
Penyaluran Turun 50%, Hati-Hati Bensin Premium Langka
Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
02 April 2018 19:12

Jakarta, CNBC Indonesia- Realisasi penyaluran bensin premium di Jawa-Bali hingga Maret 2018 diketahui turun 50% dibanding konsumsi di periode serupa tahun lalu.
Kabar ini bisa jadi baik dan buruk tergantung dari sisi mana melihatnya. Pakar kebijakan energi dari Universitas Gajah Mada Fahmi Radhy mengatakan dilihat dari sisi harga bensin, dengan naiknya harga pertalite dua pekan lalu selisih harga antara premium dan pertalite semakin besar, yakni mencapai Rp 1.200-Rp 1.250 per liter.
"Konsumsi premium sudah turun, tapi kalau pertalite naik dan selisihnya makin besar konsumen bisa balik lagi ke premium," kata Fahmi ketika dihubungi CNBC Indonesia.
Pertamina, kata dia, selaku penyedia bensin harus waspada dan antisipasi untuk perpindahan konsumsi ini dan mengalokasikan premium dengan kuota yang cukup. "Karena kalau tidak bisa terjadi kelangkaan," kata dia.
Sementara itu, pakar energi Reforminer Institute Pri Agung mengatakan mulai menurunnya realisasi penyaluran BBM premium memang pertanda untuk meniadakan bensin ini. "Tetapi penghapusan premium harus melalui mekanisme UU APBN juga, karena sudah diamanatkan di situ ada subsidinya," kata dia.
Sebenarnya, ia melanjutkan, bisa saja dibiarkan secara natural atau alami untuk tidak lagi memasok premium yang disebut-sebut menjadi beban Pertamina ini. Misalnya premium tidak lagi disubsidi dan selisih harganya semakin tipis dengan pertalite.
"Lama-lama orang akan beralih ke pertalite dengan sendirinya atau jenis lain yang kualitasnya lebih baik."
(gus/gus) Next Article Realisasi Penyaluran Bensin Premium Turun 50%
Kabar ini bisa jadi baik dan buruk tergantung dari sisi mana melihatnya. Pakar kebijakan energi dari Universitas Gajah Mada Fahmi Radhy mengatakan dilihat dari sisi harga bensin, dengan naiknya harga pertalite dua pekan lalu selisih harga antara premium dan pertalite semakin besar, yakni mencapai Rp 1.200-Rp 1.250 per liter.
Pertamina, kata dia, selaku penyedia bensin harus waspada dan antisipasi untuk perpindahan konsumsi ini dan mengalokasikan premium dengan kuota yang cukup. "Karena kalau tidak bisa terjadi kelangkaan," kata dia.
Sementara itu, pakar energi Reforminer Institute Pri Agung mengatakan mulai menurunnya realisasi penyaluran BBM premium memang pertanda untuk meniadakan bensin ini. "Tetapi penghapusan premium harus melalui mekanisme UU APBN juga, karena sudah diamanatkan di situ ada subsidinya," kata dia.
Sebenarnya, ia melanjutkan, bisa saja dibiarkan secara natural atau alami untuk tidak lagi memasok premium yang disebut-sebut menjadi beban Pertamina ini. Misalnya premium tidak lagi disubsidi dan selisih harganya semakin tipis dengan pertalite.
"Lama-lama orang akan beralih ke pertalite dengan sendirinya atau jenis lain yang kualitasnya lebih baik."
(gus/gus) Next Article Realisasi Penyaluran Bensin Premium Turun 50%
Most Popular