Ini 3 Opsi Hasil Pertemuan OPEC di Vienna

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
20 June 2018 14:47
Ini 3 Opsi Hasil Pertemuan OPEC di Vienna
Jakarta, CNBC Indonesia - Akhir pekan ini, sejumlah Menteri Energi dari negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan mengadakan pertemuan di Vienna, bersama-sama dengan para mitra produsen minyak non-OPEC (yang dipimpin oleh Rusia).

Dalam pertemuan tersebut, akan dibuat kesepakatan terkait keberlangsungan pemangkasan produksi yang dilakukan sejak awal 2017 lalu, mengingat munculnya ketidakpastian dan tantangan di pasar minyak global.

Hal-hal yang akan menjadi pertimbangan OPEC adalah penurunan ekspektasi produksi dari Iran dan Venzuela, serta tekanan eksternal yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS). Untuk kasus Negeri Persia, dampak pasti dari kembali diberlakukannya sanksi AS sejauh ini masih belum dapat diketahui. Sementara itu, anjloknya produksi di Venezuela juga masih sulit diestimasi.

Belum lagi disrupsi pasokan dari Libya yang belakangan ini semakin memperumit proses pengambilan keputusan OPEC dan mitra produsen non-OPEC.
Presiden AS Donald Trump berniat meningkatkan produksi minyak mentah Negeri Paman Sam sebesar 1 juta barel per hari (bph), untuk membantu mengisi kelangkaan pasokan minyak mentah di pasar global, yang akan berdampak pada koreksi harga minyak mentah sehingga menghindari beban bagi pertumbuhan ekonomi AS.

Lantas, bagaimana kira-kira kebijakan OPEC dan mitra produsen non-OPEC dalam menghadapi situasi yang berkembang dengan cepat tersebut?
Sejauh ini, Arab Saudi masih akan mengarahkan OPEC untuk bertindak sebagai satu kesatuan badan, dan akan melanjutkan kemitraannya dengan Rusia dalam mengelola pasar minya global. Pemerintah Negeri Beruang Merah sendiri telah memberikan indikasi untuk meningkatkan produksi minyak mentahnya.

Meski demikian, ada 3 anggota OPEC yang memberikan sinyal bahwa mereka menentang peningkatan produksi minyak mentah di semester II-2018 ini, di antaranya Iran, Irak, dan Venezuela. Dinamika ini lantas akan menambah berat keputusan OPEC untuk menambah pasokan minyak ke pasar global, pada pertemuan 22-23 Juni mendatang.

Berfokus pada faktor fundamental, setidaknya ada 3 kemungkinan opsi keputusan yang akan muncul pada pertemuan OPEC di ibu kota Austria tersebut, seperti dilansir dari Wood Mackenzie.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Berdasarkan proyeksi Wood Mackenzie, pasokan dari Venezuela akan menurun sebesar 380.000 bph di sepanjang tahun 2018, sementara produksi Iran akan menurun ke 3,4 juta bph pada akhir tahun ini.

OPEC dapat kembali berperan dalam menstabilkan harga minyak, dengan melanjutkan kesepakatan pemangkasan produksi. Pasalnya, hilangnya pasokan dari Venezuela dan Iran dapat dikompensasi oleh pertumbuhan produksi minyak mentah AS.

Stok minyak mentah global akan sedikit menurun pada kuartal III-2018, namun akan kembali bertambah pada kuartal IV-2018, di mana harga minyak mentah akan menurun mendekati tahun 2019. Harga rata-rata minyak jenis Brent di tahun 2018 akan berada di kisaran US$74/barel. Jika konsensus pertemuan OPEC menampilkan penurunan produksi yang lebih besar di Venezuela atau Iran, atau bahkan keduanya, dibandingkan dengan proyeksi Wood Mackenzie, maka OPEC dan mitra produsen non-OPEC dapat memutuskan untk meningkatkan produksinya pada semester II-2018.

Analisis Wood Mackenzie menunjukkan bahwa peningkatan produksi yang moderat masih dapat diserap oleh pasar, dengan harga rata-rata minyak jenis Brent akan berada di kisaran US$71/barel pada sepanjang tahun 2018.

Sebagai catatan, analisis opsi 2 ini mengasumsikan OPEC dan Rusia sepakat untuk meningkatkan produksinya, masing-masing sebesar 0,5 juta bph dan 0,1 juta bph pada semester II-2018. OPEC dapat meningkatkan produksinya secara lebih dramatis sebesar 1 juta bph, sementara produksi Rusia juga bertambah 0,3 juta bph, sehingga total peningkatan produksi mendekati 1,5 juta bph. Arab Saudi dan Rusia dapat melakukan ini untuk menurunkan harga minyak secara signifikan, yang akan berujung pada terkoreksinya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di AS, yang berarti memberikan dukungan bagi Presiden Trump.

Apabila keputusan semacam itu benar-benar diimplementasikan, maka fundamental suplai-permintaan akan terdampak secara signifikan, yang berakibat stok minyak global akan bertambah sebesar 0,9 juta bph pada semester II-2018 secara rata-rata, dan kemudian sebesar 1,8 juta bph pada tahun 2019.

Wood Mackenzie berpendapat bahwa apabila OPEC dan Rusia memang sepakat untuk menaikkan produksi, maka yang akan diambil adalah versi moderat, atau opsi no. 2.

Sebabnya, opsi no. 2 akan mencegah kejatuhan harga minyak secara tajam, namun tetap merespon tekanan AS untuk penambahan pasokan. Selain itu, opsi no.2 nampaknya akan mendapatkan dukungan yang lebih luas dari menteri-menteri OPEC, dibandingkan opsi no. 3.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular