Membandingkan Bandara Soekarno-Hatta dan Changi

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
08 March 2018 18:02
Bandara Changi di Singapura menggeser Soekarno-Hatta dalam daftar 50 bandara paling terkoneksi secara internasional.
Foto: Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang akhir tahun lalu, perusahaan penyedia informasi penerbangan dunia asal Inggris, OAG, merilis laporan Megahubs Index Report 2017, yang memaparkan 50 bandara di seluruh dunia yang paling terkoneksi secara internasional. Peringkat bandara disusun berdasarkan indeks konektivitas.

Adapun dalam menentukan nilai indeks tersebut, OAG menghitung total kemungkinan konektivitas bandara untuk penerbangan datang (inbound) dan outbound (berangkat) dalam masa jendela waktu 6 jam (six-hour window).

Sementara itu, kriteria untuk menentukan konektivitas di antaranya adalah penerbangan internasional menuju atau dari bandara tersebut (single international connections) dan penerbangan internasional yang mencakup domestik ke internasional, internasional ke domestik, serta internasional ke internasional.

Lantas, di mana posisi bandara Soekarno-Hatta (CGK) kebanggaan Indonesia di tahun 2017?

Pada tahun lalu, CGK mampu menduduki peringkat-7, dengan indeks konektivitas sebesar 256, seimbang dengan bandara Hartsfield-Jackson Atlanta (ATL) di Amerika Serikat (AS) yang mengemas indeks konektivitas yang sama.
Membandingkan Soekarno-Hatta dan ChangiFoto: Tim Riset CNBC Indonesia/ Raditya Hanung
Dengan posisi tersebut, OAG mencatat CGK memiliki lebih dari 35.000 kemungkinan konektivitas internasional dalam satu hari. Sebagai perbandingan, bandara London Heathrow (LHR) yang duduk di posisi pertama dan memiliki indeks konektivitas 379, mempunyai lebih dari 72.000 kemungkinan konektivitas internasional dalam satu hari.

Sayangnya, posisi nomor satu se-Asia Pasifik yang dipegang Indonesia selama 2015 dan 2016, mampu digeser oleh Singapura pada tahun 2017. Pada tahun 2017, Singapura unggul tipis satu peringkat di atas Indonesia dengan indeks konektivitas sebesar 257. Catatan lainnya adalah bandara Kuala Lumpur (Malaysia) yang tiba-tiba muncul sebagai peringkat 9 di dunia atau peringkat 3 di region Asia Pasifik.
Membandingkan Soekarno-Hatta dan ChangiFoto: Tim Riset CNBC Indonesia/ Raditya Hanung
Seperti dilihat pada data di atas, sejumlah bandara di negara tetangga seperti BKK (Thailand), KUL (Malaysia), dan SIN (Singapura) mampu menunjukkan peningkatan yang signifikan. KUL mampu naik 27 peringkat ke no. 9 dunia, BKK mampu melambung 30 peringkat ke posisi 13 dunia, dan SIN mampu melompat 21 peringkat ke no. 6 dunia.

Capaian negeri Singapura tersebut mampu membuat bandara Changi menjadi bandara paling terkoneksi secara internasional di Asia Pasifik, menyalip juara bertahan CGK yang setia di posisi 7 dalam 2 tahun terakhir.

Selanjutnya, mari kita tengok, bagaimana perbandingan kedua bandara paling terkoneksi di Asia Pasifik ini selama 2017.
Membandingkan Soekarno-Hatta dan ChangiFoto: Tim Riset CNBC Indonesia/ Raditya Hanung
Dari total pergerakan pesawat dan penumpang, CGK mampu mencatatkan jumlah yang mengungguli SIN, masing-masing membukukan angka 447.390 kali dan 63,02 juta orang. Namun demikian, jumlah sebesar itu masih disumbang sebagian besar oleh penerbangan domestik.

Pada tahun 2017, pergerakan penumpang untuk penerbangan domestik di CGK mencapai 48,3 juta, atau sekitar 76,64% dari total penumpang, sementara untuk penerbangan internasional hanya 14,72 juta penumpang. Seperti diketahui, pergerakan penumpang SIN yang mencapai 62,22 juta orang hanya berasal dari penerbangan internasional (tidak ada penerbangan domestik).

Hal senada juga ditunjukkan oleh total pergerakan pesawat di CGK untuk penerbangan internasional yang hanya tercatat sebesar 92.986 kali, hanya menyumbang 0,21% dari total pergerakan pesawat.

Meskipun OAG menggunakan metode perhitungan yang berbeda, melihat indikator dasar di atas, SIN memang layak menyandang gelar bandara paling terkoneksi secara internasional di Asia Pasifik.

Dengan dibukanya bandara Soekarno Hatta Terminal 3 Ultimate pada 9 Agustus 2016 ditambah dibukanya akses transportasi baru (Kereta Bandara dan Kereta Layang/Sky Train) akhir tahun lalu, Indonesia sebenarnya bisa berharap di tahun 2018 setidaknya mampu kembali mengambil pole position Megahub di Asia Pasifik.


Di satu sisi, dalam jangka pendek, posisi SIN juga bisa agak tertekan, menyusul tarif penumpang yang ditetapkan lebih besar per 1 Juli 2018. Maskapai Lion Air saja memprediksi pasar di rute penerbangan Jakarta-Singapura- Jakarta (rute tersibuk ke-2 di dunia) akan melemah.

Namun, dalam jangka panjang, pembangunan Terminal 5 Bandara Changi berpotensi kembali mengangkat SIN menjadi Megahub no.1 di Asia Pasifik, bahkan mungkin di dunia. Indonesia pun harus terus berbenah supaya tidak kembali tersalip Singapura. Rencana pembangunan Terminal 4, penambahan runway, dan revitalisasi Terminal 1 tidak boleh hanya jadi wacana.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(prm) Next Article Rute Jakarta-Singapura Bercokol di Posisi 3 Tersibuk Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular