Internasional
Trump Akan Jamu Kim di AS Bila Pertemuan Singapura Sukses
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
08 June 2018 17:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada hari Kamis (7/6/2018) mengatakan ia 'tentu' akan mengundang pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, ke Negeri Paman Sam jika pertemuan yang membahas nuklir minggu depan di Singapura berjalan lancar.
Kunjungan ke AS, yang kemungkinan akan dilakukan di Gedung Putih, akan menjadi pertemuan yang luar biasa setelah beberapa dekade AS dan kediktatoran komunis itu memiliki kontak yang minim.
Pembicaraan pekan depan akan menjadi yang pertama kalinya bagi seorang presiden Amerika yang menjabat dan pemimpin Korea Utara untuk bertatap muka, karena AS bertujuan untuk mendorong Pyongyang agar menghapuskan program nuklir dan rudalnya dan mengurangi kekhawatiran tentang prospek konflik bersenjata.
Pada konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada hari Kamis, Trump mengatakan ia ingin pada akhirnya menjalin hubungan normal dengan Korea Utara jika rezim itu melakukan denuklirisasi. Abe juga menekankan bahwa Jepang, yang telah lama memiliki ketegangan dengan Korea Utara, juga siap untuk menormalisasi hubungannya dengan Pyongyang.
"Normalisasi hubungan adalah sesuatu yang saya harapkan dapat dilakukan, saya berharap akan melakukannya," kata Trump, dilansir dari CNBC International.
Trump mengatakan melihat "potensi untuk membuat kesepakatan" dengan Korea Utara untuk membuat rezim yang terisolasi itu meninggalkan ambisi nuklirnya, namun menekankan dia "benar-benar siap untuk meninggalkan" pertemuan itu bila tidak berjalan baik.
Trump sudah pernah membatalkan pertemuan itu sekali sebelum dijadwalkan kembali, yang kemudian disusul perjalanan pejabat utama Korea Utara ke Washington.
Pertemuan ini membawa peluang munculnya terobosan penting dalam pembicaraan untuk mengurangi ketegangan di Asia Timur. Namun, rezim Korea Utara telah lama terbukti tidak dapat diandalkan dalam negosiasi internasional sehingga memicu kekhawatiran tentang konsesi apa yang Trump dan sekutu Amerika, seperti Abe, bisa dapatkan dari Pyongyang.
Pemicu kekhawatiran di Amerika selanjutnya adalah kesiapan Trump untuk pertemuan itu. Sebelumnya, dia membahas ketakutan itu dengan mengatakan, "Saya tidak berpikir saya harus mempersiapkan sangat banyak hal" untuk pertemuan itu.
Pada hari Kamis, Trump mengatakan dia berhenti menggunakan bahasa 'tekanan maksimum' yang sebelumnya digunakan untuk menggambarkan sanksi ekonomi internasional terhadap Korea Utara.
"Karena kita akan bernegosiasi dengan ramah," katanya. Ketika Trump berhenti menggunakan istilah itu dalam beberapa hari terakhir, hal itu dilaporkan ada hubungannya dengan Abe.
Perdana menteri Jepang pada hari Kamis mengatakan Trump tidak akan mencabut 'sanksi yang sangat kuat' terhadap Korea Utara sampai melakukan denuklirisasi. Dia menambahkan bahwa dia ingin setiap kesepakatan antara Trump dan Kim agar dapat memusnahkan semua senjata pemusnah massal dan rudal balistik jarak menengah.
Trump mengatakan ia memiliki daftar panjang sanksi baru yang telah disiapkan untuk Korea Utara jika pembicaraan itu tidak berjalan dengan baik.
"Tekanan maksimum benar-benar berlaku," katanya.
Abe juga mengatakan dia telah menekankan pada Trump pentingnya untuk membahas warga Jepang yang disandera di Korea Utara dalam pertemuan pekan depan. Dia mengatakan presiden sepenuhnya memahami pentingnya masalah ini.
Kemudian pada hari Kamis, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan "denuklirisasi lengkap dan dapat diverifikasi dari Semenanjung Korea adalah satu-satunya hasil yang akan kami dapat diterima."
Kim secara pribadi mengindikasikan kepada Pompeo bahwa ia siap untuk denuklirisasi, kata diplomat utama Amerika itu.
Pompeo mengatakan Trump akah hadir dengan penuh harapan, tetapi juga mengakui adanya kemungkinan tipu muslihat.
(prm) Next Article Pertemuan Trump-Kim Berakhir Lebih Cepat, Ada Apa?
Kunjungan ke AS, yang kemungkinan akan dilakukan di Gedung Putih, akan menjadi pertemuan yang luar biasa setelah beberapa dekade AS dan kediktatoran komunis itu memiliki kontak yang minim.
Pembicaraan pekan depan akan menjadi yang pertama kalinya bagi seorang presiden Amerika yang menjabat dan pemimpin Korea Utara untuk bertatap muka, karena AS bertujuan untuk mendorong Pyongyang agar menghapuskan program nuklir dan rudalnya dan mengurangi kekhawatiran tentang prospek konflik bersenjata.
"Normalisasi hubungan adalah sesuatu yang saya harapkan dapat dilakukan, saya berharap akan melakukannya," kata Trump, dilansir dari CNBC International.
Trump mengatakan melihat "potensi untuk membuat kesepakatan" dengan Korea Utara untuk membuat rezim yang terisolasi itu meninggalkan ambisi nuklirnya, namun menekankan dia "benar-benar siap untuk meninggalkan" pertemuan itu bila tidak berjalan baik.
Trump sudah pernah membatalkan pertemuan itu sekali sebelum dijadwalkan kembali, yang kemudian disusul perjalanan pejabat utama Korea Utara ke Washington.
Pertemuan ini membawa peluang munculnya terobosan penting dalam pembicaraan untuk mengurangi ketegangan di Asia Timur. Namun, rezim Korea Utara telah lama terbukti tidak dapat diandalkan dalam negosiasi internasional sehingga memicu kekhawatiran tentang konsesi apa yang Trump dan sekutu Amerika, seperti Abe, bisa dapatkan dari Pyongyang.
Pemicu kekhawatiran di Amerika selanjutnya adalah kesiapan Trump untuk pertemuan itu. Sebelumnya, dia membahas ketakutan itu dengan mengatakan, "Saya tidak berpikir saya harus mempersiapkan sangat banyak hal" untuk pertemuan itu.
Pada hari Kamis, Trump mengatakan dia berhenti menggunakan bahasa 'tekanan maksimum' yang sebelumnya digunakan untuk menggambarkan sanksi ekonomi internasional terhadap Korea Utara.
"Karena kita akan bernegosiasi dengan ramah," katanya. Ketika Trump berhenti menggunakan istilah itu dalam beberapa hari terakhir, hal itu dilaporkan ada hubungannya dengan Abe.
Perdana menteri Jepang pada hari Kamis mengatakan Trump tidak akan mencabut 'sanksi yang sangat kuat' terhadap Korea Utara sampai melakukan denuklirisasi. Dia menambahkan bahwa dia ingin setiap kesepakatan antara Trump dan Kim agar dapat memusnahkan semua senjata pemusnah massal dan rudal balistik jarak menengah.
Trump mengatakan ia memiliki daftar panjang sanksi baru yang telah disiapkan untuk Korea Utara jika pembicaraan itu tidak berjalan dengan baik.
"Tekanan maksimum benar-benar berlaku," katanya.
Abe juga mengatakan dia telah menekankan pada Trump pentingnya untuk membahas warga Jepang yang disandera di Korea Utara dalam pertemuan pekan depan. Dia mengatakan presiden sepenuhnya memahami pentingnya masalah ini.
Kemudian pada hari Kamis, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan "denuklirisasi lengkap dan dapat diverifikasi dari Semenanjung Korea adalah satu-satunya hasil yang akan kami dapat diterima."
Kim secara pribadi mengindikasikan kepada Pompeo bahwa ia siap untuk denuklirisasi, kata diplomat utama Amerika itu.
Pompeo mengatakan Trump akah hadir dengan penuh harapan, tetapi juga mengakui adanya kemungkinan tipu muslihat.
(prm) Next Article Pertemuan Trump-Kim Berakhir Lebih Cepat, Ada Apa?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular