
Mereguk Manis Infrastruktur Jokowi

Salah satu proyek yang menjadi milestone adalah jaringan tol Trans Jawa, yang pada tahun ini dijadwalkan bisa beroperasi, menghubungkan kota Serang di ujung Barat Pulau Jawa dengan kota Banyuwangi di ujung Timur Pulau Jawa.
Bahkan pada mudik Lebaran 2018, Menteri Basuki siap mengoperasikan tol Trans Jawa dari Serang hingga Surabaya meskipun sejumlah ruas masih bersifat fungsional.
“Jalan tol kita yang di Pemalang ini sudah akan operasional, kemudian sampai Semarang itu nanti akan fungsional, Salatiga – Solo ini semua sudah akan fungsional.”
“Sragen – Ngawi juga sudah siap untuk dilayakfungsikan dan Ngawi – Wilangan sudah diresmikan Presiden. Selanjutnya, Wilangan – Kertosono kita upayakan agar bisa fungsional,” jelas Menteri Basuki.
![]() |
Adapun firma konsultan global Tusk Advisory menilai apabila proyek Tol Trans Jawa senilai US$103,4 miliar itu dapat selesai tepat waktu pada tahun 2019-2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat terkatrol mencapai 7,2% di 2023.
Bahkan, apabila sisa proyek strategis nasional senilai US$238 miliar dapat selesai setengahnya (US$119 miliar) pada 2023, pertumbuhan ekonomi RI dapat melesat 9% pada 2030.
Selain dari sisi pertumbuhan ekonomi, Tusk Advisory dalam laporan berjudul “The Launch of The Impact of Indonesia's Infrastructure Delivery Report” meyakini bahwa investasi infrastruktur tambahan senilai US$119 miliar hingga 2023 tersebut, dapat menekan angka kemiskinan yang saat ini di kisaran 10,9% menjadi 8% pada 2030.
Rasio Gini, indeks yang mengukur ketimpangan, juga diramalkan turun sebanyak 2 poin pada tahun 2030, dengan skenario yang sama.
![]() |
"Selain meningkatkan pertumbuhan PDB, (pembangunan infrastruktur) menurunkan tingkat kemiskinan dan ketimpangan ekonomi, sehingga merupakan indikator yang kelas bahwa investasi di sektor infrastruktur juga dapat meningkatkan pemerataan pendapatan bagi masyarakat Indonesia," ujar Raj Kannan, Presiden Direktur Tusk Advisory pada Rabu (18/4).
Hampir semua studi internasional memang berujung pada kesimpulan bahwa dampak reformasi agraria menghasilkan penurunan angka kemiskinan.
Studi Kwon (2005) di Indonesia, sebagaimana dikutip Tusk, menunjukkan adanya hubungan erat antara pengentasan kemiskinan dengan pembangunan sektor transportasi.
Investasi di sektor tersebut membantu memperbaiki pertumbuhan ekonomi daerah dengan elastisitas penurunan kemiskinan terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) provinsi sebesar 0,33 untuk jalan yang buruk dan 0,9 untuk jalan yang bagus.
Menurut Tusk Advisory, proyek yang sedang dicanangkan pemerintah sekarang cukup untuk mengurangi kemiskinan. Secara umum, variabel yang memengaruhi laju kemiskinan adalah pertumbuhan populasi, investasi infrastruktur, dan industri bernilai tambah (value-added).
Mengacu pada kemiskinan sebesar 10,9% (2016), Tusk memperkirakan proyek infrastruktur yang sedang digarap sekarang jika dituntaskan bisa mengurangi kemiskinan hingga 1,4% menjadi 9,5%. Jika semua proyek tersebut diselesaikan, maka angka kemiskinan bisa berkurang sekitar 3% menjadi ke kisaran di bawah 8%.