
RI Utarakan Keberatan ke Dubes AS Soal Kebijakan Dagang Trump
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
18 April 2018 22:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita siang tadi menerima kunjungan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph R. Donovan Jr.
Dalam kesempatan itu, Enggar meminta agar RI tidak dimasukkan ke dalam daftar 16 negara yang diselidiki karena mengakibatkan AS defisit dalam neraca perdagangannya.
Selain itu, dia telah mengirimkan surat kepada US Trade Representative (USTR) untuk mengecualikan Indonesia dari pengenaan tarif bea masuk baja sebesar 25% dan aluminium sebesar 10%.
"Jangan hanya melihat 2017 tapi juga 2018. Perdagangan kita meningkat dengan Amerika Serikat salah satunya karena Lion Air menandatangani Nota Kesepahaman pembelian pesawat dengan Boeing. Amerika Serikat juga akan melihat sumber-sumber perdagangan lainnya dari Indonesia dan sebaliknya kita juga demikian," ujar Enggar dalam konferensi pers bersama di kantor Kemendag, Rabu (18/4/2018).
Mendag dan Dubes AS menyepakati lima kata kunci dalam kerjasama ekonomi kedua negara, yakni perdagangan yang bebas dan adil (fair and free trade), saling menguntungkan (reciprocal), terbuka (openness), serta kompetitif (competitiveness).
Kedua pihak juga menyambut US-Indonesia Trade & Investment Framework Agreement (TIFA) yang rencananya akan diadakan di Jakarta pada pertengahan Mei nanti.
Dubes Donovan mengapresiasi perlakuan pemerintah Indonesia terhadap komunitas bisnis AS di tanah air yang menurutnya akan meningkatkan keinginan perusahaan AS lainnya untuk datang berinvestasi.
Terkait perang dagang AS-China, Dubes Donovan menekankan kembali langkah yang ditempuh Presiden Donald Trump sebagai upaya untuk mengoreksi ketimpangan dalam skala besar di dalam neraca perdagangan AS-China yang terjadi terus-menerus.
"Kami sudah mengambil beberapa langkah terkait perdagangan kami dengan China untuk mengoreksi ketimpangan dalam skala besar di perdagangan kami yang terjadi terus-menerus, dan ini ditujukan kepada pihak China. Langkah yang diambil Washington terutama berkaitan dengan isu yang harus ditangani saat ini, seperti transfer teknologi tinggi," terang Donovan kepada CNBC Indonesia.
Adapun Enggar menjelaskan bahwa pemerintah akan senantiasa mengamati setiap perkembangan yang terjadi terkait dengan perang dagang AS-China karena sedikit banyak akan mempengaruhi dinamika ekonomi di kawasan.
Kendati demikian, Enggar yakin bahwa dampak langsung terhadap Indonesia bisa dikatakan minim.
"Kami berdua sepakat bahwa hubungan Indonesia-Amerika cukup panjang sebagai mitra yang sangat strategis dan seyogyanya kita tidak masuk ke dalam daftar 16 negara itu karena mungkin saja dalam satu tahun ke depan ini kita bisa defisit, tapi bisa juga surplus [neraca perdagangan dengan AS]. Jadi kita sepakat penilaian itu dilakukan melihat proyeksi ke depan," jelas Mendag.
(ray/ray) Next Article Indonesia Tetap Terima Fasilitas GSP dari AS, Tapi...
Dalam kesempatan itu, Enggar meminta agar RI tidak dimasukkan ke dalam daftar 16 negara yang diselidiki karena mengakibatkan AS defisit dalam neraca perdagangannya.
Selain itu, dia telah mengirimkan surat kepada US Trade Representative (USTR) untuk mengecualikan Indonesia dari pengenaan tarif bea masuk baja sebesar 25% dan aluminium sebesar 10%.
Mendag dan Dubes AS menyepakati lima kata kunci dalam kerjasama ekonomi kedua negara, yakni perdagangan yang bebas dan adil (fair and free trade), saling menguntungkan (reciprocal), terbuka (openness), serta kompetitif (competitiveness).
Kedua pihak juga menyambut US-Indonesia Trade & Investment Framework Agreement (TIFA) yang rencananya akan diadakan di Jakarta pada pertengahan Mei nanti.
Dubes Donovan mengapresiasi perlakuan pemerintah Indonesia terhadap komunitas bisnis AS di tanah air yang menurutnya akan meningkatkan keinginan perusahaan AS lainnya untuk datang berinvestasi.
Terkait perang dagang AS-China, Dubes Donovan menekankan kembali langkah yang ditempuh Presiden Donald Trump sebagai upaya untuk mengoreksi ketimpangan dalam skala besar di dalam neraca perdagangan AS-China yang terjadi terus-menerus.
"Kami sudah mengambil beberapa langkah terkait perdagangan kami dengan China untuk mengoreksi ketimpangan dalam skala besar di perdagangan kami yang terjadi terus-menerus, dan ini ditujukan kepada pihak China. Langkah yang diambil Washington terutama berkaitan dengan isu yang harus ditangani saat ini, seperti transfer teknologi tinggi," terang Donovan kepada CNBC Indonesia.
Adapun Enggar menjelaskan bahwa pemerintah akan senantiasa mengamati setiap perkembangan yang terjadi terkait dengan perang dagang AS-China karena sedikit banyak akan mempengaruhi dinamika ekonomi di kawasan.
Kendati demikian, Enggar yakin bahwa dampak langsung terhadap Indonesia bisa dikatakan minim.
"Kami berdua sepakat bahwa hubungan Indonesia-Amerika cukup panjang sebagai mitra yang sangat strategis dan seyogyanya kita tidak masuk ke dalam daftar 16 negara itu karena mungkin saja dalam satu tahun ke depan ini kita bisa defisit, tapi bisa juga surplus [neraca perdagangan dengan AS]. Jadi kita sepakat penilaian itu dilakukan melihat proyeksi ke depan," jelas Mendag.
(ray/ray) Next Article Indonesia Tetap Terima Fasilitas GSP dari AS, Tapi...
Most Popular