Internasional

Venezuela Krisis Ekonomi, Rumah Sakit Terlantar

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
16 May 2018 15:20
Venezuela Krisis Ekonomi, Rumah Sakit Terlantar
Jakarta, CNBC Indonesia - Di rumah sakit Venezuela seorang anak berusia delapan tahun yang bernama Luisito tengah menunggu operasi tumor otak, namun sayangnya keadaan rumah sakit cukup memprihatinkan. Rumah sakit hanya memiliki sedikit obat dan peralatan yang berfungsi.
 
Seorang bayi berusia empat bulan yang menderita penyakit abnormal yang membuat kepalanya berukuran sangat besar (macrocephaly), bahkan harus berbagi kamar pasien yang ditempatinya, yang berukuran sembilan meter persegi. Bayi tersebut membutuhkan katup drainase, namun sayangnya rumah sakit tidak memilikinya.

Akibatnya, akumulasi cairan yang dihasilkan membuat kepala bayi perempuan tersebut menjadi seukuran bola basket.
 
Anthony, yang berusia tujuh tahun, juga berbagi ruang yang sempit ini. Setelah operasi, luka di punggungnya memburuk karena kurangnya pakaian bersih baik di rumah sakit atau di apotek setempat.
 
Federasi Farmasi Venezuela mengatakan hanya 20% dari obat-obatan dan peralatan medis yang tersedia di rumah sakit dan apotek di seluruh negara yang kaya minyak itu.
 
Kekurangan obat-obatan kronis serta bahan makanan dasar telah menjadi akibat dari krisis ekonomi Venezuela yang berkepanjangan, yang oleh masyarakat internasional dianggap sebagai kesalahan Presiden Nicolas Maduro, yang mengupayakan masa jabatan enam tahun kedua dalam pemilihan yang diadakan pada hari Minggu.
 
Dilansir dari AFP, bahan medis dapat dibeli melalui internet, tetapi dalam dolar saja, mata uang yang tidak dapat diakses oleh nenek dari anak-anak yang berasal dari keluarga sederhana tersebut.
 
"Kami tidak punya dolar. Kami hanya manusia yang membutuhkan sandaran," kata Maria Silva, sambil mengawasi Anthony kecil dengan lukanya yang menyebar. Menurut dokter mereka, Edgar Sotillo, dengan peralatan yang lebih baik, penyakit-penyakit semacam ini dapat dengan mudah diobati.
 
"Kami tidak memiliki obat ... Saya memiliki pasien yang menderita hydrocephalus (penumpukan cairan di otak) dan sedang menunggu katup," kata Sotillo.
 
"Kami melihat kasus cacar air, tuberkulosis, malaria, kudis. Kadang-kadang rumah sakit tidak memiliki air. Jika pasien terkena infeksi, tidak ada antibiotik sehingga keadaanya semakin memburuk," tambah dokter tersebut.
 



Selain menyebabkan penderitaan negara pada 'perang ekonomi' yang dilancarkan oleh Amerika Serikat, Maduro yang sosialis juga telah berjanji untuk memperbaiki keadaan itu segera.
 
Namun Yuriangela (16 tahun), yang menderita kanker paru-paru dan tengah menunggu untuk menjalani kemoterapi lagi, tidak punya waktu untuk menunggu.

Ibunya, Sujer, menangis tanpa daya dan tidak tahu apakah ia akan mampu menemukan perawatan yang dibutuhkan putrinya. Obat yang diperlukan untuk perawatan penyakit kronis seperti kanker, hampir semua (95%) tidak tersedia.
 
"Dia perlu menjalani 17 sesi kemoterapi," katanya, seraya menambahkan bahwa keluarganya harus membeli obat yang dia butuhkan di luar negeri. "Kami tidak memiliki sarana, tetapi kami telah menerima bantuan."
 
Di sebelah ruangannya, Luana yang berusia empat tahun tengah memotong huruf-huruf dari alfabet yang di print, sambil menunggu pengobatan untuk tumor otak.
 
"Selama dua bulan, kami belum bisa mendapatkan kemoterapi. Ini adalah tanggung jawab orang yang memerintah, yang hanya memperhatikan kami ketika kami berdemonstrasi," kata ibunya, Rosa.
 
Demonstrasi untuk menarik perhatian pada penderitaan layanan kesehatan sering terjadi, baik oleh dokter, pasien mereka yang mengidap HIV, atau orang-orang cacat.
 


Pada bangsal kanker ini, perangkat untuk pencitraan medis seperti mesin MRI dan peralatan radioterapi tidak berfungsi.
 
"Kami tidak dapat bekerja karena kurangnya peralatan," kata seorang dokter wanita yang tidak ingin disebutkan namanya.
 
"Kami memiliki pasien yang kondisinya membaik, tetapi kemudian, karena kekurangan obat-obatan, mereka memburuk dan mati."
 
Dokter tersebut mengatakan rumah sakit J.M. de los Rios memiliki daftar panjang masalah, mulai dari pipa air yang rusak hingga lift yang memiliki fungsi tunggal, dan juga tikus dan kecoak di lorong rumah sakit.
 
Dokter Belen Arteaga, kepala departemen nefrologi, hanya memperoleh upah minimum bulanan, yaitu 2,5 juta bolivar (US$36 dolar dengan tarif resmi). Jumlah tersebut hanya cukup untuk membeli satu kilogram daging di Venezuela, di mana IMF memprediksi inflasi akan melambung ke ketinggian baru, mencapai lebih dari 13.000% tahun ini.
 
Arteaga mengatakan dia melihat empat anak meninggal di rumah sakit karena kekurangan antibiotik. Angka resmi terbaru menunjukkan angka kematian bayi melonjak lebih dari 30% pada tahun 2016 dibandingkan tahun 2015.
 
"Para dokter akan pergi," tambah Arteaga. Menurut Masyarakat Medis Venezuela, sepertiganya bahkan telah beremigrasi.
 
"Kami menyaksikan krisis kemanusiaan," kata Huniades Urbina, kepala komunitas perawatan anak dan pediatri.
 
"Angka ini berasal dari sub-Sahara Afrika." 



Next Page
Tumor otak
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular