Polemik Blok East Kalimantan, Apakah Masih Menguntungkan?

Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
04 April 2018 16:55
Dirjen Migas ESDM Djoko Siswanto menjelaskan kepada Komisi VII DPR RI penggabungan pengelolaan Blok East Kalimantan dan Blok Attaka bertujuan untuk efisiensi.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia- Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto menjelaskan kepada Komisi VII DPR RI penggabungan pengelolaan Blok East Kalimantan dan Blok Attaka bertujuan untuk pengelolaan yang lebih efisien.

Hal itu untuk menjawab pertanyaan Anggota DPR Kardaya Warnika yang menilai pemberian Blok East Kalimantan ke PT Pertamina (Persero) seolah-olah dipaksakan pemerintah, padahal blok tersebut dia anggap sudah tidak menguntungkan.



Namun, Pertamina Hulu Mahakam (PHM) menjawab lain. "Pertamina melihat secara keseluruhan ini [Blok Eastkal] aset yang masih penting, sinergis dengan blok lain di Kaltim," ujar Direktur PHM Ida Yusmiati di Gedung DPR, Kamis (4/3/2018).

Dia mengatakan pengelolaan blok lain di wilayah Kalimantan Timur seperti Blok Mahakam dan Sanga-sanga yang tergolong besar, dapat menciptakan sinergi bila diimbangi dengan efisiensi oleh perusahaan.

Chevron pun ditanya DPR, terkait alasan meninggalkan Blok Eastkal. Managing Director Chevron IndoAsia Business Unit Chuck Taylor memastikan gross split bukan sebagai alasan kepergian Chevron. Namun, dia menilai aset di blok tersebut semakin tua diiringi dengan investasi yang semakin rendah, serta tidak dibutuhkan lagi teknologi yang sifatnya sulit seperti milik Chevron.

Jawaban tersebut diartikan Kardaya bahwa Chevron menilai Blok Eastkal sudah tidak ekonomis. Menurut dia juga, Chevron lebih tertarik dengan PSC cost recovery, bukan gross split.

"Sebelum kita hancur tolong kalau gross split ya gross split-lah, tapi gross split yang benar. Ini gross split tapi di tengah jalan diganti-ganti lagi, membingungkan," kata Kardaya.

Djoko pun bercerita, keputusan Pertamina untuk memilih bersedia mengelola Blok Eastkal sesungguhnya datang dari Pertamina sendiri. Hal itu merupakan keputusan yang diambil setelah Menteri ESDM Ignasius Jonan memberi pilihan ke Pertamina.

"Waktu itu Menteri ESDM menawarkan dua pilihan, pertama mengambil seluruhnya, kedua boleh memilih tapi juga akan dihitung untung rugi setiap blok berapa. Jawaban Pertamina setelah memperhatikan keseluruhan adalah pilihan pertama," jelas Djoko.
(gus/gus) Next Article Alasan Chevron Enggan Perpanjang Investasi di Blok East-Kal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular