Sepakbola + Televisi = Uang
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 January 2018 16:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepakbola di Eropa adalah ladang uang. Semuanya bisa jadi uang, mulai dari penjualan kostum (jersey), tiket stadion, sampai hak siar televisi.
Tengok saja Manchester United (MU). Klub ini dikenal royal berbelanja dalam beberapa tahun terakhir. Musim ini saja, MU sudah menghabiskan 155 juta poundsterling (Rp 286,75 miliar) untuk membeli Victor Lindelof, Nemanja Matic, dan Romelu Lukaku.
Teranyar, Setan Merah tengah merampungkan transfer Alexis Sanchez dari Arsenal dengan biaya yang disebut-sebut sekitar 35 juta poundsterling (Rp 647,5 miliar). Ditambah Sanchez, berarti United telah menghabiskan dana 190 juta poundsterling (Rp 3,51 triliun) di bursa transfer.
Belanja yang mewah tentunya harus ditopang oleh pendapatan yang mumpuni. Dalam hal ini, belanja gila-gilaan tidak membuat MU merugi, karena pada 2017 mereka mampu membukukan laba 39,18 juta poundsterling (Rp 724,77 miliar).
Tahun lalu, MU memperoleh dana 194,09 juta poundsterling (Rp 3,59 triliun) dari hak siar televisi (Liga Primer, MUTV, dan lain-lain). Dari hak siar televisi saja anggaran transfer pemain sudah tertutupi.
Sepakbola dan televisi memang pasangan yang saling menguntungkan. Bagi sepakbola, televisi merupakan media utama yang membuat sepakbola mengglobal dan semakin menancapkan kuku sebagai olahraga paling populer di dunia. Sementara bagi televisi, sepakbola adalah siaran yang menjamin banyak penonton sehingga pengiklan pun mengantre.
Dari hak siar, pengelola liga-liga Eropa mendapat pemasukan yang menggiurkan. Pada 2012-2022, Premier League memberikan hak siar kepada Sky Sport dan BT Sport dengan mahar 5,18 miliar poundsterling (Rp 95,83 triliun).
Dari pendapatan hak siar, sebagian besar didistribusikan kembali kepada klub. Skema yang berlaku pada akhir musim 2016/2017 adalah tergantung dari posisi di liga dan jumlah penonton. Plus bonus hak siar ke setiap klub sebesar 84,4 juta poundsterling (Rp 1,56 triliun).
Dengan skema tersebut, Chelsea menjadi klub dengan pemasukan televisi terbesar yaitu 152,8 juta poundsterling (Rp 2,83 triliun). Menyusul Manchester City di peringkat kedua dengan 149 juta poundsterling (Rp 2,76 triliun) meski di posisi The Citizens di liga ada di rangking 3. Sang runner-up, Tottenham Hotspur, justru menempati posisi ketiga di peringkat hak siar dengan pendapatan 148,1 juta poundsterling (Rp 2,74 triliun).
Uang yang beredar dari televisi memang luar biasa, mencapai triliunan rupiah. Memang benar, sepakbola plus televisi adalah uang.
Mengutip Forbes, berikut adalah kontrak hak siar terbesar di sepakbola:
1. Liga Primer Inggris.
2. Piala Dunia (US$ 2,43 miliar/Rp 32,32 triliun).
3. Liga Champions Eropa (US$ 1,27 miliar/Rp 16,89 triliun).
4. Serie A (US$ 1,13 miliar/Rp 15,03 triliun).
5. Piala Eropa (US$ 909 juta/Rp 12,09 triliun).
6. Bundesliga (US$ 790 juta/Rp 10,51 triliun).
7. Ligue 1 (US$ 739 juta/Rp 9,83 triliun).
8. La Liga (US$ 706 juta/Rp 9,39 triliun).
9. Liga Super Turki (US$ 489 juta/Rp 6,5 triliun).
10. Liga Nasional Brasl/Campeonato Brasileiro (US$ 404 juta/Rp 5,37 triliun).
(aji/aji) Next Article Tinggalkan TV, Laga Juventus Tayang di Layanan Streaming
Tengok saja Manchester United (MU). Klub ini dikenal royal berbelanja dalam beberapa tahun terakhir. Musim ini saja, MU sudah menghabiskan 155 juta poundsterling (Rp 286,75 miliar) untuk membeli Victor Lindelof, Nemanja Matic, dan Romelu Lukaku.
Teranyar, Setan Merah tengah merampungkan transfer Alexis Sanchez dari Arsenal dengan biaya yang disebut-sebut sekitar 35 juta poundsterling (Rp 647,5 miliar). Ditambah Sanchez, berarti United telah menghabiskan dana 190 juta poundsterling (Rp 3,51 triliun) di bursa transfer.
Tahun lalu, MU memperoleh dana 194,09 juta poundsterling (Rp 3,59 triliun) dari hak siar televisi (Liga Primer, MUTV, dan lain-lain). Dari hak siar televisi saja anggaran transfer pemain sudah tertutupi.
Sepakbola dan televisi memang pasangan yang saling menguntungkan. Bagi sepakbola, televisi merupakan media utama yang membuat sepakbola mengglobal dan semakin menancapkan kuku sebagai olahraga paling populer di dunia. Sementara bagi televisi, sepakbola adalah siaran yang menjamin banyak penonton sehingga pengiklan pun mengantre.
Dari hak siar, pengelola liga-liga Eropa mendapat pemasukan yang menggiurkan. Pada 2012-2022, Premier League memberikan hak siar kepada Sky Sport dan BT Sport dengan mahar 5,18 miliar poundsterling (Rp 95,83 triliun).
Dari pendapatan hak siar, sebagian besar didistribusikan kembali kepada klub. Skema yang berlaku pada akhir musim 2016/2017 adalah tergantung dari posisi di liga dan jumlah penonton. Plus bonus hak siar ke setiap klub sebesar 84,4 juta poundsterling (Rp 1,56 triliun).
Dengan skema tersebut, Chelsea menjadi klub dengan pemasukan televisi terbesar yaitu 152,8 juta poundsterling (Rp 2,83 triliun). Menyusul Manchester City di peringkat kedua dengan 149 juta poundsterling (Rp 2,76 triliun) meski di posisi The Citizens di liga ada di rangking 3. Sang runner-up, Tottenham Hotspur, justru menempati posisi ketiga di peringkat hak siar dengan pendapatan 148,1 juta poundsterling (Rp 2,74 triliun).
Uang yang beredar dari televisi memang luar biasa, mencapai triliunan rupiah. Memang benar, sepakbola plus televisi adalah uang.
Mengutip Forbes, berikut adalah kontrak hak siar terbesar di sepakbola:
1. Liga Primer Inggris.
2. Piala Dunia (US$ 2,43 miliar/Rp 32,32 triliun).
3. Liga Champions Eropa (US$ 1,27 miliar/Rp 16,89 triliun).
4. Serie A (US$ 1,13 miliar/Rp 15,03 triliun).
5. Piala Eropa (US$ 909 juta/Rp 12,09 triliun).
6. Bundesliga (US$ 790 juta/Rp 10,51 triliun).
7. Ligue 1 (US$ 739 juta/Rp 9,83 triliun).
8. La Liga (US$ 706 juta/Rp 9,39 triliun).
9. Liga Super Turki (US$ 489 juta/Rp 6,5 triliun).
10. Liga Nasional Brasl/Campeonato Brasileiro (US$ 404 juta/Rp 5,37 triliun).
(aji/aji) Next Article Tinggalkan TV, Laga Juventus Tayang di Layanan Streaming
Most Popular