
Agus Marto : Sekarang Eranya Bunga Tinggi
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
03 May 2018 11:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengungkapkan era suku bunga murah atau rendah sudah selesai. Saat ini sistem moneter dunia terus berkembang dan kondisi ekonomi global mempengaruhi kebijakan moneter secara keseluruhan.
"Dunia sudah semakin yakin sistem moneter tengah berkembang. Dunia juga memahami era bunga murah sudah ditinggalkan," ujar Agus Marto di Gedung BI, Kamis (3/5/2018).
"Sekarang eranya bunga tinggi. Apalagi kenaikan bunga acuan AS bisa lebih dari 3 kali," imbuh Agus Marto.
Lebih jauh ia menjelaskan jika tingkat bunga acuan meningkat dan diikuti oleh peningkatan yield surat utang maka kondisi kebijakan moneter bisa berubah. Apa yang terjadi di dunia, yang membuat nilai tukar rupiah juga jatuh sambung Agus Marto harus tetap disikapi positif.
"BI melihat dinamika luar negeri yang berperan namun di dalam negeri ada peranan kuartal I-2018 tiap tahun bayar kewajiban luar negeri dalam bentuk dividen," jelasnya.
"Kalau rupiah tertekan jangan dilihat dari nominal tapi persentase. Depresisi kita lebih kecil dari negara lain. Negara tetangga ataupun Turki atau Brasil atau negara lain seperti India. Memang rupiah belum redenominasi mata uang. Jadi persentase kecil seolah-olah sudah besar. BI akan ada di pasar untuk jaga ini," imbuh Agus Marto.
(dru/dru) Next Article Dolar Bakal Lampaui Rp 14.000? Ini Jawaban Tegas Gubernur BI
"Dunia sudah semakin yakin sistem moneter tengah berkembang. Dunia juga memahami era bunga murah sudah ditinggalkan," ujar Agus Marto di Gedung BI, Kamis (3/5/2018).
"Sekarang eranya bunga tinggi. Apalagi kenaikan bunga acuan AS bisa lebih dari 3 kali," imbuh Agus Marto.
"BI melihat dinamika luar negeri yang berperan namun di dalam negeri ada peranan kuartal I-2018 tiap tahun bayar kewajiban luar negeri dalam bentuk dividen," jelasnya.
"Kalau rupiah tertekan jangan dilihat dari nominal tapi persentase. Depresisi kita lebih kecil dari negara lain. Negara tetangga ataupun Turki atau Brasil atau negara lain seperti India. Memang rupiah belum redenominasi mata uang. Jadi persentase kecil seolah-olah sudah besar. BI akan ada di pasar untuk jaga ini," imbuh Agus Marto.
(dru/dru) Next Article Dolar Bakal Lampaui Rp 14.000? Ini Jawaban Tegas Gubernur BI
Most Popular