
Industri Sawit Kembali Mendapat Hantaman, Kini dari Inggris
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
11 April 2018 20:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Supermarket asal Inggris, Iceland, berhenti memakai minyak kelapa sawit sebagai bahan baku di produk makanan produksinya pada akhir tahun ini.
(ray/ray) Next Article Berlumur Minyak CPO, Potret Pekerja Penguras Kapal di Priok
Perusahaan khusus makanan beku itu pada hari Selasa mengatakan telah berhenti menggunakan minyak kelapa sawit di setengah dari total produk berlabel miliknya sendiri.
Hingga akhir tahun, seluruh produk Iceland berjumlah 130 produk ditargetkan tidak lagi menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku. Saat ini, Iceland sudah merilis 100 produk baru tanpa minyak sawit.
Hal ini mungkin saja berdampak pada industri sawit di Indonesia, karena RI merupakan salah satu produsen terbesar minyak sawit di dunia.
Adapun kampanye negatif terhadap sawit juga diserukan lembaga pemerhati lingkungan Greenpeace yang berulang kali menyerukan bahwa hutan hujan tropis dan lahan gambut di Asia Tenggara telah banyak dirusak dan digunakan sebagai lahan pertanian kelapa sawit. Fakta yang menyedihkan ini merupakan bencana bagi keanekaragaman hayati dan komunitas-komunitas lokal.
Dilansir dari CNBC International, Rabu (11/4/2018), Iceland mengatakan telah membuat keputusan yang 'etis' untuk berhenti menggunakan minyak kelapa sawit untuk mendemonstrasikan kepada industri makanan bahwa mengurangi permintaan minyak kelapa sawit merupakan hal yang memungkinkan "sembari mencari solusi yang tidak menghancurkan hutan hujan dunia."
Janji Iceland untuk mengurangi minyak kelapa sawit di buat setelah pada bulan Januari sebelumnya supermarket tersebut berjanji akan menghentikan penggunaan bungkus plastik di produknya pada tahun 2023.
"Sejak Iceland dapat menjamin bahwa penggunaan minyak kelapa sawit menyebabkan hancurnya hutan hujan, maka kami akan mengatakan tidak pada penggunaan minyak kelapa sawit. Kami tidak yakin ada sesuatu yang dapat menjamin 'keberlanjutan' tersedianya minyak kelapa sawit di pasar luas, sehingga kami membiarkan konsumen memilih untuk menolak penggunaan minyak kelapa sawit untuk pertama kalinya," kata Richard Walker, Managing Director Supermarket Iceland.
John Sauven, Direktur Eksekutif Greenpeace Inggris, menyambut baik keputusan Iceland. "Karena suhu global meningkat akibat pembakaran hutan dan populasi spesies yang terancam punah terus berkurang, jadi perusahaan-perusahaan yang memakai komoditas pertanian seperti minyak kelapa sawit akan terus di paksa untuk memutuskan rantai pasokannya. Banyak perusahaan konsumen besar dunia telah berjanji untuk tidak lagi menggunduli hutan pada tahun 2020," ujarnya.
Hingga akhir tahun, seluruh produk Iceland berjumlah 130 produk ditargetkan tidak lagi menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku. Saat ini, Iceland sudah merilis 100 produk baru tanpa minyak sawit.
Adapun kampanye negatif terhadap sawit juga diserukan lembaga pemerhati lingkungan Greenpeace yang berulang kali menyerukan bahwa hutan hujan tropis dan lahan gambut di Asia Tenggara telah banyak dirusak dan digunakan sebagai lahan pertanian kelapa sawit. Fakta yang menyedihkan ini merupakan bencana bagi keanekaragaman hayati dan komunitas-komunitas lokal.
Janji Iceland untuk mengurangi minyak kelapa sawit di buat setelah pada bulan Januari sebelumnya supermarket tersebut berjanji akan menghentikan penggunaan bungkus plastik di produknya pada tahun 2023.
"Sejak Iceland dapat menjamin bahwa penggunaan minyak kelapa sawit menyebabkan hancurnya hutan hujan, maka kami akan mengatakan tidak pada penggunaan minyak kelapa sawit. Kami tidak yakin ada sesuatu yang dapat menjamin 'keberlanjutan' tersedianya minyak kelapa sawit di pasar luas, sehingga kami membiarkan konsumen memilih untuk menolak penggunaan minyak kelapa sawit untuk pertama kalinya," kata Richard Walker, Managing Director Supermarket Iceland.
John Sauven, Direktur Eksekutif Greenpeace Inggris, menyambut baik keputusan Iceland. "Karena suhu global meningkat akibat pembakaran hutan dan populasi spesies yang terancam punah terus berkurang, jadi perusahaan-perusahaan yang memakai komoditas pertanian seperti minyak kelapa sawit akan terus di paksa untuk memutuskan rantai pasokannya. Banyak perusahaan konsumen besar dunia telah berjanji untuk tidak lagi menggunduli hutan pada tahun 2020," ujarnya.
(ray/ray) Next Article Berlumur Minyak CPO, Potret Pekerja Penguras Kapal di Priok
Most Popular