Internasional

Larangan Menyetir Dihapus, Wanita Arab Rayakan Kebebasan Baru

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
25 June 2018 12:07
Anugerah ekonomi
Foto: REUTERS/Faisal Al Nasser
Kekhawatiran bahwa pengemudi perempuan akan menghadapi pelecehan di negara yang menerapkan aturan pemisahan yang ketat, yang biasanya mencegah perempuan berinteraksi dengan laki-laki yang tidak miliki hubungan dengannya itu, telah mendorong lahirnya undang-undang anti-pelecehan baru bulan lalu.

Kementerian Dalam Negeri berencana untuk mempekerjakan polisi lalu lintas perempuan untuk pertama kalinya, tetapi tidak jelas kapan mereka akan dikerahkan.

Direktorat keamanan publik melaporkan tidak ada insiden satu jam setelah larangan itu berakhir. Salah seorang warga Riyadh, Amr al-Ardi, mengatakan para wanita di keluarganya akan menunggu untuk melihat bagaimana sistem itu bekerja sebelum mereka mulai mengemudi.

Keputusan untuk mencabut larangan itu diperkirakan akan meningkatkan ekonomi, di mana berbagai industri mulai dari penjualan mobil hingga asuransi diperkirakan akan menuai hasil. Sebelumnya bioskop dan konser juga pernah dilarang hadir di Arab.

Perubahan ini harusnya menguntungkan keluarga karena bisa menghemat biaya menyewa sopir, sembari mendorong lebih banyak perempuan ke dalam angkatan kerja dan meningkatkan produktivitasnya, meski hanya sedikit pada awalnya.

Perusahaan otomotif telah memproduksi iklan yang menandai akhir larangan, sementara garasi parkir pribadi menyediakan area parkir wanita dengan papan tanda merah muda.

Banyak penduduk Arab yang merayakan hal ini di media sosial, tetapi ada beberapa orang yang justru mengejek atau menyatakan keprihatinan akan dampak sosial hal ini.

Seorang pengguna Twitter mengatakan bahwa dia tidak akan membiarkan istrinya mengambil alih kemudi: "Jika dia ingin menyetir, dia boleh pulang ke ayahnya dan insha Allah dia akan mengendarai truk. Keputusan seperti ini bergantung pada kebebasan pribadi #Dia-Tidak-Akan-Menyetir."

Sebagian besar populasi muda kerajaan mendukung reformasi Pangeran Mohammed, tetapi banyak penduduk Arab takut kecepatan perubahan itu dapat memancing reaksi dari pihak religius konservatif yang pernah dianggap dominan. (prm)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular