
Harga CPO Amblas Nyaris 1% Setelah Rally Dua Hari Berurutan
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
16 May 2018 16:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak pengiriman Agustus 2018 di bursa derivatif Malaysia bergerak melemah 0,78% ke MYR2.413/ton, hingga pukul 16.00 WIB hari ini. Pergerakan harga CPO sore ini berbalik arah dari penguatan secara dua hari berturut-turut sebelumnya.
Sebagai catatan, harga CPO pada penutupan perdagangan tanggal 14 Mei dan 15 Mei, mampu ditutup menguat masing-masing sebesar 1,47% dan 0,66%.
Terpilihnya Mahathir Mohammad sebagai Perdana Menteri baru Negeri Jiran nampaknya membawa angin segar bagi pergerakan harga CPO.
Pertama, meski sempat menyatakan bahwa Malaysia akan menegosiasikan kembali beberapa perjanjian pembangunan infrastruktur yang rencananya dibiayai oleh investasi China, Mahathir mengaku bahwa dirinya tidak bermasalah dengan program One Belt One Road (OBOR) selama tidak terlalu banyak kapal perang di daerahnya.
Pernyataan tersebut lantas memberikan sentimen positif masih akan terjaganya hubungan perdagangan Malaysia dan China, khususnya untuk ekspor CPO Malaysia ke Negeri Tirai Bambu. Pasalnya, proyek OBOR, atau jalur sutera modern, memang merupakan salah satu inisiatif strategis paling penting dari pemerintah China, dalam rangka membangun konektivitas dengan seluruh bagian dunia.
Kedua, pasca bergantinya pemerintahan ke tangan Mahathir secara tidak terduga, nilai tukar Ringgit Malaysia bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pasalnya, sebagian besar investor khawatir bahwa janji-janji pemilihan Mahathir yang cenderung populis justru merusak reformasi finansial yang saat ini sedang berjalan baik.
Misalnya, janji Mahathir untuk menghapuskan pajak barang dan jasa, serta kembali memunculkan subsidi BBM, dikhawatirkan akan memperlebar defisit anggaran pemerintah.
Persepsi tersebut akhirnya berpotensi mendorong investor untuk melepas aset-aset berbasis Ringgit, dan mendorong mata uang Malaysia tersebut melemah. Pelemahan mata uang Negeri Jiran pada umumnya akan diikuti oleh kenaikan harga CPO, seiring harga komoditas ini yang relatif lebih murah, dan akhirnya mampu meningkatkan permintaan dari importir.
Meski demikian, harga CPO hari ini tertekan oleh ekspor minyak kelapa sawit Malaysia pada 1-15 Mei yang diekspektasikan menurun cukup dalam sebesar 13,7% MtM, berdasarkan hasil survei dari SGS Malaysia.
Di sisi lain, harga harga sang rival minyak kedelai juga bergerak melemah. Sebagai informasi, harga minyak kedelai kontrak pengiriman Juli 2018 di Chicago Board of Trade tercatat terkoreksi 0,48% pada perdagangan sore ini.
Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya (seperti minyak kedelai), seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga kedelai melemah, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut turun.
(RHG/RHG) Next Article India Siap Naikkan Tarif Impor Kedelai, Harga CPO Stagnan
Sebagai catatan, harga CPO pada penutupan perdagangan tanggal 14 Mei dan 15 Mei, mampu ditutup menguat masing-masing sebesar 1,47% dan 0,66%.
![]() |
Pertama, meski sempat menyatakan bahwa Malaysia akan menegosiasikan kembali beberapa perjanjian pembangunan infrastruktur yang rencananya dibiayai oleh investasi China, Mahathir mengaku bahwa dirinya tidak bermasalah dengan program One Belt One Road (OBOR) selama tidak terlalu banyak kapal perang di daerahnya.
Pernyataan tersebut lantas memberikan sentimen positif masih akan terjaganya hubungan perdagangan Malaysia dan China, khususnya untuk ekspor CPO Malaysia ke Negeri Tirai Bambu. Pasalnya, proyek OBOR, atau jalur sutera modern, memang merupakan salah satu inisiatif strategis paling penting dari pemerintah China, dalam rangka membangun konektivitas dengan seluruh bagian dunia.
Kedua, pasca bergantinya pemerintahan ke tangan Mahathir secara tidak terduga, nilai tukar Ringgit Malaysia bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pasalnya, sebagian besar investor khawatir bahwa janji-janji pemilihan Mahathir yang cenderung populis justru merusak reformasi finansial yang saat ini sedang berjalan baik.
Misalnya, janji Mahathir untuk menghapuskan pajak barang dan jasa, serta kembali memunculkan subsidi BBM, dikhawatirkan akan memperlebar defisit anggaran pemerintah.
Persepsi tersebut akhirnya berpotensi mendorong investor untuk melepas aset-aset berbasis Ringgit, dan mendorong mata uang Malaysia tersebut melemah. Pelemahan mata uang Negeri Jiran pada umumnya akan diikuti oleh kenaikan harga CPO, seiring harga komoditas ini yang relatif lebih murah, dan akhirnya mampu meningkatkan permintaan dari importir.
Meski demikian, harga CPO hari ini tertekan oleh ekspor minyak kelapa sawit Malaysia pada 1-15 Mei yang diekspektasikan menurun cukup dalam sebesar 13,7% MtM, berdasarkan hasil survei dari SGS Malaysia.
Di sisi lain, harga harga sang rival minyak kedelai juga bergerak melemah. Sebagai informasi, harga minyak kedelai kontrak pengiriman Juli 2018 di Chicago Board of Trade tercatat terkoreksi 0,48% pada perdagangan sore ini.
Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya (seperti minyak kedelai), seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga kedelai melemah, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut turun.
(RHG/RHG) Next Article India Siap Naikkan Tarif Impor Kedelai, Harga CPO Stagnan
Most Popular