ASEAN Perlu Waspadai Inisiatif Made in China 2025

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
02 July 2018 17:48
Negara-negara di kawasan Asia Tenggara perlu mewaspadai upaya China meningkatkan keunggulan teknologinya melalui program Made in China 2025.
Foto: REUTERS/Bobby Yip
Jakarta, CNBC Indonesia - Negara-negara di kawasan Asia Tenggara perlu mewaspadai upaya China meningkatkan keunggulan teknologinya melalui program Made in China 2025.

Hal itu perlu dilakukan bukan hanya karena negara-negara ASEAN merupakan target ekspor utama produk-produk inovasi dari Cina, seperti rel kereta api dan ponsel pintar, tetapi karena program itu sangat menekankan persyaratan konten lokal.


Persyaratan itu nantinya dapat menghambat produsen Asia Tenggara lainnya dalam berbisnis yang menguntungkan secara jangka panjang di dalam rantai nilai Cina, menurut catatan riset Oxford Business Group yang diterima CNBC Indonesia hari Senin (2/7/2018).

"Agar tetap memiliki daya saing di era teknologi seperti saat ini, pemerintah negara-negara ASEAN sudah memulai mencanangkan sejumlah strategi untuk kemajuan industri," tulisnya.

Indonesia, misalnya, mencanangkan strategi nasional di April 2018 bernama "Making Indonesia 4.0" dengan tujuan untuk memajukan industri manufaktur dalam negeri.

"Strategi tersebut memprioritaskan perkembangan lima sektor utama: makanan dan minuman, otomotif, tekstil, elektronik, dan bahan kimia. Strategi ini merupakan salah satu upaya pemerintah menjadikan Indonesia sebagai pemimpin global," tulis perusahaan konsultan yang berbasis di London, Inggris itu.


Program Made in China 2025 tidak hanya perlu diawasi oleh negara-negara Asia Tenggara. Raksasa ekonomi, seperti Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa, juga mewaspadai program pemerintah Negeri Tirai Bambu yang berupaya menjadikan China pemain global dalam bidang teknologi.

Dengan jumlah penduduk mencapai 1,4 miliar, China memiliki akses terhadap sampel data yang sangat besar yang menempatkannya di posisi terdepan untuk mengomersilkan dan meningkatkan inovasi di industri mana pun, tulis Oxford Business Group. Jumlah data yang besar dapat memajukan proses otomatisasi dan penyediaan layanan dan solusi yang berdasarkan artificial intelligence (AI).

"Lupakan perang perdagangan - apabila program Made in China 2025 berhasil memajukan Cina dan mengalahkan kompetitornya dalam bidang industri generasi baru, AS akan kalah dalam persaingan dagang ini sebab seluruh dunia akan semakin dependen terhadap produk-produk inovasi yang diciptakan Cina yang akan mengubah gaya hidup dan cara menjalankan bisnis," tambahnya.
(dob) Next Article Asia Tenggara Makin Dekat ke India Ketimbang ke AS atau China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular