Dolar Bakal Lampaui Rp 14.000? Ini Jawaban Tegas Gubernur BI

Chandra Gian Asmara & Gita Rossiana, CNBC Indonesia
26 April 2018 18:22
Foto: CNBC Indonesia/Chandra Gian Asmara
Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menegaskan bank sentral terus menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS agar tetap sesuai dengan fundamentalnya. Menurutnya BI akan selalu ada di pasar dan melakukan intervensi baik di pasar Surat Berharga Negara (SBN) maupun di pasar valuta asing.

Namun, mantan Menteri Keuangan ini mengimbau untuk tidak melihat nilai tukar rupiah pada sebuah titik tertentu. "Kalau sampai tembus Rp 13.900 atau Rp 14.000 jangan lihat dari sisi nilai tapi persentasenya. Kalau hari ini dibandingkan hari sebelumnya rupiah terhadap dolar apresiasi 0,22%," katanya di Gedung BI, Kamis (26/4/2018).

Secara bulanan, Agus Marto mengatakan depresiasi rupiah dibandingkan dengan negara lain masih jauh lebih baik. Depresiasi rupiah secara bulanan hanya 0,88%.


"Depresiasi ini masih lebih rendah dari depresiasi mata uang negara Asia lain. Seperti baht Thailand yang terdepreasiasi 1,12%; ringgit Malaysia depresiasi 1,24%; dolar Singapura depresiasi 1,17%; won Korea Selatan depresiasi 1,38%; dan rupee India depresiasi 2,4%," kata dia.

"Jangan disampaikan seolah-olah akan lewati Rp 13.900 atau Rp 14.000. Tapi kita lihat secara presentase. BI akan ada di pasar menjaga dan meyakinkan stabilitas nilai tukar rupiah itu terjaga, BI tidak menargetkan untuk mencapa nilai tukar tertentu," tegas Agus Marto.

Agus Marto menegaskan, ke depan, untuk memperkuat upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya, dengan tetap mendorong mekanisme pasar, BI akan menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
  • Senantiasa berada di pasar untuk memastikan tersedianya likuiditas dalam jumlah yang memadai baik valas maupun rupiah
  • Memantau dengan seksama perkembangan perekonomian global dan dampaknya terhadap perekonomian domestik
  • Mempersiapkan 2nd line of defense bersama dengan institusi eksternal terkait

"Apabila tekanan terhadap nilai tukar terus berlanjut serta berpotensi menghambat pencapaian sasaran inflasi dan menganggu stabilitas sistem keuangan, yang merupakan mandat Bank Indonesia, Bank Indonesia tidak menutup ruang bagi penyesuaian suku bunga kebijakan BI7DRR. Kebijakan ini tentunya akan dilakukan secara berhati-hati, terukur, dan bersifat data dependence, mengacu pada perkembangan data terkini maupun perkiraan ke depan," tutup Agus Marto.




(dru/dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular