Piala Dunia 2018
Pergantian Pemain Ke-4, Cara Tim Lindungi 'Aset' Terpenting
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 July 2018 13:01

Selain menjaga performa tim tetap segar, pergantian ekstra juga dibutuhkan untuk melindungi pemain dari bekapan cedera serius. Jika pemain yang sudah cedera tetapi dipaksa tetap bermain, dampaknya akan fatal.
Contohnya adalah Vincent Kompany. Pada pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2014, bek Manchester City itu berbenturan dengan pemain Serbia, Vladimir Stojkovich. Hasilnya, hidung Kompany patah dan kepalanya mengalami gegar otak ringan.
Namun Kompany memaksakan diri untuk terus bermain. Sebab, Belgia sudah menghabiskan jatah pergantian pemain.
Cedera itu bisa berdampak fatal karena menyangkut otak yang merupakan sumber kehidupan. Kala Kompany memaksakan diri, tidak hanya karier Kompany yang dipertaruhkan, tetapi mungkin saja nyawanya.
Mundur lebih jauh lagi ada nama Franz Beckenbauer, sang legenda Jerman. Der Kaizer mendapat cedera serius di semifinal Piala Dunia 1970 kala menghadapi Italia.
Beckernbauer berbenturan dengan pemain belakang Italia, Pierlugi Cera, dan tulang selangkanya patah. Namun lagi-lagi karena jatah pergantian pemain sudah tidak ada, sang kapten terpaksa melanjutkan permainan.
Sampai akhir pertandingan, tangan kanan Beckenbauer dibebat. Situasi ini juga merugikan Jerman, karena keunggulan 2-1 berbalik menjadi kekalahan 3-4.
Dengan sepakbola yang sudah menjadi industri, diharapkan kejadian-kejadian itu bisa dihindari. Pemain sebagai aset terpenting dalam industri ini memang wajib dilindungi. Jika sang aset terpenting sampai ‘rusak’ dan tidak produktif lagi, maka dia tidak akan bisa berkontribusi terhadap kinerja industri.
Itu kalau pendekatan ekonomi dan industri. Bila bicara kemanusiaan, pesepakbola pun manusia. Jangan lagi ada penghisapan manusia oleh manusia lainnya atas nama industri.
Pesepakbola juga harus dilindungi badannya agar bisa terus bermain. Sebab seperti pekerja pada umumnya, mereka juga punya keluarga untuk dihidupi. Jangan sampai karier mereka mati gara-gara cedera yang makin parah karena terpaksa terus bermain.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/prm)
Contohnya adalah Vincent Kompany. Pada pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2014, bek Manchester City itu berbenturan dengan pemain Serbia, Vladimir Stojkovich. Hasilnya, hidung Kompany patah dan kepalanya mengalami gegar otak ringan.
Namun Kompany memaksakan diri untuk terus bermain. Sebab, Belgia sudah menghabiskan jatah pergantian pemain.
Mundur lebih jauh lagi ada nama Franz Beckenbauer, sang legenda Jerman. Der Kaizer mendapat cedera serius di semifinal Piala Dunia 1970 kala menghadapi Italia.
Beckernbauer berbenturan dengan pemain belakang Italia, Pierlugi Cera, dan tulang selangkanya patah. Namun lagi-lagi karena jatah pergantian pemain sudah tidak ada, sang kapten terpaksa melanjutkan permainan.
Sampai akhir pertandingan, tangan kanan Beckenbauer dibebat. Situasi ini juga merugikan Jerman, karena keunggulan 2-1 berbalik menjadi kekalahan 3-4.
Dengan sepakbola yang sudah menjadi industri, diharapkan kejadian-kejadian itu bisa dihindari. Pemain sebagai aset terpenting dalam industri ini memang wajib dilindungi. Jika sang aset terpenting sampai ‘rusak’ dan tidak produktif lagi, maka dia tidak akan bisa berkontribusi terhadap kinerja industri.
Itu kalau pendekatan ekonomi dan industri. Bila bicara kemanusiaan, pesepakbola pun manusia. Jangan lagi ada penghisapan manusia oleh manusia lainnya atas nama industri.
Pesepakbola juga harus dilindungi badannya agar bisa terus bermain. Sebab seperti pekerja pada umumnya, mereka juga punya keluarga untuk dihidupi. Jangan sampai karier mereka mati gara-gara cedera yang makin parah karena terpaksa terus bermain.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/prm)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular