
Bara Suriah Mendingin, Harga Minyak Melandai
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
13 April 2018 10:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak bergerak stabil pada penutupan perdagangan kemarin yang disokong penurunan cadangan minyak global. Selain itu, tensi perang dagang Suriah mereda membuat investor berspekulasi di dolar Amerika Serikat (AS) dan manahan penguatan harga minyak.
Pada penutupan perdagangan kemarin, harga minyak Brent kontrak pengiriman Juni 2018 turun tipis 0,05% ke US$72,02/barel. Sebaliknya, light sweet kontrak pengiriman Mei 2018 mampu ditutup menguat 0,37% ke US$67,07/barel. Dengan catatan itu, light sweet masih konsisten bertengger di level tertingginya tahun ini.
Kemarin Presiden AS Donald Trump menyampaikan klarifikasinya terhadap kemungkinan serangan misil ke Suriah. Melalui akun twitter pribadinya, mantan taipan properti di AS itu menegaskan bahwa jadwal pengiriman rudal ke Suriah masih belum dapat dipastikan. Bahkan dia membuka kemungkinan untuk tidak melakukan operasi bersenjata.
"Tidak pernah mengatakan kapan serangan ke Suriah akan dilakukan. Bisa saja dalam waktu dekat atau tidak! Apapun itu, Amerika Serikat, di bawah pemerintahan saya, telah melakukan pekerjaan hebat dalam membersihkan wilayah ISIS. Dimana ucapan "Terima kasih Amerika"? " ciut Trump kemarin di akun Twitter-nya.
Sebagai tambahan, Trump mengadakan pertemuan dengan tim pertahanan dan keamanan kemarin. Menurut Gedung Putih, pertemuan tersebut belum menghasilkan keputusan mengenai Suriah.
"Belum ada keputusan final. Kami akan melakukan penilaian dan berdiskusi dengan para sekutu," sebut pernyataan resmi Gedung Putih.
Perkembangan saat ini, di mana opsi militer belum benar-benar jelas, membantu pelaku pasar untuk menarik nafas. Risk appetite investor pun pulih, dan mulai melirik aset-aset berisiko. Indeks dolar AS, yang mengukur posisi mata uang Negeri Paman Sam terhadap 6 mata uang utama dunia, lantas bergerak menguat 0,2% kemarin.
Hal ini kemudian mampu menekan harga minyak. Seperti diketahui, komoditas si emas hitam diperdagangkan dengan mata uang dolar AS, sehingga penguatan dolar AS akan membuat harga minyak relatif lebih mahal.
Terlebih, US Energy Information Administration (EIA) melaporkan bahwa cadangan minyak AS meningkat sebesar 3,3 juta barel dalam sepekan hingga tanggal 6 April. Capaian itu jauh melampaui ekspektasi analis yang memprediksi penurunan sebesar 189.000 barel. Selain itu, produksi minyak mentah mingguan AS juga kembali mencetak rekor baru sebesar 10,53 juta barel/hari pada pekan lalu.
Di sisi positifnya, surplus pasokan minyak semakin tipis akibat tingginya permintaan dan pemotongan produksi. Dengan produksi di anggota Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) yang terus dikurangi, maka dunia harus bergantung kepada cadangan untuk memenuhi pertumbuhan permintaan.
Pada laporan bulanannya, OPEC menyampaikan cadangan minyak di negara-negara maju pada Februari 2018 turun 17,4 juta barel dari bulan sebelumnya menjadi 2,85 miliar barel. Sentimen ini lantas bisa menjaga harga minyak tetap tinggi.
Hingga pukul 09.34 WIB pagi ini, harga minyak relatif masih bergerak stabil cenderung melandai, dimana brent masih tercatat belum menunjukkan perubahan di level US$72,02, sementara light sweet terkoreksi 0,33% ke US$66,85/barel.
(hps) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset
Pada penutupan perdagangan kemarin, harga minyak Brent kontrak pengiriman Juni 2018 turun tipis 0,05% ke US$72,02/barel. Sebaliknya, light sweet kontrak pengiriman Mei 2018 mampu ditutup menguat 0,37% ke US$67,07/barel. Dengan catatan itu, light sweet masih konsisten bertengger di level tertingginya tahun ini.
![]() |
"Tidak pernah mengatakan kapan serangan ke Suriah akan dilakukan. Bisa saja dalam waktu dekat atau tidak! Apapun itu, Amerika Serikat, di bawah pemerintahan saya, telah melakukan pekerjaan hebat dalam membersihkan wilayah ISIS. Dimana ucapan "Terima kasih Amerika"? " ciut Trump kemarin di akun Twitter-nya.
Sebagai tambahan, Trump mengadakan pertemuan dengan tim pertahanan dan keamanan kemarin. Menurut Gedung Putih, pertemuan tersebut belum menghasilkan keputusan mengenai Suriah.
"Belum ada keputusan final. Kami akan melakukan penilaian dan berdiskusi dengan para sekutu," sebut pernyataan resmi Gedung Putih.
Perkembangan saat ini, di mana opsi militer belum benar-benar jelas, membantu pelaku pasar untuk menarik nafas. Risk appetite investor pun pulih, dan mulai melirik aset-aset berisiko. Indeks dolar AS, yang mengukur posisi mata uang Negeri Paman Sam terhadap 6 mata uang utama dunia, lantas bergerak menguat 0,2% kemarin.
Hal ini kemudian mampu menekan harga minyak. Seperti diketahui, komoditas si emas hitam diperdagangkan dengan mata uang dolar AS, sehingga penguatan dolar AS akan membuat harga minyak relatif lebih mahal.
Terlebih, US Energy Information Administration (EIA) melaporkan bahwa cadangan minyak AS meningkat sebesar 3,3 juta barel dalam sepekan hingga tanggal 6 April. Capaian itu jauh melampaui ekspektasi analis yang memprediksi penurunan sebesar 189.000 barel. Selain itu, produksi minyak mentah mingguan AS juga kembali mencetak rekor baru sebesar 10,53 juta barel/hari pada pekan lalu.
Di sisi positifnya, surplus pasokan minyak semakin tipis akibat tingginya permintaan dan pemotongan produksi. Dengan produksi di anggota Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) yang terus dikurangi, maka dunia harus bergantung kepada cadangan untuk memenuhi pertumbuhan permintaan.
Pada laporan bulanannya, OPEC menyampaikan cadangan minyak di negara-negara maju pada Februari 2018 turun 17,4 juta barel dari bulan sebelumnya menjadi 2,85 miliar barel. Sentimen ini lantas bisa menjaga harga minyak tetap tinggi.
Hingga pukul 09.34 WIB pagi ini, harga minyak relatif masih bergerak stabil cenderung melandai, dimana brent masih tercatat belum menunjukkan perubahan di level US$72,02, sementara light sweet terkoreksi 0,33% ke US$66,85/barel.
(hps) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset
Most Popular