Piala Dunia 2018
Memukau di Piala Dunia, Ini Kunci Bangkitnya Sepakbola Jepang
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 July 2018 11:31

Kelahiran J-League jadi awal kebangkitan sepakbola Jepang. Sejak kelahirannya, J-League punya norma yang konsisten dilaksanakan sampai saat ini. Aturan dasar tersebut adalah:
Berikut adalah beberapa syarat yang harus dipatuhi klub jika ingin naik kelas menjadi profesional, mengutip penjelasan di situs J-League.
Organisasi:
Berkat kompetisi yang rapi, terstruktur, profesional, dan konsisten, J-League menjelma kawah candradimuka yang mampu melahirkan bakat-bakat luar biasa. Mulai dari Hidetoshi Nakata, Masashi 'Gon' Nakayama, Atsushi Yanagisawa, sampai generasi Maya Yoshida dan Shinji Kagawa.
Tidak hanya itu, J-League juga merupakan liga yang kompetitif. Kita tentu masih ingat kapten Brasil di Piala Dunia 1998, Dunga. Kala itu, Dunga bermain di Jubilo Iwata dan mampu menjadi pemimpin Brasil yang melaju sampai ke laga final.
Musim depan, J-League akan kedatangan bintang baru, yaitu Andres Iniesta, eks kapten Barcelona. Kebetulan, Iniesta sejak kecil sudah mengidolakan Kapten Tsubasa sehingga bertualang ke Jepang bisa dibilang mewujudkan impiannya.
Bila J-League terus konsisten dikelola dengan cara seperti ini, atau bahkan lebih baik, maka bukan tidak mungkin Jepang semakin bisa berbicara banyak di pentas sepakbola internasional. Inilah hasilnya kalau liga sepakbola dikelola secara profesional dan konsisten. Tidak seperti di... Ah, sudahlah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/prm)
- Klub yang ikut serta harus memiliki stadion sendiri.
- Stadion yang dipakai harus berkapasitas minimal 15.000 penonton.
- Klub harus memiliki sponsor finansial untuk mengikis afiliasi dengan perusahaan tertentu.
Berikut adalah beberapa syarat yang harus dipatuhi klub jika ingin naik kelas menjadi profesional, mengutip penjelasan di situs J-League.
Organisasi:
- Klub harus berbentuk perusahaan atau entitas non-profit yang bertujuan untuk sepakbola, tidak ada lainnya, dan status ini harus lebih dari setahun.
- Saham mayoritas harus dimiliki oleh pihak Jepang.
- Harus mempekerjakan karyawan minimal empat orang, salah satunya di posisi manajerial.
- Harus mengadopsi sistem penggajian sesuai undang-undang ketenagakerjaan.
- Harus memiliki pengelolaan keuangan yang baik dan patuh terhadap audit tahunan.
- Harus memegang hak atas kekayaan intelektual terhadap nama klub, logo, dan hak cipta lainnya.
- Harus disetujui oleh persatuan sepakbola setempat.
- Harus disetujui oleh pemerintah setempat.
- Harus berlokasi di kota klub berasal.
- Harus membangun fasilitas latihan.
- Harus bermain di liga regional sebelumnya.
- Harus memiliki sistem pembinaan pemain muda dalam waktu lebih dari setahun.
- Harus mematuhi aturan J-League.
Tidak hanya itu, J-League juga merupakan liga yang kompetitif. Kita tentu masih ingat kapten Brasil di Piala Dunia 1998, Dunga. Kala itu, Dunga bermain di Jubilo Iwata dan mampu menjadi pemimpin Brasil yang melaju sampai ke laga final.
Musim depan, J-League akan kedatangan bintang baru, yaitu Andres Iniesta, eks kapten Barcelona. Kebetulan, Iniesta sejak kecil sudah mengidolakan Kapten Tsubasa sehingga bertualang ke Jepang bisa dibilang mewujudkan impiannya.
Bila J-League terus konsisten dikelola dengan cara seperti ini, atau bahkan lebih baik, maka bukan tidak mungkin Jepang semakin bisa berbicara banyak di pentas sepakbola internasional. Inilah hasilnya kalau liga sepakbola dikelola secara profesional dan konsisten. Tidak seperti di... Ah, sudahlah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/prm)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular