Internasional

Atur Hak Siar, Klub Liga Premier Inggris Cetak Laba Rp 19,8 T

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
21 April 2018 19:45
Angka laba sebelum pajak secara kolektif tersebut hampir tiga kali lipat dari rekor sebelumnya di musim 2013/14. Artinya, Klub Liga Premier lebih sehat.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Manchester City masih merayakan kemenangannya di Liga Premier, tetapi semua tim (20 klub) di divisi teratas Inggris memiliki beberapa alasan untuk bahagia juga.
 
Menurut data yang dikumpulkan oleh Deloitte Sports Business Group, 20 Klub Liga Premier ini menghasilkan laba operasi gabungan sebesar £ 1 miliar (US$1,4 miliar) atau setara Rp 18,9 triliun) pada musim 2016/2017, dilansir dari CNBC International.

Secara kolektif, laporan laba sebelum pajak klub sebesar £ 0,5 miliar, sebuah rekor bagi liga tersebut, dengan tingkat upah naik sebesar 9% menjadi £ 2,5 miliar.
 
Angka laba sebelum pajak secara kolektif tersebut hampir tiga kali lipat dari rekor sebelumnya di musim 2013/14.
 
"Seperti yang diprediksi tahun lalu, transaksi siaran tiga tahun Liga Premier yang mulai berlaku di musim 2016/17 membantu mendorong pendapatan ke rekor baru," ujar Dan Jones dari Deloitte.
 
"Meskipun upah meningkat sebesar 9%, peningkatan ini tidak jauh di atas tingkat pertumbuhan pendapatan yang tercatat. Angka yang relatif dari klub Liga Premier ini mencerminkan tingkat keuntungan finansial mereka atas liga lain dan juga dampak dari tindakan pengendalian biaya domestik dan Eropa." Tambahnya.
 
Lebih jauh lagi, upaya yang ditunjukkan oleh klub untuk mengendalikan upah mereka, telah mengubah keuntungan dari pendapatan siaran menjadi laba operasi dan pra-pajak yang sehat.
 
Setiap klub papan atas membukukan laba operasi. Sekitar 18 dari 20 klub mencatatkan laba sebelum pajak. Pendapatan kolektif terhadap rasio upah turun dari 63% menjadi 55% di musim 2016/17, terendah sejak musim 1997/98.
 
Analisis juga mengungkapkan bahwa klub-klub Premier League secara kolektif telah membuat laba sebelum pajak dalam tiga dari empat tahun terakhir dan, meskipun klub memposting kerugian sebelum pajak kolektif pada akhir musim 2016 (karena sejumlah kecil dari suatu biaya tak terduga), kemungkinan keuntungan Premier League bisa tetap diperoleh.
 
"Meskipun kami mengantisipasi biaya upah akan terus meningkat di musim mendatang, kami tidak memperkirakan kenaikan akan berada pada tingkat yang dapat membahayakan profitabilitas Liga Premier secara keseluruhan. Kenaikan upah yang paling signifikan cenderung terjadi di tahun sebelum dimulainya siklus penyiaran baru setelah peningkatan pendapatan yang besar terjamin." Kata Deloitte.
 
Lima dari tujuh paket Premier League domestik untuk putaran hak siar berikutnya telah dialokasikan di Amerika Serikat, dimana mitranya 'Sky Sports' telah mengambil lima dari tujuh paket tersebut, dan BT masih melanjutkan komitmen mereka dengan yang lain.
 
Namun, keduanya membayar lebih rendah dari nilai gabungan di kesepakatan sebelumnya, yang sejauh ini bernilai lebih dari US$6,3 miliar, turun dari total pembayaran sebelumnya hampir US$7,3 miliar pada tahun 2015.
 
Dua paket penyiaran masih akan dijual dengan hak untuk menyiarkan pertandingan dari awal musim 2019, dimana penawar baru seperti Amazon, Netflix dan YouTube dikabarkan masih mempertimbangkan tawaran tersebut.


(roy/roy) Next Article Deteksi Corona, Jokowi: Jangan Sampai Indonesia Diragukan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular