
Internasional
Demi Akhiri Krisis, Italia Kembali Coba Susun Pemerintahan
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
30 May 2018 18:29

Roma, CNBC Indonesia - Italia mencoba mencari jalan keluar di menit-menit terakhir dari kekacauan politik yang berlangsung hampir tiga bulan terakhir. Partai terbesar negara itu pada hari Rabu (30/5/2018) mencoba membentuk pemerintah koalisi baru dengan partai sayap kanan Liga, menurut seorang sumber yang dikutip Reuters.
Dua partai anti-kemapanan, Gerakan Bintang Lima dan Liga, mengabaikan rencana koalisi akhir pekan lalu setelah Presiden Italia menolak usulan susunan kabinet yang mereka ajukan.
Presiden Sergio Mattarella memveto pengajuan Paolo Savona, 81 tahun, sebagai menteri ekonomi karena Savona mendukung lepasnya Italia dari Uni Eropa (UE). Keputusan Mattarella membuat negara itu harus mengulang pemilu dan mengguncang pasar keuangan Italia.
Partai-partai tersebut sekarang sedang mencoba menemukan titik kompromi dan memilih satu nama sebagai menteri ekonomi, kata sumber yang dekat dengan Gerakan Bintang Lima, partai terbesar di parlemen.
Sinyal akan tercapainya solusi yang mengakhiri kekacauan politik itu mungkin datang dari pejabat perdana menteri Carlo Cottarelli yang ditugaskan oleh kepala negara pekan ini untuk menenangkan situasi dan merencanakan pemilu ulang.
"Kemungkinan baru akan lahirnya pemerintah politik telah muncul," kata Cottarelli yang dikutip kantor berita ANSA. "Situasi ini, juga dengan mempertimbangkan ketegangan pasar, telah menyebabkan saya harus menunggu perkembangan selanjutnya."
Namun, pemimpin Liga, Matteo Salvini, yang popularitasnya makin meningkat, tampaknya menepis pernyataan bahwa partainya dan Gerakan Bintang Lima akan mencoba lagi untuk meraih kekuasaan. Ia mengatakan Italia harus kembali melakukan pemungutan suara secepatnya.
"Semakin cepat kita melakukan pemungutan suara, semakin baik sebab ini adalah cara terbaik untuk keluar dari kondisi dan kebingungan ini," kata Salvini kepada wartawan.
Namun, ia mendukung adanya pemerintahan sementara untuk mengatur negara selama beberapa bulan dan mengatakan pemilu di akhir Juli akan mengganggu pekerja musiman Italia.
Ia mengundang Mattarella untuk lebih dulu mengambil tindakan dan menjelaskan cara keluar dari situasi sulit ini.
(hps) Next Article Italia Bisa Jadi Seperti Yunani, Namun Lebih Buruk Lagi
Dua partai anti-kemapanan, Gerakan Bintang Lima dan Liga, mengabaikan rencana koalisi akhir pekan lalu setelah Presiden Italia menolak usulan susunan kabinet yang mereka ajukan.
Presiden Sergio Mattarella memveto pengajuan Paolo Savona, 81 tahun, sebagai menteri ekonomi karena Savona mendukung lepasnya Italia dari Uni Eropa (UE). Keputusan Mattarella membuat negara itu harus mengulang pemilu dan mengguncang pasar keuangan Italia.
Sinyal akan tercapainya solusi yang mengakhiri kekacauan politik itu mungkin datang dari pejabat perdana menteri Carlo Cottarelli yang ditugaskan oleh kepala negara pekan ini untuk menenangkan situasi dan merencanakan pemilu ulang.
"Kemungkinan baru akan lahirnya pemerintah politik telah muncul," kata Cottarelli yang dikutip kantor berita ANSA. "Situasi ini, juga dengan mempertimbangkan ketegangan pasar, telah menyebabkan saya harus menunggu perkembangan selanjutnya."
Namun, pemimpin Liga, Matteo Salvini, yang popularitasnya makin meningkat, tampaknya menepis pernyataan bahwa partainya dan Gerakan Bintang Lima akan mencoba lagi untuk meraih kekuasaan. Ia mengatakan Italia harus kembali melakukan pemungutan suara secepatnya.
"Semakin cepat kita melakukan pemungutan suara, semakin baik sebab ini adalah cara terbaik untuk keluar dari kondisi dan kebingungan ini," kata Salvini kepada wartawan.
Namun, ia mendukung adanya pemerintahan sementara untuk mengatur negara selama beberapa bulan dan mengatakan pemilu di akhir Juli akan mengganggu pekerja musiman Italia.
Ia mengundang Mattarella untuk lebih dulu mengambil tindakan dan menjelaskan cara keluar dari situasi sulit ini.
(hps) Next Article Italia Bisa Jadi Seperti Yunani, Namun Lebih Buruk Lagi
Most Popular