Tanpa Perang Pun, RI Juga Kewalahan Hadapi Harga Minyak

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
21 February 2022 18:25
Konflik Rusia-Ukraina, Harga Minyak Dunia Rekor
Foto: CNBC Indonesia TV

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia terus mengalami kenaikan, bahkan mendekati US$ 100 per barel pada pekan ini. Diproyeksi bisa terus memanas di tengah ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina.

Gubernur Indonesia untuk OPEC (periode 2015-2016) Widhyawan Prawiraatmadja menjelaskan, lonjakan harga minyak mentah dunia bak pisau bermata dua bagi Indonesia, terutama di tengah produksi minyak mentah dalam negeri yang terus merosot.

Sementara 50% kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) dan 70% LPG masih harus impor.

"Kita tahu harga minyak itu ada yang sifatnya tergantung dari fundamental, supply - demand, dan ada premium/diskon yang sifatnya non technical," jelas Widhyawan kepada CNBC Indonesia, Senin (21/2/2022).

"Dengan adanya geopolitik itu, ada upside risk. Jadi, ada premium dari harga di atas fundamental. Tapi kita jangan lupa bahwa kondisi sekarang itu ternyatademandnya tinggi," ujarnya lagi.

Widhyawan memperkirakan, adanya terjadi tambahan demand atau permintaan hingga 4,5 juta barel per hari di tahun ini. Sehingga secara keseluruhan total demand, sepanjang 2022 ini akan mencapai lebih dari 100 juta barel per hari.

Untuk BBM sendiri tergantung dari kapasitas kilang yang ada. Kenyataannya, kapasitas yang ada yang ada masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsinya.

"Itu bisa kita ukur dengan kapasitas kilang yang digunakan, apakah sudah kembali seperti 2019 atau belum," ujarnya.

Nah, masalahnya kondisi saat ini margin kilangnya cukup tinggi. Margin kilang adalah perbedaan harga-harga produk secara agregat dibandingkan dengan harga minyaknya.

"Otomatis margin kilang tinggi, harga BBM juga tinggi. Konteksnya kalau buat kita bukan volume. Volume kita aman, yang gak aman kalau harganya naik terus," tuturnya.

Di sisi lain, naiknya harga minyak mentah dunia akan meningkatkan pula pendapatan negara dari sektor hulu migas. Namun, sebaliknya, kenaikan harga minyak mentah juga akan membuat subsidi energi jadi bengkak.

Baik itu subsidi energi BBM, listrik, dan LPG. Semuanya harus dipikul oleh APBN. Ditambah, harga minyak dunia yang terus meroket berisiko meningkatnya inflasi.

"Begitu inflasi meningkat. Jadi lebih sulit lagi. Sebagian besar terlindungi karena subsidi. Ya gak usah perang, tanpa perang aja kita sudah susah. Apalagi dengan perang segala," tuturnya.

Oleh karena itu, menurut Widhyawan sangat penting bagi pemerintah dalam menyusun strategi dan merespons untuk menjaga stabilitas perekonomian makro 2022.

Tren harga minyak mentah dalam jangka pendek tergantung dari tensi ketegangan Rusia dan Ukraina. Tensi yang terus meningkat, memunculkan spekulasi Perang Dunia 3 yang dampaknya akan sangat luas, termasuk ke harga minyak dan pemulihan ekonomi global.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gawat! Harga Minyak Mendidih Bisa Bikin RI Ambles

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular