Stunting Rugikan Indonesia Rp 400 T/Tahun

Arys Aditya, CNBC Indonesia
03 July 2018 11:26
Pasalnya, fenomena stunting menimbulkan dampak ekonomi yang tidak sedikit.
Foto: Arys Aditya
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memperkuat upaya penanganan stunting atau gagal tumbuh (kerdil) pada balita. Pasalnya, fenomena stunting menimbulkan dampak ekonomi yang tidak sedikit.

Menteri Perencanan Pembangunan Nasional dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang P.S. Brodjonegoro mengungkapkan Bank Dunia mencatat ada 9 juta anak yang mengalami gagal tumbuh dari total 159 juta anak di dunia.

"Riset World Bank pada 2016 juga menunjukkan kerugian ekonomi akibat stunting mencapai 2%-3% dari PDB per tahun, atau sekitar Rp 400 triliun per tahun," ungkap Bambang dalam Widayakarya Nasional Pangan dan Gizi XI, Selasa (3/7/2018).

Menurut kajian Bappenas, Bambang menyatakan persoalan kekerdilan ini tidak hanya melanda provinsi-provinsi miskin, melainkan seluruh provinsi di Indonesia. Bahkan, lanjutnya, DKI Jakarta juga tidak bisa bebas dari stunting, khususnya di wilayah administratif Kepulauan Seribu.

Untuk itu, dia mengatakan penanganan stunting telah mendapat prioritas anggaran dari pemerintah. Sehingga, penanganan stunting tidak lagi hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Kesehatan, tetapi juga semua kementerian dan lembaga.

"Topik-topik utama yang sedang dikerjakan oleh Pemerintah antara lain Surveillance gizi, intervensi gizi serta akses terhadap air bersih dan sanitasi. Lalu ada pemberian pangan dengan memanfaatkan sumber daya lokal," tuturnya.

Bambang menambahkan, penanganan kekerdilan juga memberikan manfaat besar bagi Indonesia karena berdasarkan riset yang sama, return of investment dari upaya pemberantasan stunting akan adalah 48x lipat.

"Hampir tidak ada jenis bisnis yang menjanjikan keuntungan sampai 48x lipat."

Dalam kesempatan berbeda, Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta agar pemerintah menggalakkan kampanye penanganan kekerdilan.

"Kekerdilan menyebabkan produktivitas rendah, maka akan merusak produktivitas dan perekonomian Indonesia pada masa depan, 20-30 tahun. Bukan hanya masalah sekarang."
(hps/hps) Next Article Terungkap, 54% Angkatan Kerja RI Pernah 'Kurang Gizi'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular