
Defisit Perdagangan Capai US$ 1,63 M, Mendag: Bisa Ditolerir
Arys Aditya, CNBC Indonesia
16 May 2018 15:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menilai lonjakan defisit dagang pada bulan lalu masih bisa ditolerir. Tercatat, defisit perdagangan pada April 2018 sebesar US$ 1,63 miliar atau terdalam sejak 2014.
Enggartiasto mengatakan pihaknya berharap angka impor sudah melandai pada bulan ini, sehingga mengurangi tekanan terhadap neraca perdagangan.
"Memang dari sisi konsumsi kenaikan itu saya melihat menjelang Lebaran kita masih bisa tolerir karena terjadi peningkatan barang konsumsi. Bulan depan kita harapkan impor sudah terkoreksi," kata Mendag di Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu (16/5/2018).
Dia menyebut kenaikan impor memang lazim terjadi secara musiman. Meski demikian, Mendag mengatakan lonjakan impor barang konsumsi juga diimbangi dengan laju impor barang modal dan bahan baku.
Berdasarkan siaran resmi Badan Pusat Statistik, sepanjang April 2018, impor barang modal tercatat melesat 40,81% yoy, diiringi oleh kenaikan impor bahan baku dan penolong 33% dan barang konsumsi 38,01%.
Enggartiasto mengakui defisit perdagangan itu juga terjadi karena performa ekspor yang masih berada di bawah ekspektasi.
"Kalau sekarang month to month ekspor kita lebih rendah. Cuma kalau bicara year on year, target saya kan 11% di atas tahun lalu, sekarang ini kenaikannya 9% dibandingkan tahun lalu. Masih 9%."
Di sisi lain, dia juga mengelak apabila impor bawang putih disebut sebagai motor lonjakan defisit perdagangan. Mendag menyebut pihaknya juga tidak serta merta melansir seluruh izin impor.
"Bawang itu rendah sekali. Enggak gede, itu untung saya keluarin semua. Itu kita keluarin bertahap," tuturnya.
"Bawang putih itu cuma US$ 48 juta dan itu sekian lama kita tahan. Waktu ditahan dimarahin, sekarang dikeluarin dimarahin lagi."
(ray/ray) Next Article Padahal Negara Kaya, Arab Saudi Terancam Defisit Rp 339 T
Enggartiasto mengatakan pihaknya berharap angka impor sudah melandai pada bulan ini, sehingga mengurangi tekanan terhadap neraca perdagangan.
"Memang dari sisi konsumsi kenaikan itu saya melihat menjelang Lebaran kita masih bisa tolerir karena terjadi peningkatan barang konsumsi. Bulan depan kita harapkan impor sudah terkoreksi," kata Mendag di Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu (16/5/2018).
Berdasarkan siaran resmi Badan Pusat Statistik, sepanjang April 2018, impor barang modal tercatat melesat 40,81% yoy, diiringi oleh kenaikan impor bahan baku dan penolong 33% dan barang konsumsi 38,01%.
Enggartiasto mengakui defisit perdagangan itu juga terjadi karena performa ekspor yang masih berada di bawah ekspektasi.
"Kalau sekarang month to month ekspor kita lebih rendah. Cuma kalau bicara year on year, target saya kan 11% di atas tahun lalu, sekarang ini kenaikannya 9% dibandingkan tahun lalu. Masih 9%."
Di sisi lain, dia juga mengelak apabila impor bawang putih disebut sebagai motor lonjakan defisit perdagangan. Mendag menyebut pihaknya juga tidak serta merta melansir seluruh izin impor.
"Bawang itu rendah sekali. Enggak gede, itu untung saya keluarin semua. Itu kita keluarin bertahap," tuturnya.
"Bawang putih itu cuma US$ 48 juta dan itu sekian lama kita tahan. Waktu ditahan dimarahin, sekarang dikeluarin dimarahin lagi."
(ray/ray) Next Article Padahal Negara Kaya, Arab Saudi Terancam Defisit Rp 339 T
Most Popular