
Internasional
Perang Dagang, Surplus Dagang Jadi Racun Bagi Jerman
Roy Franedya, CNBC Indonesia
04 July 2018 20:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Surplus perdagangan dimana nilai ekspor lebih tinggi dari nilai impor akan menjadi masalah besar bagi ekonomi Jerman. Hal ini merupakan pernyataan direktur Ifo, lembaga penelitian yang mengamati negara tersebu, Rabu (4/7/2018).
"[Surplus perdagangan] berubah menjadi peningkatan masalah, tidak hanya dengan AS tetapi dengan mitra dagang lainnya, dan juga dengan Uni Eropa," ujar Gabriel Felbermayr, Direktur Ifo Center Ekonomi Internasional, lembaga riset yang berbasis di Munich, seperti dilansir dari CNBC International.
"Surplus menjadi racun, dan Jerman perlu melakukan sesuatu dengan tujuan untuk menurunkan. Surplus dagang akan menjadi liabilitas ketimbang aset."
Jerman merupakan negara manufaktur yang berorientasi ekspor yang membuat surplus perdagangan telah lama menjadi sasaran kritik dan Berlin telah ditekan untuk mendorong lebih banyak pengeluaran domestik dan meningkatkan impor.
Surplus perdagangan dipandang mendorong proteksionisme perdagangan dan memperburuk masalah ekonomi negara lain.
Surplus perdagangan
Pada 2017, surplus perdagang Jerman mencapai US$300,9 miliar. Ini pertama kalinya Jerman mencatatkan penurunan surplus dagang sejak 2009. Namun, surplus perdagangannya dengan AS adalah US$ 64 miliar. Dalam cuitannya tahun lalu Presiden Donald Trump cemas atas data perdagangan tersebut.
"Tentu, ada kesenjangan dalam infrastruktur publik, sekolah perlu direnovasi dan sebagainya, tetapi yang sangat kami khawatirkan adalah bahwa Jerman tidak cukup menarik untuk investasi perusahaan," katanya.
Dia menambahkan bahwa pemerintah Jerman di bawah Kanselir Angela Merkel perlu memodernisasi aturan yang mengatur ekonomi, untuk melakukan deregulasi dan siap untuk perubahan teknologi.
Perang dagang
Ketidakseimbangan perdagangan yang dirasakan telah mendorong Presiden Trump dalam beberapa bulan terakhir untuk mengancam memberlakukan tarif impor yang berasal dari mitra dagang terdekat dan terbesar AS, mulai dari barang-barang teknologi Cina hingga mobil Eropa.
Cina, Uni Eropa, Kanada dan Meksiko semuanya telah mengancam langkah-langkah balas dendam. AS akan mengenakan tarif untuk barang impor China sebesar US$34 miliar pada 6 Juli 2018. Pada hari yang sama China mengatakan akan membalas dengan kenaikan tarif impor pula.
Eric Lonergan, macro fund manager M & G, mengatakan kepada CNBC pada hari Rabu bahwa Uni Eropa mungkin akan memaafkan Trump dan mengatasi surplus transaksi berjalan. Surplus transaksi berjalan adalah ukuran yang lebih luas dari surplus perdagangan, ditambah pendapatan dari investasi asing dan pembayaran transfer.
Lonergan mengusulkan solusi yang menurutnya bisa dilakukan oleh Jerman. "Mengapa kita tidak memiliki kebijakan fiskal di Eropa yang lebih besar yang mengatakan bahwa kita akan mengalokasikannya untuk menangani perdagangan, kita akan memotong pajak perusahaan, kita akan memotong pajak pribadi dan menstimulasi permintaan domestik? Dan Jerman bisa memimpin itu."
(roy/roy) Next Article Kian Mesra, Trump Minta China Hapus Tarif Produk Pertanian AS
"[Surplus perdagangan] berubah menjadi peningkatan masalah, tidak hanya dengan AS tetapi dengan mitra dagang lainnya, dan juga dengan Uni Eropa," ujar Gabriel Felbermayr, Direktur Ifo Center Ekonomi Internasional, lembaga riset yang berbasis di Munich, seperti dilansir dari CNBC International.
Surplus perdagangan dipandang mendorong proteksionisme perdagangan dan memperburuk masalah ekonomi negara lain.
Surplus perdagangan
Pada 2017, surplus perdagang Jerman mencapai US$300,9 miliar. Ini pertama kalinya Jerman mencatatkan penurunan surplus dagang sejak 2009. Namun, surplus perdagangannya dengan AS adalah US$ 64 miliar. Dalam cuitannya tahun lalu Presiden Donald Trump cemas atas data perdagangan tersebut.
![]() |
"Tentu, ada kesenjangan dalam infrastruktur publik, sekolah perlu direnovasi dan sebagainya, tetapi yang sangat kami khawatirkan adalah bahwa Jerman tidak cukup menarik untuk investasi perusahaan," katanya.
Dia menambahkan bahwa pemerintah Jerman di bawah Kanselir Angela Merkel perlu memodernisasi aturan yang mengatur ekonomi, untuk melakukan deregulasi dan siap untuk perubahan teknologi.
Perang dagang
Ketidakseimbangan perdagangan yang dirasakan telah mendorong Presiden Trump dalam beberapa bulan terakhir untuk mengancam memberlakukan tarif impor yang berasal dari mitra dagang terdekat dan terbesar AS, mulai dari barang-barang teknologi Cina hingga mobil Eropa.
Cina, Uni Eropa, Kanada dan Meksiko semuanya telah mengancam langkah-langkah balas dendam. AS akan mengenakan tarif untuk barang impor China sebesar US$34 miliar pada 6 Juli 2018. Pada hari yang sama China mengatakan akan membalas dengan kenaikan tarif impor pula.
Eric Lonergan, macro fund manager M & G, mengatakan kepada CNBC pada hari Rabu bahwa Uni Eropa mungkin akan memaafkan Trump dan mengatasi surplus transaksi berjalan. Surplus transaksi berjalan adalah ukuran yang lebih luas dari surplus perdagangan, ditambah pendapatan dari investasi asing dan pembayaran transfer.
Lonergan mengusulkan solusi yang menurutnya bisa dilakukan oleh Jerman. "Mengapa kita tidak memiliki kebijakan fiskal di Eropa yang lebih besar yang mengatakan bahwa kita akan mengalokasikannya untuk menangani perdagangan, kita akan memotong pajak perusahaan, kita akan memotong pajak pribadi dan menstimulasi permintaan domestik? Dan Jerman bisa memimpin itu."
(roy/roy) Next Article Kian Mesra, Trump Minta China Hapus Tarif Produk Pertanian AS
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular