Internasional

Sanksi Trump ke Iran Bisa Naikkan Perdagangan Minyak di China

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
16 May 2018 17:14
Sanksi Trump ke Iran Bisa Naikkan Perdagangan Minyak di China
Foto: REUTERS/Stringer
Jakarta, CNBC Indonesia - Perdagangan minyak berjangka dalam yuan, mata uang China, meroket sejak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik negaranya dari kesepakatan nuklir Iran.

Produk minyak berjangka yang diluncurkan tanggal 26 Maret di Shanghai International Energy Exchange (INE) disambut investor dengan keriuhan sekaligus keraguan tentang bagaimana marketplace yang dikelola negara ini bisa menggantikan perdagangan minyak yang sudah berjalan baik di New York Mercantile Exchange (WTI) dan Intercontinental Exchange (Brent).

Namun, tindakan Trump untuk kembali menerapkan sanksi ke Iran bisa jadi mendorong minat terhadap minyak berjangka China. Rabu lalu (9/5/2018), volume perdagangan harian minyak berjangka INE mencapai rekor lebih dari 240.000 lot, dua kali lipat dibanding sehari sebelumnya di Asia. Hal itu terjadi sebelum tersiar kabar tentang pemberlakuan sanksi tersebut.

Jika dibandingkan, sekitar 1,4 juta lot minyak WTI diperdagangkan setiap harinya di bulan April tahun ini, sementara kurang dari 1 juta lot minyak Brent dijual setiap hari pada periode yang sama, dilansir dari CNBC Internasional. Satu lot minyak sama dengan 1.000 barel di tiga bursa tersebut.

"Ada banyak spekulasi bahwa pembatasan penjualan minyak Iran dan kurangnya akses terhadap pendanaan dolar akan mendorong permintaan minyak berjangka Shanghai dalam mata uang yuan," kata BMI Research dalam sebuah catatan hari Senin (14/5/2018).

"Dengan China memperdalam relasi energi dengan Iran, serta keinginan Beijing untuk mendukung hubungan tersebut dan membawa penggunaan mata uangnya ke taraf internasional, pembayaran dengan yuan dan membandingkan dengan minyak berjangka Shanghai nampaknya akan logis."

Trader veteran minyak John Driscoll berkata kepada CNBC Internasional pekan lalu bahwa para trader Iran punya pilihan berdagang di Shanghai International Energy Exchange yang berbasis yuan, sehingga menggagalkan segala batasan di perdagangan berbasis dolar dan bank-bank AS.

Beberapa pengamat industri tetap skeptis terhadap dampak jangka panjang yang akan dialami Iran dari minyak berjangka China. Alasannya, minyak Iran tidak dapat dikirimkan ke kontrak minyak Shanghai.

Meskipun begitu, minat terhadap minyak berjangka Shanghai sudah melampaui ekspektasi seraya berbagai badan usaha milik negara China dan perusahaan asing turut ambil bagian dalam perdagangannya.

Setidaknya, Reuters memberitakan satu kesepakatan penjualan minyak sudah ditandatangani dengan Sinopec, salah satu BUMN China.

"Kekhawatiran tentang tingginya dominasi negara di sektor perminyakan nampaknya tidak mengurangi partisipasi dalam kontrak, begitu pula denominasi yuan dan penambahan risiko FX yang diberikan," kata BMI, seraya menambahkan bahwa minyak berjangka memperoleh pelacakan.

"Upaya Beijing untuk "meng-internasional-kan" kontrak ini nampaknya akan terbayar," tambahnya.



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular