Menko Darmin : Tak Usah Pusingkan Perang Dagang AS Vs China

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
23 March 2018 14:25
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengaku tidak ada yang perlu dipusingkan dari perang dagang antara dua negara dengan ekonomi terbesar Amerika Serikat (AS) dan China. Dampak ke Indonesia sendiri, menurut Darmin tidak serta merta berefek negatif secara langsung.

"Kenapa jadi pusing? Biar saja. Itu kan lanjutan dari kebijakan yang lalu," kata Darmin, saat ditemui di kantornya, Jumat (23/3/2018).

Menurut Darmin, perang dagang antara kedua negara itu memang berpotensi memberikan pengaruh bagi Indonesia secara tidak langsung. Sebab, beberapa barang yang biasanya di-impor AS, kemungkinan beralih ke Indonesia.

Meskipun ada potensi dampak buruk dari perang dagang, mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) itu memandang, masih ada dampak positif yang bisa dirasakan Indonesia. Darmin pun menjelaskan untung rugi dari perang dagang.

"Ada [dampaknya] tapi tidak langsung. Itu tapi bisa ada positifnya, ada negatifnya. Positinya, kalau barang yang tidak boleh dijual ke sana [AS], dibawa kesini dengan harga lebih rendah ya konsumen kita dapat dampak positif," jelasnya.

"Tetapi pengusaha yang punya barang yang sama, punya persaingan ketat. [...] Pasti ada imbasnya. Tapi yang pertama mengalami dampaknya, mereka berdua. Mereka yang harus ambil langkah," tambah Darmin.

Terlepas dari itu, Darmin menegaskan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan atas perang dagang yang melibatkan kedua negara tersebut. Sebab, dampak ke Indonesia hanya terasa secara tidak langsung.

Sementara, Direktur Perencanaan Makro dan Analisis Statistik Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan pemerintah Indonesia masih mencermati perkembangan dunia sebelum mengeluarkan kebijakan untuk mengantisipasi dampak dari perang dagang tersebut.

"Kami akan monitor dulu, apakah ada upaya retaliasi lagi dari negara lain. Kami akan melihat secara intensif konstelasi global, supaya kita bisa melakukan upaya antisipatif," katanya kepada CNBC Indonesia.

Amalia tak memungkiri, perang dagang antara AS dan China merupakan kabar buruk bagi pemulihan ekonomi dunia yang sedang berlangsung. Apalagi, masih ada risiko retaliasi dari sebagian negara yang menolak kebijakan perdagangan AS.

"Secara gambaran besar, ini tidak bagus bagi ekonomi global. Perdagangan akan tertekan, jadi engine of growth dunia tidak akan maksimal karena akan saling retaliasi," jelasnya.

Menurut dia, perang dagang antara kedua negara tersebut tidak akan secara langsung berdampak terhadap Indonesia. Namun secara tidak langsung, bukan tidak mungkin perang ini bisa berdampak terhadap sendi perekonomian.

"Karena [perang dagang] bisa memicu terjadinya peralihan. Ini yang akan kami antisipasi," ungkapnya.

Dalam kesempatan berbeda, Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Adrianto mengaku masih perlu mempelajari dampak dari perang dagang tersebut, khususnya terhadap perekonomian nasional.

"Kami melihat pasar saham AS rontok dan banyak beralih ke bond. Saya belum melihat dampak ke perdagangan, tapi kami masih pelajari," jelasnya.
(dru) Next Article Durian Runtuh Perang Dagang: Vietnam Untung, RI Buntung

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular