Anggota Makin Terbelah, Sidang OPEC Terancam Buntu

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
22 June 2018 11:26
Seteru Iran dan Arab Saudi makin memanas, anggota lain belum satu suara soal produksi.
Foto: REUTERS/Heinz-Peter Bader
Wina, CNBC Indonesia- Menteri perminyakan Iran keluar dari pertemuan penting dengan rekan-rekan OPEC pada hari Kamis, karena keretakan yang semakin mendalam dengan saingan regionalnya, Arab Saudi, yang meminta meningkatkan produksi minyak kartel tersebut.

"Saya tidak berpikir kita bisa mencapai kesepakatan," kata Bijan Namdar Zanganeh kepada wartawan di hotelnya di Wina setelah berhenti berbicara dengan sekelompok menteri pada malam pertemuan OPEC yang krusial.



Pembicaraan yang dilanjutkan tanpa Zanganeh itu, berusaha meletakkan dasar bagi pertemuan hari Jumat dari 14 negara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (Organization of Petroleum Exporting Countries / OPEC). Pertemuan hari Jumat akan dimanfaatkan kartel tersebut untuk membahas pelonggaran kesepakatan pemotongan-pasokan dengan 10 negara mitra yang telah mendorong harga minyak mentah ke harga tertinggi dalam multi-tahun.

Pengurangan produksi telah terjadi sejak Januari 2017 tetapi Arab Saudi, yang didukung oleh non-anggota OPEC, Rusia, sekarang mendorong untuk meningkatkan produksi lagi untuk memenuhi permintaan di paruh kedua tahun 2018.

Tetapi mereka menghadapi perlawanan dari Iran, Irak dan Venezuela, yang akan berjuang untuk segera meningkatkan produksi karena takut kehilangan pangsa pasar dan pendapatan jika negara lain menambah produksi minyaknya.

Iran sangat tegas tentang keberatannya karena menghadapi dampak sanksi baru AS terhadap ekspor minyaknya setelah Presiden Donald Trump menghentikan perjanjian nuklir internasional.

Namun Riyadh, yang menyuarakan keluarnya Washington dari pakta nuklir, berada di bawah tekanan Trump, yang meminta untuk meningkatkan produksi guna menurunkan harga minyak menjelang pemilihan tengah semester bulan November nanti.

'Satu Juta Barel Per Hari'
Menteri Energi Saudi, Khalid al-Falih sebelumnya mengisyaratkan pemahaman untuk posisi Iran, mengakui bahwa kenaikan produksi besar mungkin "tidak dapat diterima secara politis" untuk beberapa negara OPEC.

Setelah pertemuan Kamis, Falih mengatakan Arab Saudi dan Rusia akan merekomendasikan peningkatan produksi satu juta barel per hari dalam pertemuan OPEC hari Jumat dan pertemuan sekutu non-OPEC hari Sabtu.

"Kami pikir akan butuh proses yang panjang untuk menjaga pasar dari pengetatan," kata Falih kepada wartawan, dilansir dari AFP.

Ke-24 negara terikat dalam perjanjian pasokan-kucing (supply-cat pact), yang dikenal sebagai OPEC +, yang disepakati pada akhir 2016 untuk memangkas produksi sebesar 1,8 juta barel per hari. Namun, mereka sebenarnya telah memangkas sekitar 2,8 juta barel per hari dari pasar.

Sebagian besar pengurangan datang dari Venezuela, di mana krisis ekonomi telah menggerogoti produksi minyak nasional.
Produksi juga anjlok di Libya, di mana pertempuran antara faksi-faksi yang bersaing telah merusak infrastruktur utama minyaknya.

Dengan adanya pembatasan produksi di beberapa negara, proposal satu juta barel per hari pada akhirnya akan menambahkan beberapa ratus ribu barel ke pasar.

Meskipun ada saran kompromi yang jelas, namun nampaknya kesepakatan masih sulit dicapai. OPEC beroperasi berdasarkan prinsip konsensus, dan Iran telah mengisyaratkan negaranya dapat memveto upaya yang dilakukan oleh anggota kartel lainnya untuk mengimbangi kerugian produksi yang diperkirakan akan terjadi sebagai akibat dari sanksi AS yang akan datang.


(gus) Next Article Proyeksi Trend Harga Minyak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular