
Internasional
"Kebijakan Bea Impor Baja Trump Jahat, Buat Harga Naik"
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
07 March 2018 15:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump seharusnya menerapkan bea masuk terhadap baja dan aluminium secara tepat sasaran dan bukannya pengenaan bea masuk yang keras dan jahat sebagaimana yang ia umumkan pekan lalu, kata Goldman Sachs hari Selasa (6/3/2018).
Dilansir dari CNBC International, kepala riset komoditas global di Goldman menjelaskan, dengan tidak mengecualikan sekutu dagang tertentu, AS berusaha menciptakan pasar logam "berlapis".
"Tidak semua logam dibuat serupa," tulis Jeffrey Currie dari Goldman. "Sekutu AS menghasilkan banyak baja dengan nilai tambah yang saat ini tidak dapat dipenuhi AS tanpa adanya peningkatan investasi yang substansial ... Akibat dari penerapan [tarif] ini, AS akhirnya yang akan membayar logam impor berkualitas tinggi dari sekutu itu, bahkan jika jumlahnya cukup ataupun di bawah kuota."
Currie menambahkan bila bea impor itu hanya dikenakan kepada negara yang bukan sekutu AS yang merepresentasikan 47% impor baja dan 21% impor aluminium, kenaikan harga logam AS akan menjadi lebih kecil.
Penetapan tarif Trump telah menuai kritik dari para pemimpin negara lain dan dalam negeri, termasuk juru bicara Kongres AS dari Partai Republik, Paul Ryan, yang pada hari Senin mengatakan "sangat khawatir" mengenai rencana penerapan tarif 25% atas impor baja dan 10% untuk impor aluminium.
Sementara itu, para pemimpin Eropa, Kanada dan Cina, semuanya berjanji akan menerapkan kebijakan serupa dan mengancam akan menerapkan pajak atas impor sepeda motor Harley-Davidson AS (dari negara bagian asal Paul Ryan), wiski bourbon dari Kentucky (negara bagian asal Pemimpin Senat Mayoritas McConnell), dan celana jeans Levi's dari California (negara bagian asal pemimpin Senat Minoritas Nancy Pelosi).
Goldman mengatakan China, yang dipandang sebagai sasaran utama kebijakan proteksionis Trump, dapat dengan mudah membalas dengan menaikkan tarif ekspor kedelai dari AS, di mana Amerika biasanya mengekspor sekitar 50% hasil panennya ke China dan negara Asia lainnya dalam lima tahun terakhir dan menjadi eksportir kedelai terbesar.
"Meskipun pemerintah telah mengisyaratkan pengecualian ceruk pasar, pihaknya kembali menekankan bahwa tidak ada negara yang tidak akan terkena dampaknya," Currie menambahkan. "
Analisis ini menunjukkan tiga industri hilir berpotensi rentan terkena dampaknya: suku cadang kendaraan bermotor dan trailer, pabrik kaleng, dan sedikit dampak pada pabrik minuman ringan."
Yang pasti, beberapa investor di Wall Street tetap yakin rencana bea impor itu tidak akan berlaku bagi mitra dagang utama, seperti Kanada dan Meksiko, meskipun pemerintah belum membuat dan menyetujui usulannya.
Departemen Perdagangan AS mengutip Pasal 232 dari Undang-Undang Perluasan Perdagangan tahun 1962 sebagai dasar penetapan tarif.
Pemimpin departemen berpendapat dengan menyingkirkan baja dan aluminium murah dari China dan negara-negara lain akan membuat pesaing AS keluar dari bisnis dan menjaga keamanan produsen nasional.
"Inilah ironi dari Pasal 232," simpul Currie. "Tarif yang ditujukan untuk mendukung industri AS mungkin akan meningkatkan margin dan investasi untuk sebagian kecil produsen, namun membuat ekonomi secara luas berada dalam posisi yang kurang menguntungkan karena pajak yang lebih tinggi."
(prm) Next Article Tutup Diri Lantas Industri Baja Domestik AS Jadi Bergairah?
Dilansir dari CNBC International, kepala riset komoditas global di Goldman menjelaskan, dengan tidak mengecualikan sekutu dagang tertentu, AS berusaha menciptakan pasar logam "berlapis".
"Tidak semua logam dibuat serupa," tulis Jeffrey Currie dari Goldman. "Sekutu AS menghasilkan banyak baja dengan nilai tambah yang saat ini tidak dapat dipenuhi AS tanpa adanya peningkatan investasi yang substansial ... Akibat dari penerapan [tarif] ini, AS akhirnya yang akan membayar logam impor berkualitas tinggi dari sekutu itu, bahkan jika jumlahnya cukup ataupun di bawah kuota."
Penetapan tarif Trump telah menuai kritik dari para pemimpin negara lain dan dalam negeri, termasuk juru bicara Kongres AS dari Partai Republik, Paul Ryan, yang pada hari Senin mengatakan "sangat khawatir" mengenai rencana penerapan tarif 25% atas impor baja dan 10% untuk impor aluminium.
Sementara itu, para pemimpin Eropa, Kanada dan Cina, semuanya berjanji akan menerapkan kebijakan serupa dan mengancam akan menerapkan pajak atas impor sepeda motor Harley-Davidson AS (dari negara bagian asal Paul Ryan), wiski bourbon dari Kentucky (negara bagian asal Pemimpin Senat Mayoritas McConnell), dan celana jeans Levi's dari California (negara bagian asal pemimpin Senat Minoritas Nancy Pelosi).
Goldman mengatakan China, yang dipandang sebagai sasaran utama kebijakan proteksionis Trump, dapat dengan mudah membalas dengan menaikkan tarif ekspor kedelai dari AS, di mana Amerika biasanya mengekspor sekitar 50% hasil panennya ke China dan negara Asia lainnya dalam lima tahun terakhir dan menjadi eksportir kedelai terbesar.
"Meskipun pemerintah telah mengisyaratkan pengecualian ceruk pasar, pihaknya kembali menekankan bahwa tidak ada negara yang tidak akan terkena dampaknya," Currie menambahkan. "
Analisis ini menunjukkan tiga industri hilir berpotensi rentan terkena dampaknya: suku cadang kendaraan bermotor dan trailer, pabrik kaleng, dan sedikit dampak pada pabrik minuman ringan."
Yang pasti, beberapa investor di Wall Street tetap yakin rencana bea impor itu tidak akan berlaku bagi mitra dagang utama, seperti Kanada dan Meksiko, meskipun pemerintah belum membuat dan menyetujui usulannya.
Departemen Perdagangan AS mengutip Pasal 232 dari Undang-Undang Perluasan Perdagangan tahun 1962 sebagai dasar penetapan tarif.
Pemimpin departemen berpendapat dengan menyingkirkan baja dan aluminium murah dari China dan negara-negara lain akan membuat pesaing AS keluar dari bisnis dan menjaga keamanan produsen nasional.
"Inilah ironi dari Pasal 232," simpul Currie. "Tarif yang ditujukan untuk mendukung industri AS mungkin akan meningkatkan margin dan investasi untuk sebagian kecil produsen, namun membuat ekonomi secara luas berada dalam posisi yang kurang menguntungkan karena pajak yang lebih tinggi."
(prm) Next Article Tutup Diri Lantas Industri Baja Domestik AS Jadi Bergairah?
Most Popular