
Investasi Energi Baru Capai US$ 294 Juta di Kuartal I-2018
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
24 April 2018 13:58

Jakarta, CNBC Indonesia- Investasi di sektor energi baru terbarukan dan konservasi energi (EBTKE) baru mencapai US$ 294 juta atau 14,7% dari target sepanjang tahun ini sebesar US$ 2 miliar.
Hal tersebut disampaikan Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Ida Nuryatin Finahari dalam Workshop Peluang Investasi EBT, di Hotel Aryaduta pada Selasa (24/4/2018).
Ida merinci, target investasi sepanjang tahun ini adalah untuk konservasi energi sebesar US$ 5 juta, bioenergi US$ 72 juta, aneka EBT US$ 718 juta, dan yang tertinggi panas bumi sebesar US$ 1,21 miliar.
"Melihat target, kami harap ada investasi lebih lanjut dari EBT," kata Ida.
Dalam kesempatan sama, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar menyebut hingga saat ini telah ada tiga kontrak Power Purchase Agreement (PPA) yang telah beroperasi. "Untuk yang kontrak ada 6, financial close 14 dan sisanya 42 dalam proses," tutur Arcandra.
Dia mengaku, akan terus mengusahakan berjalannya proses lanjutan atas 42 kontrak PPA yang masih belum financial close dan melihat apa yang menjadi kendala.
Berkali-kali, pengembang EBT merasa kesulitan dalam mendapatkan pinjaman dari bank, utamanya karena bunga bank lokal yang dinilai cukup tinggi. Selain itu, ada pula beberapa pengembang pembangkit listrik tenaga minihidro yang tidak lolos seleksi bank karena skema proyeknya dianggap tak bankable.
Menanggapi hal itu, Arcandra enggan berkomentar banyak, namun mengakui bunga bank memang menjadi salah satu tantangan dalam pengembangan EBT.
"Nanti itu bisa ditanyakan ke SMI (Sarana Multi Infrastruktur). Workshop hari ini gunanya itu, agar bisa diklarifikasi," tutur Arcandra.
(gus/gus) Next Article Target Energi Baru 23% di 2025 Dinilai Tak Akan Tercapai
Hal tersebut disampaikan Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Ida Nuryatin Finahari dalam Workshop Peluang Investasi EBT, di Hotel Aryaduta pada Selasa (24/4/2018).
"Melihat target, kami harap ada investasi lebih lanjut dari EBT," kata Ida.
Dalam kesempatan sama, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar menyebut hingga saat ini telah ada tiga kontrak Power Purchase Agreement (PPA) yang telah beroperasi. "Untuk yang kontrak ada 6, financial close 14 dan sisanya 42 dalam proses," tutur Arcandra.
Dia mengaku, akan terus mengusahakan berjalannya proses lanjutan atas 42 kontrak PPA yang masih belum financial close dan melihat apa yang menjadi kendala.
Berkali-kali, pengembang EBT merasa kesulitan dalam mendapatkan pinjaman dari bank, utamanya karena bunga bank lokal yang dinilai cukup tinggi. Selain itu, ada pula beberapa pengembang pembangkit listrik tenaga minihidro yang tidak lolos seleksi bank karena skema proyeknya dianggap tak bankable.
Menanggapi hal itu, Arcandra enggan berkomentar banyak, namun mengakui bunga bank memang menjadi salah satu tantangan dalam pengembangan EBT.
"Nanti itu bisa ditanyakan ke SMI (Sarana Multi Infrastruktur). Workshop hari ini gunanya itu, agar bisa diklarifikasi," tutur Arcandra.
(gus/gus) Next Article Target Energi Baru 23% di 2025 Dinilai Tak Akan Tercapai
Most Popular