Konsumsi Premium Turun 50%, Pengusaha Lebih Pilih Pertalite

Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
02 April 2018 14:10
BPH Migas menyebut realisasi penyaluran bensin jenis premium selama Januari-Maret 2018 turun hingga 50% dibanding periode serupa tahun lalu.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia- Data Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) menyebut realisasi penyaluran bensin jenis premium selama Januari-Maret 2018 turun hingga 50% dibanding periode serupa tahun lalu.

Data mencatat konsumsi premium untuk wilayah Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) hanya sebenyak 774 ribu KL, jauh dibanding Januari-Maret 2017 yang menyentuh 1,54 juta KL.



Menurut Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Eri Purnomohadi penurunan realisasi penyaluran premium tak bisa dihindari, selain karena konsumen mulai beralih ke bensin beroktan lebih tinggi yakni RON 90 seperti Pertalite, juga karena pengusaha SPBU lebih memilih untuk menyediakan Pertalite CS.

"Dari sisi pengusaha SPBU lebih tertarik Pertalite karena marjinnya lebih tinggi. Belum lagi untuk sediakan premium itu lebih kompleks karena diaudit oleh BPKP, banyak laporan, dan lainnya. Lebih nyaman jualan Pertalite," kata Eri ketika dihubungi CNBC Indonesia, Senin (2/4/2018).

Dari sisi marjin, menyediakan premium hanya mendapat Rp 230- 277 per liter, sementara Pertalite mendapat Rp 335-380 per liter. Lagipula, lanjut Eri, di Jakarta atau Jawa-Bali sebenarnya tidak wajib menyediakan premium karena sudah tidak termasuk BBM bersubsidi.

Turunnya konsumsi atau realisasi premium ini juga kabar baik bagi pengusaha karena dari sisi infrastruktur pemerintah sudah meminta para pengusaha merombak pom bensinnya untuk menampung bensin oktan tinggi. "Itu sudah sejak 6 tahun lalu. Kami harus investasi tangki, mesin pompa, nozel tapi belum menutupi selama ini. Kalau ada margin yang tinggi, ini insentif menarik untuk pengusaha."
(gus/gus) Next Article Hanya Jokowi yang Bisa Binasakan 'Bensin Kotor' Premium

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular