Liputan Khusus
Analisis: Bunga Acuan BI Naik dan Kaitannya dengan Bunga KPR
Alfado Agustio & Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
08 June 2018 15:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) hingga 50 Bps dinilai akan berdampak kepada kenaikan suku bunga kredit yang ada di perbankan. Kemungkinan ini disebabkan bank juga perlu menyesuaikan tingkat suku bunga baik dari sisi instrument funding maupun lending.
Saat ini bank-bank mulai menyesuaikan suku bunga dari sisi funding terutama produk deposito. Bank BRI, Mandiri hingga BCA merupakan sekian bank yang telah menyesuaikan suku bunga deposito dengan kenaikan bervariasi dari 25 bps hingga 50 bps.
Kenaikan bunga deposito artinya bank harus memberikan imbal bunga lebih tinggi terhadap nasabah. Dengan status sebagai lembaga bisnis, tentu bank juga memerlukan pendapatan terutama dari penyaluran kredit. Saat ini suku bunga kredit di Indonesia mulai menyesuaikan kondisi ini. Salah satu suku bunga yang menyesuaikan perubahan tersebut yaitu KPR.
KPR merupakan salah satu program kredit yang disediakan oleh bank untuk membantu masyarakat memiliki rumah sendiri dengan tingkat bunga yang bervariasi.
Di Indonesia, bunga KPR sendiri ada dua jenis yaitu KPR subsidi dan non-subsidi. KPR subsidi merupakan pemberian kredit dengan tingkat suku bunga rendah dan bersifat flat hingga masa pelunasan selesai. Sementara KPR non-subsidi merupakan program pemberian kredit dengan tingkat suku bunga tidak tetap, bergantung kebijakan bank masing-masing dan bersifat floating.
KPR sendiri menjadi salah satu suku bunga yang cukup sensitif terhadap perubahan suku bunga acuan. Ketika suku bunga acuan naik, besar kemungkinan bank pun akan menyesuaikan suku bunga KPR terutama non-subsidi.
Misalnya di tahun 2013, ketika BI menaikkan suku bunga acuan hingga 3 kali, perbankan merespon dengan ikut menaikkan suku bunga KPR. Pada tahun tersebut suku bunga KPR yang awalnya berada di rata-rata 7%, meningkat ke rentang 8-9%. Sementara suku bunga floating juga ikut naik ke rentang 12-13% setelah sebelumnya berada di rentang 9-10%.
Mengapa KPR Sensitif dengan Kenaikan Suku Bunga Acuan?
Rasanya untuk menjawab hal ini hanya direksi masing-masing bank yang bisa menjawabnya. Namun dalam kacamata penulis, kenapa bunga KPR begitu sensitif terhadap suku bunga acuan karena hubungannya permintaan terhadap kepemilikan rumah.
Rumah saat ini dikatakan salah satu kebutuhan primer bagi sebagian orang karena fungsinya terutama sebagai tempat berteduh. Daripada menyewa apartemen atau kontrakan, sebagian kalangan lebih memiliki mengeluarkan dana yang ada untuk mencicil rumah dengan kepemilikan sendiri karena lebih menguntungkan.
Oleh sebab itu, tidak aneh jika sebagian orang rela mencari rumah dengan harga murah hingga pinggiran kota agar keinginan mereka memiliki rumah tercapai.
Dalam diskusi outlook pembiayaan perumahan Indonesia tahun 2018 di Jakarta, Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Lana Winayanti mengungkapkan rata-rata ada 800.000 unut permintaan rumah baru.
Tingginya permintaan rumah tentu menjadi peluang bisnis bagi bank-bank di Indonesia. Adanya kenaikan suku bunga acuan dapat menjadi landasan bagi mereka ikut menaikkan suku bunga KPR sehingga mendorong peningkatan pendapatan perusahaan.
Maka dari itu, tidak lah aneh jika suku bunga KPR menjadi salah satu bunga kredit yang paling sensitif dibandingkan suku bunga kredit lain seperti UMKM.
Pandangan Bank Indonesia
Bank Indonesia (BI) menilai kenaikan bunga di perbankan bukan semata-mata akibat kenaikan bunga acuan dari BI. Menurut Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara bank menyesuaikan bunga kreditnya karena adanya capital outflow.
"Kalau bunga BI tidak naik maka bunga pasar tetap akan naik karena capital outflow (yang mana capital outflow mengurangi jumlah uang beredar) Artinya bunga pasar tidak selalu mengikuti bunga BI dalam sistem ekonomi yang terbuka," papar Mirza kepada CNBC Indonesia.
"Contoh lain, bunga BI turun tapi bunga pasar bisa naik karena capital outflow semakin besar terjadi. Ini terjadi di Turki," imbuh Mirza.
Pada dasarnya, bank sentral menghendaki bunga bank bisa rendah. Namun, hal tersebut memang belum bisa untuk saat ini.
"Saya juga ingin bunga di Indonesia hanya 1 persen tapi ternyata tidak bisa," katanya.
Bunga Acuan BI Naik Demi Stabilitas
Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan perbankan akan melakukan penyesuaian pada suku bunga deposito dan kredit tidak terkecuali suku bunga KPR.
"Namun, penyesuaian suku bunga masing-masing masih bervariasi tergantung kondisi likuiditas bank, tingkat efisiensi bank serta risiko kredit perbankan," kata Dia.
"Stance moneter yang cenderung tight bias ini bertujuan untuk stabilisasi rupiah. Memang betul, pelemahan rupiah belakangan ini didorong oleh faktor eksternal dan tidak mencerminkan fundamental. Tapi BI sangat perlu mengelola ekspektasi masyarakat dan investor terhadap nilai tukar. Kalau nilai tukar terlalu melemah di luar level fundamentalnya, masyarakat cenderung jadi concern dan dapat mengganggu konsumsi," paparnya.
Investor pun juga akan memandang bahwa nilai tukar yang volatile juga akan menggerus nilai investasinya. "Dan untuk mengelola ekspektasi itu, memang berat tapi perlu dilakukan oleh BI supaya dampaknya ke ekonomi lebih marginal," terang Josua.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dru) Next Article Kapan Kira-kira Bunga KPR Bakal Naik?
Saat ini bank-bank mulai menyesuaikan suku bunga dari sisi funding terutama produk deposito. Bank BRI, Mandiri hingga BCA merupakan sekian bank yang telah menyesuaikan suku bunga deposito dengan kenaikan bervariasi dari 25 bps hingga 50 bps.
Kenaikan bunga deposito artinya bank harus memberikan imbal bunga lebih tinggi terhadap nasabah. Dengan status sebagai lembaga bisnis, tentu bank juga memerlukan pendapatan terutama dari penyaluran kredit. Saat ini suku bunga kredit di Indonesia mulai menyesuaikan kondisi ini. Salah satu suku bunga yang menyesuaikan perubahan tersebut yaitu KPR.
Di Indonesia, bunga KPR sendiri ada dua jenis yaitu KPR subsidi dan non-subsidi. KPR subsidi merupakan pemberian kredit dengan tingkat suku bunga rendah dan bersifat flat hingga masa pelunasan selesai. Sementara KPR non-subsidi merupakan program pemberian kredit dengan tingkat suku bunga tidak tetap, bergantung kebijakan bank masing-masing dan bersifat floating.
KPR sendiri menjadi salah satu suku bunga yang cukup sensitif terhadap perubahan suku bunga acuan. Ketika suku bunga acuan naik, besar kemungkinan bank pun akan menyesuaikan suku bunga KPR terutama non-subsidi.
Misalnya di tahun 2013, ketika BI menaikkan suku bunga acuan hingga 3 kali, perbankan merespon dengan ikut menaikkan suku bunga KPR. Pada tahun tersebut suku bunga KPR yang awalnya berada di rata-rata 7%, meningkat ke rentang 8-9%. Sementara suku bunga floating juga ikut naik ke rentang 12-13% setelah sebelumnya berada di rentang 9-10%.
Mengapa KPR Sensitif dengan Kenaikan Suku Bunga Acuan?
Rasanya untuk menjawab hal ini hanya direksi masing-masing bank yang bisa menjawabnya. Namun dalam kacamata penulis, kenapa bunga KPR begitu sensitif terhadap suku bunga acuan karena hubungannya permintaan terhadap kepemilikan rumah.
Rumah saat ini dikatakan salah satu kebutuhan primer bagi sebagian orang karena fungsinya terutama sebagai tempat berteduh. Daripada menyewa apartemen atau kontrakan, sebagian kalangan lebih memiliki mengeluarkan dana yang ada untuk mencicil rumah dengan kepemilikan sendiri karena lebih menguntungkan.
Oleh sebab itu, tidak aneh jika sebagian orang rela mencari rumah dengan harga murah hingga pinggiran kota agar keinginan mereka memiliki rumah tercapai.
Dalam diskusi outlook pembiayaan perumahan Indonesia tahun 2018 di Jakarta, Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Lana Winayanti mengungkapkan rata-rata ada 800.000 unut permintaan rumah baru.
Tingginya permintaan rumah tentu menjadi peluang bisnis bagi bank-bank di Indonesia. Adanya kenaikan suku bunga acuan dapat menjadi landasan bagi mereka ikut menaikkan suku bunga KPR sehingga mendorong peningkatan pendapatan perusahaan.
Maka dari itu, tidak lah aneh jika suku bunga KPR menjadi salah satu bunga kredit yang paling sensitif dibandingkan suku bunga kredit lain seperti UMKM.
Pandangan Bank Indonesia
Bank Indonesia (BI) menilai kenaikan bunga di perbankan bukan semata-mata akibat kenaikan bunga acuan dari BI. Menurut Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara bank menyesuaikan bunga kreditnya karena adanya capital outflow.
"Kalau bunga BI tidak naik maka bunga pasar tetap akan naik karena capital outflow (yang mana capital outflow mengurangi jumlah uang beredar) Artinya bunga pasar tidak selalu mengikuti bunga BI dalam sistem ekonomi yang terbuka," papar Mirza kepada CNBC Indonesia.
"Contoh lain, bunga BI turun tapi bunga pasar bisa naik karena capital outflow semakin besar terjadi. Ini terjadi di Turki," imbuh Mirza.
Pada dasarnya, bank sentral menghendaki bunga bank bisa rendah. Namun, hal tersebut memang belum bisa untuk saat ini.
"Saya juga ingin bunga di Indonesia hanya 1 persen tapi ternyata tidak bisa," katanya.
Bunga Acuan BI Naik Demi Stabilitas
Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan perbankan akan melakukan penyesuaian pada suku bunga deposito dan kredit tidak terkecuali suku bunga KPR.
"Namun, penyesuaian suku bunga masing-masing masih bervariasi tergantung kondisi likuiditas bank, tingkat efisiensi bank serta risiko kredit perbankan," kata Dia.
"Stance moneter yang cenderung tight bias ini bertujuan untuk stabilisasi rupiah. Memang betul, pelemahan rupiah belakangan ini didorong oleh faktor eksternal dan tidak mencerminkan fundamental. Tapi BI sangat perlu mengelola ekspektasi masyarakat dan investor terhadap nilai tukar. Kalau nilai tukar terlalu melemah di luar level fundamentalnya, masyarakat cenderung jadi concern dan dapat mengganggu konsumsi," paparnya.
Investor pun juga akan memandang bahwa nilai tukar yang volatile juga akan menggerus nilai investasinya. "Dan untuk mengelola ekspektasi itu, memang berat tapi perlu dilakukan oleh BI supaya dampaknya ke ekonomi lebih marginal," terang Josua.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dru) Next Article Kapan Kira-kira Bunga KPR Bakal Naik?
Most Popular