
Pertamina Kelola Distribusi BBN
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
20 March 2018 20:40

Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah berencana untuk menyerahkan pengelolaan pemakaian campuran bahan bakar nabati (BBN) ke PT Pertamina (Persero). Hal itu dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengejar target pencampuran biodiesel 20 persen (B20) pada tahun ini.
Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Rida Mulyana menyebut dengan skema itu, nantinya Pertamina akan membeli dengan harga pasar kepada produsen. Lalu, Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit akan mengganti selisih harga sekitar Rp 3.000 antara solar dan biodiesel itu kepada Pertamina.
Rida menyebut, tahun ini pihaknya diminta mengejar penggunaan B20 hingga 3,5 juta KL. Namun hingga saat ini dia memperkirakan penyerapan sepanjang tahun baru mencapai 3,35 juta KL.
"Sekarang kita sedang kejar target 3,5 juta KL tahun ini, awalnya kan 2,5 juta per tahun, namun saat ini kami baru pegang 3,35 juta KL dengan asumsi pertambangan pakai B10, dan PT KAI pakai B5," kata Rida.
Atas jumlah tambahan sebesar 400.000 KL tersebut, sekitar 90% adalah untuk sektor pertambangan. Rida sendiri mengaku masih menunggu hasil uji tes pengggunaan B10 di kereta api selama 6 bulan terhitung sejak Januari lalu. Sambil menunggu hasilnya, saat ini B5 digunakan di kereta api.
Selisih harga antara solar dan B20 sebesar Rp 3.000 per liter, dijelaskan Rida, akan diganti oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit yang bersumber dari para anggota sendiri. Maka dari itu, bila Pertamina mengelola distribusi B20, perusahaan plat merah itu dipastikan membeli dengan harga tersebut.
(gus/gus) Next Article Asosiasi Targetkan Produksi Biodiesel 3,5 Juta Kiloliter
Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Rida Mulyana menyebut dengan skema itu, nantinya Pertamina akan membeli dengan harga pasar kepada produsen. Lalu, Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit akan mengganti selisih harga sekitar Rp 3.000 antara solar dan biodiesel itu kepada Pertamina.
"Sekarang kita sedang kejar target 3,5 juta KL tahun ini, awalnya kan 2,5 juta per tahun, namun saat ini kami baru pegang 3,35 juta KL dengan asumsi pertambangan pakai B10, dan PT KAI pakai B5," kata Rida.
Atas jumlah tambahan sebesar 400.000 KL tersebut, sekitar 90% adalah untuk sektor pertambangan. Rida sendiri mengaku masih menunggu hasil uji tes pengggunaan B10 di kereta api selama 6 bulan terhitung sejak Januari lalu. Sambil menunggu hasilnya, saat ini B5 digunakan di kereta api.
Selisih harga antara solar dan B20 sebesar Rp 3.000 per liter, dijelaskan Rida, akan diganti oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit yang bersumber dari para anggota sendiri. Maka dari itu, bila Pertamina mengelola distribusi B20, perusahaan plat merah itu dipastikan membeli dengan harga tersebut.
(gus/gus) Next Article Asosiasi Targetkan Produksi Biodiesel 3,5 Juta Kiloliter
Most Popular