dilecehkan’ oleh Gol Tangan Tuhan yang dibikin Diego Maradona empat tahun sebelumnya.

Shilton (dan Fabien Barthez, kiper Prancis) memegang rekor tidak kebobolan di 10 pertandingan Piala Dunia. Sepanjang kariernya, Shilton sudah 125 kali menjaga gawang tim nasional.

Selepas pensiun, Shilton berkarier sebagai motivator di berbagai acara. Shilton pernah berusaha menjalankan beberapa bisnis tetapi gagal. Bahkan Shilton juga pernah bangkrut akibat kebisaan buruknya, yaitu doyan judi.

Kemudian di belakang, pertahanan Inggris digalang oleh Stuart Pearce (Nottingham Forest), Demond ‘Des’ Walker (Nottingham Forest), Terence ‘Terry’ Butcher (Glasgow Rangers), Paul Parker (Queens Park Rangers), dan Mark Wright (Deby County). Pearce adalah bek tangguh yang dijuluki The Psycho (psikopat) karena gaya permainannya yang tidak kenal ampun.

Karier Pearce di tim nasional bertahan cukup lama, bahkan sampai kualifikasi Piala Eropa 2000. Pearce mengoleksi 78 penampilan bersama tim nasional.

Selepas pensiun, Pearce tetap dekat di lapangan dengan menjadi pelatih. Pearce sempat menukangi Manchester City dan tim nasional Inggris U-21. Terakhir, Pearce menjadi asisten David Moyes di Everton setelah dipecat Forest pada November 2017.

Sementara Walker saat itu adalah salah satu bek terbaik di Liga Inggris. Tidak hanya ahli dalam menjaga pemain lawan, Walker juga punya kecepatan sehingga mampu mengawali serangan balik yang berbuah gol bagi timnya.

Di tim nasional, karier Walker terbentang dari 1988 hingga 1993 dengan catatan 59 caps. Di masa pensiun, Walker menjadi pelatih di Derby County. Seperti Shilton, Walker juga menyediakan jasa sebagai pembicara.

Lalu ada Terry Bucther. Seperti namanya (butcher artinya tukang jagal), Butcher tak kenal kompromi. Foto dirinya bersimbah darah tetapi masih bermain menjadi headline di berbagai surat kabar.

Dalam rentang 10 tahun karier internasional, Butcher mengumpulkan 77 penampilan. Tidak lama setelah pensiun, Butcher mengambil jalan kepelatihan. Kini dia adalah pelatih tim nasional negara tetangga kita, Filipina.

Sebagai seorang pemain sepakbola, apalagi bek, perawakan Paul Parker kurang meyakinkan. Tingginya hanya 170 cm. Namun, dia mampu menutupnya dengan penempatan posisi dan kekuatan fisik yang memukau.

Karier Parker di tim nasional relatif singkat, hanya empat tahun dengan 19 penampilan. Namun, dia berhasil membuat masa singkat itu mengesankan karena menjadi bagian integral dari tim nasional Inggris di Italia 1990.

Selepas pensiun dari sepakbola, Parker pernah mencicipi menjadi pelatih di klub gurem seperti Chelmsford City dan Welling United. Namun tidak lama dan Parker memutuskan pindah ke Singapura dan menjadi pandit. Parker juga menjadi Direktur Teknis di JSSL, sekolah sepakbola terbesar di Negeri Singa.


Sementara di tengah, ada duet Chris Waddle (Olympique Marseille) dan Paul Gascoigne (Tottenham Hotspur). Waddle bermain untuk tim nasional selama 1985-1991 dengan 62 caps plus 6 gol.

Di level klub, Waddle sempat merasakan jadi pemain termahal dunia kala direkrut Marseille dari Spurs dengan nilai transfer 4,5 juta poundsterling pada 1989. Pendukung Marseille menjulukinya Magic Chris karena penampilan Waddle yang ciamik.

Selepas pensiun, Waddle sempat mencoba peruntungan menjadi manajer di Burnley. Namun hanya bertahan setahun. Kini, Waddle menekuni karier sebagai pandit.

Kompatriot Waddle adalah Gascoigne. Gazza. Banyak yang menilai Gascoigne adalah bakat terbaik yang dimiliki Inggris bahkan sampai saat ini. Pure talent at their best, bakat murni pemberian Tuhan.

Permainan Gascoigne membuatnya bukan seperti orang Inggris, tetapi Amerika Latin. Gascoigne bermain layaknya playmaker dari Brasil atau Argentina dengan umpan presisi, gocekan menawan, dan kecepatan luar biasa.

Namun bakat saja tidak cukup. Gascoigne merusak diri dan kariernya sendiri dengan ketergantungan alkohol sampai narkotika. Dia juga pernah melakukan percobaan bunuh diri akibat depressi.

Gascoigne muda begitu ambisius, bergairah, dan lugu kala mengantar Inggris ke semifinal Italia 1990. Fotonya yang menangis tersedu kala Inggris harus pulang lebih awal menjadi gambaran betapa murni hasratnya membela negara. Namun seiring jalan, hidupnya berubah kelam dan penuh noda.

Selama kariernya, Gascoigne mendapat kepercayaan 57 kali membela Tim Tiga Singa dengan kontribusi 10 gol. Meski hidupnya penuh huru-hara, Gascoigne masih dipercaya untuk membela Inggris sampai Piala Dunia 1998.

Hidup Gascoigne masih kacau sampai sekarang. Sejak tahun lalu, Gascoigne menghabiskan harinya di rehabilitasi untuk menghilangkan kecanduan alkohol.


Sementara di lini depan Inggris, ada trio Peter Beardsley (Liverpool), David Platt (Aston Villa), dan Gary Lineker (Spurs). Beardsley adalah penyerang yang juga bisa bermain di tengah. Dia dianugerahi visi permainan kelas wahid, licin, ditambah determinasi tinggi.

Di tim nasional, Beardsley memiliki 59 caps dengan torehan sembilan gol. Beardsley sempat masuk tim bayangan Inggris yang akan dibawa ke Euro 1996, tetapi dicoret pada saat-saat terakhir.

Kemudian ada nama Platt, yang sama seperti Beardsley juga lebih banyak menempati posisi gelandang. Platt sempat mencoba karier di Italia dengan bergabung di Bari, Juventus, dan Sampdoria.

Platt juga banyak menghabiskan waktu di lapangan meski sudah pensiun. Dirinya sempat menjadi bagian dari tim pelatih di berbagai tim mulai dari Sampdoria, Manchester City, sampai Inggris U-21. Selepas dipecat klub Liga India FC Pune City, Platt lebh sering mondar-mandir di stasiun televisi menjadi pandit.

Terakhir ada Lineker. Dia adalah salah satu penyerang Inggris sepanjang masa. Dalam 80 kali penampilan bersama tim nasional, Lineker mencetak 48 gol.


Lineker sempat bermain di luar Inggris kala memperkuat Barcelona pada 1986-1989. Di Catalan, Lineker menjelma menjadi predator ulung dengan sumbangan 42 gol dari 103 penampilan.

Sepanjang kariernya di level klub, Lineker tampil di 567 laga dengan catatan 281 gol. Prolifik.

Seusai kariernya, Lineker langsung terjun menjadi pandit. Tidak hanya menjadi komentator di televisi, Lineker juga rajin menulis kolom di berbagai harian.

Itulah situasi terkini para legenda Inggris yang menjadi pahlawan di Italia 1990. Kini mereka akan melihat dengan seksama bagaimana junior mereka mencoba mewujudkan mimpi yang kandas 28 tahun lalu.


TIM RISET CNBC INDONESIA



Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular