Anggota Tak Sejalan dengan Arab-Rusia, Sidang OPEC Bisa Buntu

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
20 June 2018 19:40
Arab-Rusia berencana naikkan produksi, Iran dan anggota OPEC lainnya tak sepakat.
Foto: REUTERS/Leonhard Foeger
Moscow, CNBC Indonesia- Iran pada hari Selasa mengatakan OPEC tidak mungkin mencapai kesepakatan tentang produksi minyak minggu ini, menyiapkan langkah perlawanan terhadap Arab Saudi dan Rusia, yang berencana meningkatkan produksinya secara pesat dari bulan Juli untuk memenuhi permintaan global yang terus meningkat.
 
Negara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries / OPEC) bertemu pada hari Jumat ini untuk menetapkan kebijakan produksi setelah Presiden AS Donald Trump dan China meminta untuk menurunkan harga minyak dan mendukung ekonomi global dengan memproduksi lebih banyak minyak mentah.


 
Pemimpin de facto OPEC, Arab Saudi, dan Rusia (yang bukan anggota OPEC) telah mengusulkan pengurangan produksi secara bertahap, yang mulai berlaku sejak awal 2017, sementara anggota OPEC seperti Iran, Irak, Venezuela dan Aljazair menentang langkah tersebut.
 
"Saya tidak percaya bahwa pada pertemuan ini kita bisa mencapai kesepakatan. OPEC bukan organisasi yang menerima perintah dari Presiden Trump ... OPEC bukan bagian dari Departemen Energi Amerika Serikat," kata Meneteri Pertambangan Iran, Bijan Zanganeh kepada reporter setelah tiba di Wina, markas OPEC.
 
Zanganeh mengatakan akan meninggalkan Wina pada hari Jumat sebelum OPEC mengadakan pembicaraan dengan produsen non-OPEC di hari berikutnya dan menambahkan bahwa kenaikan harga minyak baru-baru ini utamanya disebabkan Washington, yang memberlakukan sanksi baru terhadap anggota OPEC, Iran dan Venezuela.
 
Dilansir dari Reuters, Trump telah meminta OPEC untuk meningkatkan output dan dalam beberapa minggu ini Arab Saudi dan Rusia juga mengatakan dunia membutuhkan lebih banyak minyak.
 
"Permintaan minyak biasanya tumbuh pada laju paling cepat di kuartal ketiga ... Kami bisa menghadapi defisit jika kami tidak mengambil tindakan," kata Menteri Energi Rusia, Alexander Novak pada hari Selasa. "Dalam pandangan kami, ini bisa menyebabkan pasar kacau."
 
Novak mengatakan Rusia menginginkan negara anggota OPEC dan non-OPEC untuk meningkatkan produksi sebesar 1,5 juta barel per hari (barrels per day / bpd), yang secara efektif menghapus pemotongan produksi sebesar 1,8 juta bpd yang telah membantu menyeimbangkan pasar dalam 18 bulan terakhir dan mengangkat harga minyak LCOc1 menjadi US$75 per barel, dari yang semula US$27 pada tahun 2016.
 
Selain Iran, anggota OPEC lainnya seperti Irak, Venezuela dan Aljazair mengatakan mereka menentang peningkatan produksi meski pasokan dihentikan dari beberapa negara, seperti Libya dan Venezuela.
Pertumbuhan permintaan telah mengejutkan pengamat pasar dengan kenaikan dalam dua tahun terakhir, dimana peningkatan tahunan melebihi 1,5%. Konsumsi minyak global diperkirakan mencapai 100 juta bph tahun depan.
 
Novak mengatakan jika keputusan untuk meningkatkan output diambil minggu ini, OPEC dan sekutunya dapat bertemu lagi pada bulan September untuk meninjau dampak dan menyempurnakan kebijakan produksi.
 
TAWARAN BESAR
 
Irak dan Iran mengatakan mereka akan menentang kenaikan produksi dengan alasan bahwa langkah tersebut akan melanggar perjanjian sebelumnya, yang untuk mempertahankan pemotongan hingga akhir tahun.
 
Kedua negara itu akan berjuang untuk meningkatkan produksi. Iran menghadapi sanksi baru AS yang akan berdampak pada industri minyaknya dan Irak memiliki kendala produksi.
 
Dua sumber OPEC mengatakan kepada Reuters bahwa sekutu Teluk Arab Saudi, Kuwait dan Oman bahkan menentang peningkatan produksi yang besar dan segera.
 
Satu sumber anggota OPEC mengatakan proposal peningkatan 1,5 juta bpd Saudi-Rusia 'hanyalah taktik' yang bertujuan untuk membujuk anggota lain untuk berkompromi mencapai kenaikan yang lebih rendah, yaitu sekitar 0,5-0,7 juta bpd.
 
Arab Saudi dan sekutu Teluknya memiliki kemampuan untuk meningkatkan produksi. Rusia juga mengatakan bahwa membatasi pasokan yang terlalu lama dapat mendorong pertumbuhan produksi yang tidak dapat diterima dari Amerika Serikat, yang bukan bagian dari perjanjian produksi.
 
Pada hari Selasa, kepala perusahaan minyak terbesar kedua Rusia 'Lukoil', Vagit Alekperov, mengatakan pemotongan produksi global harus dibagi dua dan bahwa Lukoil dapat mengembalikan tingkat produksi minyak dalam dua hingga tiga bulan.
 
Analis komoditas Commerzbank, Carsten Fritsch mengatakan hal itu dapat memberikan perbedaan besar dalam posisi anggota OPEC dan pertemuan Jumat itu tampaknya akan sulit.
 
"Kebulatan suara diperlukan untuk keputusan OPEC. Ini mengingatkan pada pertemuan Juni 2011, ketika OPEC tidak dapat menyetujui peningkatan produksi untuk mengkompensasi penghentian ... di Libya," kata Fritsch.
 
"Pertemuan itu berakhir tanpa deklarasi bersama. Kemudian Menteri Perminyakan Saudi, Ali al-Naimi, menggambarkannya sebagai pertemuan terburuk OPEC sepanjang masa."
 
Selain hal tersebut, ketegangan juga semakin meningkat akibat Iran dan Venezuela yang terus bersikeras mengatakan OPEC pada hari Jumat memperdebatkan sanksi AS terhadap kedua negara, tetapi sekretariat organisasi telah menolak permintaan mereka, menurut surat yang dilihat oleh Reuters.




(gus) Next Article Harga Minyak Naik Tertinggi Selama 5 Bulan Terakhir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular