Internasional
Media Nasional China Ramai-ramai Kecam Ancaman Dagang AS
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
30 May 2018 12:32

Shanghai, CNBC Indonesia - Media nasional China mengkritisi pengumuman Amerika Serikat (AS) yang akan menerapkan pembatasan investasi oleh perusahaan-perusahaan China. Berbagai media tersebut pada hari Rabu (30/5/2018) mengatakan Beijing siap untuk melawan balik jika Washington ingin memantik perang dagang.
Pada hari Selasa (29/5/2018), AS berkata belum melepaskan ancaman penerapan bea impor terhadap produk China senilai US$50 miliar (Rp 700,2 triliun) dan akan memberlakukannya jika Beijing tidak membahas isu pencurian kekayaan intelektual Amerika.
Kementerian Perdagangan China bereaksi keras dengan menyatakan pihaknya terkejut dan menilai pengumuman itu bertolak belakang dengan konsensus yang diraih kedua belah pihak belakangan ini.
Kantor berita nasional Xinhua mengatakan China berharap AS tidak akan bertindak secara impulsif, tetapi Negara Tirai Bambu itu siap untuk berjuang melindungi kepentingannya.
"Sikap China, seperti biasa, adalah: kami tidak ingin bertengkar, tapi kami juga tidak takut untuk melawan," katanya dalam sebuah ulasan yang ditulis Yu Jiaxin, reporter Xinhua, Reuters melaporkan hari Rabu.
"China akan terus mengadakan konsultasi pragmatis dengan delegasi Amerika Serikat dan berharap AS akan bertindak sesuai dengan semangat kesepakatan bersama," tulisnya.
Sementara itu, tabloid China bernama Global Times mengatakan AS mengalami "delusi" dan memperingatkan bahwa "keputusan dagang bisa membuat Washington berjuang sendirian".
Global Times adalah majalah populer yang dioperasikan oleh media resmi Partai Komunis yang berkuasa bernama People's Daily, meskipun sikapnya tidak serta-merta mencerminkan kebijakan pemerintah China.
"Pemerintah China akan memiliki tindakan yang diperlukan untuk mengatasi pengunduran diri AS dari berbagai kesepakatan penyelesaian. Jika AS ingin bermain api, maka China dengan sukarela mengikuti sampai akhir," tulisnya.
Harian China Daily juga mengatakan klaim berulang AS bahwa China telah memaksa perusahaan asing mentransfer teknologi ke perusahaan China tidak berdasar dan digunakan sebagai alasan untuk memfasilitasi proteksionisme dagang.
Pihaknya mengatakan transfer teknologi antara perusahaan AS dan mitra mereka di China adalah hasil dari praktik bisnis yang normal, bukan paksaan kebijakan.
(prm) Next Article China Siap Lawan Dampak Serangan Baru AS: Kontrol Teknologi
Pada hari Selasa (29/5/2018), AS berkata belum melepaskan ancaman penerapan bea impor terhadap produk China senilai US$50 miliar (Rp 700,2 triliun) dan akan memberlakukannya jika Beijing tidak membahas isu pencurian kekayaan intelektual Amerika.
Kementerian Perdagangan China bereaksi keras dengan menyatakan pihaknya terkejut dan menilai pengumuman itu bertolak belakang dengan konsensus yang diraih kedua belah pihak belakangan ini.
"Sikap China, seperti biasa, adalah: kami tidak ingin bertengkar, tapi kami juga tidak takut untuk melawan," katanya dalam sebuah ulasan yang ditulis Yu Jiaxin, reporter Xinhua, Reuters melaporkan hari Rabu.
"China akan terus mengadakan konsultasi pragmatis dengan delegasi Amerika Serikat dan berharap AS akan bertindak sesuai dengan semangat kesepakatan bersama," tulisnya.
Sementara itu, tabloid China bernama Global Times mengatakan AS mengalami "delusi" dan memperingatkan bahwa "keputusan dagang bisa membuat Washington berjuang sendirian".
Global Times adalah majalah populer yang dioperasikan oleh media resmi Partai Komunis yang berkuasa bernama People's Daily, meskipun sikapnya tidak serta-merta mencerminkan kebijakan pemerintah China.
"Pemerintah China akan memiliki tindakan yang diperlukan untuk mengatasi pengunduran diri AS dari berbagai kesepakatan penyelesaian. Jika AS ingin bermain api, maka China dengan sukarela mengikuti sampai akhir," tulisnya.
Harian China Daily juga mengatakan klaim berulang AS bahwa China telah memaksa perusahaan asing mentransfer teknologi ke perusahaan China tidak berdasar dan digunakan sebagai alasan untuk memfasilitasi proteksionisme dagang.
Pihaknya mengatakan transfer teknologi antara perusahaan AS dan mitra mereka di China adalah hasil dari praktik bisnis yang normal, bukan paksaan kebijakan.
(prm) Next Article China Siap Lawan Dampak Serangan Baru AS: Kontrol Teknologi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular