
Internasional
Dampak Krisis Timur Tengah ke Harga Minyak Dipertanyakan
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
13 April 2018 19:41

Jakarta, CNBC Indonesia- Menurut laporan bulanan terbaru dari Badan Energi Internasional (IEA) yang berbasis di Paris, harga minyak telah melambung tinggi ditengah kecemasan mengenai perang di Timur Tengah, namun belum diketahui apakah ketegangan yang meningkat akan terus mendukung kenaikan harga minyak.
"Ketidakpastian politik di Timur Tengah telah kembali terjadi. Akan diperhatikan apakah kenaikan harga akan terus berlanjut dan jika berlanjut akan dicari tahu apa implikasinya bagi permintaan pasar dan dinamika pasokan," ujar IEA dalam laporan yang dipublikasikan pada hari Jumat, dilansir dari CNBC International.
Kontrak berjangka minyak mentah mencapai harga tertinggi baru sejak Desember 2014 pada hari Rabu, didukung oleh ketidakpastian geopolitik yang lebih besar di Timur Tengah dan kekhawatiran yang meningkat atas prospek tindakan militer dari negara-negara Barat.
Selepas itu, harga minyak berangsur-angsur turun, walaupun WTI dan Brent masih bisa mencatatkan penguatan mingguan tertinggi dalam lebih dari delapan bulan pada hari Jumat.
Minyak brent diperdagangkan di harga US$71,89 di sesi perdagangan pagi pada hari Jumat, turun sekitar 0,2%, sementara WTI diperdagangkan di US$66,96, turun sekitar 0,15%. Harga kedua patokan minyak dunia menguat sekitar US$5 sejak awal perdagangan pekan ini.
Kenaikan harga yang tipis terjadi setelah presiden Donald Trump menyampaikan komentarnya pada hari Rabu. Presiden AS tersebut memposting di twitternya, mengatakan misil 'akan datang' sebagai respon atas serangan gas beracun yang mematikan di Suriah pekan ini.
Para pemimpin dunia terus membuat tindakan militer di Suriah. Meskipun Suriah bukanlah negara produsen minyak besar, apalagi setelah tujuh tahun lebih dilanda perang sipil, namun kedua aliansinya, Rusia dan Iran, merupakan negara produsen minyak global yang besar.
"Fakta utamanya di Suriah, dan di Yaman, anda memiliki potensi campuran yang sangat berbahaya. Jelas sekali traders menjadi gugup mengenai gangguan potensial terhadap pasokan dan hal tersebut membantu menaikkan harga kembali melebihi US$70 per barel untuk minyak Brent," ujar Neil Atkinson, kepala divisi industri minyak dan pasar di IEA, dalam acara 'Street Signs' CNBC pada hari jumat.
Proyeksi IEA untuk permintaan minyak tahun ini tetap sebesar 99,3 juta barel per harinya (bpd) pada hari Jumat. Pasokan juga diperkirakan tetap, dimana mereka memproyeksikan pertumbuhan produksi negara-negara non-OPEC mencapai 1,8 juta bpd pada tahun 2018.
(gus/gus) Next Article Harga Minyak Dunia Terbantu Pelemahan Dolar AS
"Ketidakpastian politik di Timur Tengah telah kembali terjadi. Akan diperhatikan apakah kenaikan harga akan terus berlanjut dan jika berlanjut akan dicari tahu apa implikasinya bagi permintaan pasar dan dinamika pasokan," ujar IEA dalam laporan yang dipublikasikan pada hari Jumat, dilansir dari CNBC International.
Selepas itu, harga minyak berangsur-angsur turun, walaupun WTI dan Brent masih bisa mencatatkan penguatan mingguan tertinggi dalam lebih dari delapan bulan pada hari Jumat.
Minyak brent diperdagangkan di harga US$71,89 di sesi perdagangan pagi pada hari Jumat, turun sekitar 0,2%, sementara WTI diperdagangkan di US$66,96, turun sekitar 0,15%. Harga kedua patokan minyak dunia menguat sekitar US$5 sejak awal perdagangan pekan ini.
Kenaikan harga yang tipis terjadi setelah presiden Donald Trump menyampaikan komentarnya pada hari Rabu. Presiden AS tersebut memposting di twitternya, mengatakan misil 'akan datang' sebagai respon atas serangan gas beracun yang mematikan di Suriah pekan ini.
Para pemimpin dunia terus membuat tindakan militer di Suriah. Meskipun Suriah bukanlah negara produsen minyak besar, apalagi setelah tujuh tahun lebih dilanda perang sipil, namun kedua aliansinya, Rusia dan Iran, merupakan negara produsen minyak global yang besar.
"Fakta utamanya di Suriah, dan di Yaman, anda memiliki potensi campuran yang sangat berbahaya. Jelas sekali traders menjadi gugup mengenai gangguan potensial terhadap pasokan dan hal tersebut membantu menaikkan harga kembali melebihi US$70 per barel untuk minyak Brent," ujar Neil Atkinson, kepala divisi industri minyak dan pasar di IEA, dalam acara 'Street Signs' CNBC pada hari jumat.
Proyeksi IEA untuk permintaan minyak tahun ini tetap sebesar 99,3 juta barel per harinya (bpd) pada hari Jumat. Pasokan juga diperkirakan tetap, dimana mereka memproyeksikan pertumbuhan produksi negara-negara non-OPEC mencapai 1,8 juta bpd pada tahun 2018.
(gus/gus) Next Article Harga Minyak Dunia Terbantu Pelemahan Dolar AS
Most Popular