Impor Bahan Baku Tinggi, Menperin: Bagus untuk Jangka Panjang

Samuel Pablo, CNBC Indonesia
16 May 2018 13:07
Sejumlah industri masih membutuhkan bahan baku impor untuk proses produksi.
Foto: Biro Humas Kementerian Perindustrian
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menegaskan besarnya defisit perdagangan RI hingga US$ 1,63 miliar lebih karena tingginya impor bahan baku.

Dia menuturkan tingginya impor bahan baku menandakan investasi di sektor manufaktur berjalan dengan baik.

"Secara jangka panjang positif. Masalah defisit itu kan kalau kita lihat impornya banyak capital goods [bahan baku utama] dan bahan baku penolong. Kalau capital goods artinya realisasi dari investasi, berarti kan positif. Ya tentu nanti harapannya ke depan [dengan investasi ini] kita akan memacu ekspor," ujar Airlangga saat ditemui di Kemenko Perekonomian, Rabu (16/5/2018).

Airlangga mencontohkan, industri tekstil saat ini masih membutuhkan impor katun, rayon, dan polyester.

Adapun pada April, lonjakan impor bahan baku memang sangat tinggi mencapai 78,96%.


Ke depannya, kata dia, pemerintah mendorong adanya pabrik pengolahan rayon sehingga industri tidak lagi harus impor barang modal tersebut.

Menperin mengatakan salah satu pabrik pengolahan rayon yang akan dibangun berlokasi di Riau.


Adapun hingga saat ini, jelasnya, pemerintah masih membahas terkait insentif fiskal bagi perusahaan yang membangun pabrik guna mendukung ekspor RI.

"Sektornya masih difinalisasi, KBLI [Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia] diperjelas, kemudian jumlahnya berapa, dasar hukumnya kan PP, itu kan masih dibahas semua," kata Airlangga.
(ray/ray) Next Article Sri Mulyani: Insentif Kesehatan Baru Cair 1,54%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular