
Kementerian Pertanian Siap Hentikan Impor Kedelai dari AS
Exist In Exist, CNBC Indonesia
08 March 2018 18:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Pertanian mengatakan Indonesia siap hentikan impor kedelai dari Amerika Serikat (AS) apabila perang dagang yang dipicu kebijakan protektif AS meluas ke komoditas pertanian.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriandi mengatakan pihaknya tengah mempersiapkan program swasembada kedelai untuk tiga tahun ke depan.
"Ya tidak apa-apa. Kalau mereka mau memperketat [kebijakan] perdagangan mereka, kita juga bisa kok memperketat. Kita punya program tiga tahun ke depan kita sudah swasembada kedelai, kedelai kita butuhnya tidak banyak kok cuma dua juta ton per tahun, makanya tidak sulit," ujarnya di Jakarta Convention Center, Kamis (8/3/2018).
Agung menjelaskan saat ini masih ada empat juta hektar lahan yang dapat disiapkan menjadi lahan kedelai untuk memenuhi kekurangan produksi.
"Dalam waktu dekat kita akan kembangkan lahan kedelai kita, kita masih punya lahan tidur sekitar empat juta hektar. Saya yakin dua tahun ke depan bisa kita wujudkan, 2020 ya," kata dia.
Sementara itu, lanjutnya, sebelum swasembada kedelai tersebut bisa terwujud, kebutuhan kedelai dalam dua tahun ini masih dapat dipenuhi melalui impor dari negara lain, seperti Filipina dan Malaysia.
"Impor kedelai sekarang memang kita paling banyak sekarang dari Argentina, Chile, Brazil, paling besar dari Amerika Latin. Kita mencoba dari yang lain, Filipina, Malaysia. Sudahlah banyak penggantinya," jelasnya.
Berdasarkan data UN Comtrade Database yang dikutip Tim Riset CNBC Indonesia, komoditas dari AS yang paling banyak diimpor oleh Indonesia tahun 2016 memang minyak kedelai (kode SITC 2222), dengan nilai impor mencapai US$947,23 juta.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) tegaskan Indonesia dapat saja tidak lagi mengimpor beberapa komoditas dari AS bila negara itu memperluas halangan perdagangannya dari baja dan aluminium ke produk lain yang diekspor Indonesia.
"Selama ini kita kan tidak mengekspor baja dan aluminium [ke AS]. Tapi kalau hal itu diperluas, katakanlah ke sawit, ya kita harus bereaksi," ujar JK di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian hari Kamis (8/3/2018).
Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Negeri Paman Sam tercatat senilai US$938,75 juta sepanjang tahun 2017, atau sekitar 4%-5% dari total nilai ekspor minyak kelapa sawit Indonesia.
"Kita sebaliknya kan impor kedelai, ya kita pindahkan impor kedelai dari sana. Kita impor kedelai, jagung, [pesawat] Boeing, gandum. Pesawat saja berapa itu nilainya?" tambah JK.
Pekan lalu, Presiden As Donald Trump mengatakan akan mengumumkan aturan baru mengenai pengenaan bea masuk 25% untuk impor baja dan 10% untuk aluminium.
Gedung Putih menyatakan Trump akan menandatangani aturan tersebut akhir pekan ini dan seorang pejabat yang dikutip Reuters memperkirakan bea impor itu akan bisa mulai diberlakukan dua minggu setelah peraturan itu disahkan.
(prm/prm) Next Article Pemerintah akan Ekspor Beras 100 Ribu Ton
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriandi mengatakan pihaknya tengah mempersiapkan program swasembada kedelai untuk tiga tahun ke depan.
"Ya tidak apa-apa. Kalau mereka mau memperketat [kebijakan] perdagangan mereka, kita juga bisa kok memperketat. Kita punya program tiga tahun ke depan kita sudah swasembada kedelai, kedelai kita butuhnya tidak banyak kok cuma dua juta ton per tahun, makanya tidak sulit," ujarnya di Jakarta Convention Center, Kamis (8/3/2018).
"Dalam waktu dekat kita akan kembangkan lahan kedelai kita, kita masih punya lahan tidur sekitar empat juta hektar. Saya yakin dua tahun ke depan bisa kita wujudkan, 2020 ya," kata dia.
Sementara itu, lanjutnya, sebelum swasembada kedelai tersebut bisa terwujud, kebutuhan kedelai dalam dua tahun ini masih dapat dipenuhi melalui impor dari negara lain, seperti Filipina dan Malaysia.
"Impor kedelai sekarang memang kita paling banyak sekarang dari Argentina, Chile, Brazil, paling besar dari Amerika Latin. Kita mencoba dari yang lain, Filipina, Malaysia. Sudahlah banyak penggantinya," jelasnya.
Berdasarkan data UN Comtrade Database yang dikutip Tim Riset CNBC Indonesia, komoditas dari AS yang paling banyak diimpor oleh Indonesia tahun 2016 memang minyak kedelai (kode SITC 2222), dengan nilai impor mencapai US$947,23 juta.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) tegaskan Indonesia dapat saja tidak lagi mengimpor beberapa komoditas dari AS bila negara itu memperluas halangan perdagangannya dari baja dan aluminium ke produk lain yang diekspor Indonesia.
"Selama ini kita kan tidak mengekspor baja dan aluminium [ke AS]. Tapi kalau hal itu diperluas, katakanlah ke sawit, ya kita harus bereaksi," ujar JK di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian hari Kamis (8/3/2018).
Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Negeri Paman Sam tercatat senilai US$938,75 juta sepanjang tahun 2017, atau sekitar 4%-5% dari total nilai ekspor minyak kelapa sawit Indonesia.
"Kita sebaliknya kan impor kedelai, ya kita pindahkan impor kedelai dari sana. Kita impor kedelai, jagung, [pesawat] Boeing, gandum. Pesawat saja berapa itu nilainya?" tambah JK.
Pekan lalu, Presiden As Donald Trump mengatakan akan mengumumkan aturan baru mengenai pengenaan bea masuk 25% untuk impor baja dan 10% untuk aluminium.
Gedung Putih menyatakan Trump akan menandatangani aturan tersebut akhir pekan ini dan seorang pejabat yang dikutip Reuters memperkirakan bea impor itu akan bisa mulai diberlakukan dua minggu setelah peraturan itu disahkan.
(prm/prm) Next Article Pemerintah akan Ekspor Beras 100 Ribu Ton
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular