
Internasional
Rupee Tertekan, Krisis Ekonomi Mengintai
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
08 May 2018 13:20

Seiring dengan suku bunga AS yang rencananya akan kembali dinaikkan, India yang menjadi salah satu korban terparah selama "taper tantrum" di tahun 2013 sekali lagi harus menghadapi besarnya aliran modal keluar. Kondisi itu pun menambah tekanan terhadap rupee.
Meski pemerintah telah melonggarkan persyaratan investasi asing di pasar modal, obral masih terus berlanjut, menurut data dari National Securities Depository Limited India.
Aliran dana bersih yang keluar dari India adalah $244,44 juta di akhir April 2018, memutar-balikkan pembelian bersih senilai $30,78 miliar di tahun 2017, menurut data.
Sepanjang tahun lalu, India telah mengumpulkan cadangan devisanya. Namun, Ekonom DBS Radhika Rao berkata kebutuhan pendanaan negara, sebagai imbas dari defisit ganda, memberi arti bahwa bank sentral kemungkinan tidak memiliki cukup ruang untuk intervensi jika penjualan besar-besaran semakin parah.
Namun, rupee dan perekonomian India tidak sesial itu, menurut para analis di bank asal Malaysia Maybank. Para analis di RBI pun mengatakan aktivitas perekonomian bisa meningkat karena isyarat kenaikan belanja modal dan permintaan global yang lebih baik membantu kestabilan mata uang.
"Rupee tidak lagi berada di posisi terbaiknya," tulis para analis pekan lalu.
"Maka dari itu, kami optimis dengan hati-hati bahwa rupee pada akhirnya bisa memperoleh pijakan ketika suku bunga dan minyak stabil, serta pertumbuhan global yang berkelanjutan pada akhirnya mempersempit [defisit neraca berjalan], mendorong pendapatan dan menahan [rupee]," tambah mereka.
(roy)
Meski pemerintah telah melonggarkan persyaratan investasi asing di pasar modal, obral masih terus berlanjut, menurut data dari National Securities Depository Limited India.
Namun, rupee dan perekonomian India tidak sesial itu, menurut para analis di bank asal Malaysia Maybank. Para analis di RBI pun mengatakan aktivitas perekonomian bisa meningkat karena isyarat kenaikan belanja modal dan permintaan global yang lebih baik membantu kestabilan mata uang.
"Rupee tidak lagi berada di posisi terbaiknya," tulis para analis pekan lalu.
"Maka dari itu, kami optimis dengan hati-hati bahwa rupee pada akhirnya bisa memperoleh pijakan ketika suku bunga dan minyak stabil, serta pertumbuhan global yang berkelanjutan pada akhirnya mempersempit [defisit neraca berjalan], mendorong pendapatan dan menahan [rupee]," tambah mereka.
(roy)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular